Senin, 21 Maret 2011

TOTO: Target Operasi Tukang Ojek


Jangan suka mengira-ngira sesuatu, seperti halnya aku, itu tidak baik. Ada kalanya keberuntungan itu bersembunyi dibalik kesialan. Karena setiap orang yang menatap keberuntungannya dari sisi kesialannya, tak semua orang bisa seberuntung abang TO (Tukang Ojek) yang satu ini. Berangkat kerja dari rumah selalu kesiangan, biasanya ngopi dulu dan menghantarkan anaknya sekolah, baru mulai ngojek. Jam kerja selalu tidak pernah sama setiap harinya, tidak seperti orang kantoran yang harus masuk dan pulang wajib absen. Tidak memiliki target pencapaian seperti halnya penjual produk. Tidak harus berpakaian bagus yang penting rapi.
Sebaru saja turun dari kereta aku langsung mencari pangkalan ojek langganan. TO yang satu ini berdiri dibarisan depan, tandanya ia mendapat giliran. Rambutnya gondrong tapi diikat karet gelang dan kepala ditutupi topi bukannya helm. Celana jean hitam belel dan jaket tidak terlalu tebal. “Tuh penumpang! Giliran elo!” sahut TO lainnya yang memberitahukannya, saat itu aku sudah berdiri dibelakang motor si gondrong. “Ayo bang!” ajaknya. Aku mengangguk. Lalu menepuk jok yang penuh debu. “Wah wedus gembel sudah sampai sini juga yah bang?” aku bercanda dan membuka pembicaraan. “Mau kemana bang?” sambil tersenyum ia menanyakan tujuan kepadaku. “Ke perumahan, biasa bang!” jawabku singkat. Motor melaju meninggalkan pangkalan.
Sepanjang jalan TO membicarakan Gunung Merapi sampai ke Gunung Krakatau. Katanya sih kita juga harus siaga jika terjadi bencana disini, kita tidak pernah tahu kapan giliran bencana itu datang.  Obrolan mulai menghangat, jalan menuju perumahan masih jauh, lumayan juga kualitas obrolan TO satu ini. Katanya lagi, aparat kelurahan seharusnya sudah siap mensosialisasikan bahaya bencana yang tiba-tiba datangnya. Pihak kelurahan seharusnya sudah mempersiapkan selebaran yang menginformasikan tempat-tempat mana yang bisa dipakai jika terjadi bencana, juga termasuk sarana apa saja yang bisa dipakai untuk keperluan darurat. Dalam hatiku memuji pengetahuan TO ini sungguh padat dan berisi.
Sampai ke pembicaraan yang menyangkut pribadi, tentang kehidupannya. Ia menikahi janda beranak dua, dan dari pernikahannya mendapat tiga anak lagi, jadi total anak yang dinafkahinya ada lima. Katanya ia sudah mendapat lampu hijau jika mau menikah lagi, wah hebat bener abang ojek satu ini. Kata istrinya, “Abang boleh menikah lagi kalau abang sudah merasa aku tua begini dan tidak bisa melayani lagi.” Dalam hatiku, “Gila bener, apa ini bualan doang atau emang maunya si abang ini. Poligami!” 
Setengah perjalanan sudah terlewati, TO bercerita tentang dirinya lagi. Tentang betapa sederhana hidupnya, jika badan sudah letih ia memilih untuk pulang walau hari itu cuma bisa membawa uang sebesar 25.000 rupiah saja. Baginya hidup adalah pas-pasan, pas mau makan ada yang dimakan, pas ngantuk ada tempat untuk merem, pas mau naik mobil ada mobil yang nyetirin, pas mau naik motor ada ojek yang siap menghantarkan. Baginya waktu makan bersama keluarga adalah kebahagiaannya, karena tidak semua orang bisa makan dirumah bersama anak dan istrinya. “Betul bang, seratus buat abang!” aku memujinya. Karena sesibuknya orang penting, anaknya pasti makan sama pengasuhnya yang belum tentu tulus menyuapi dan memberikan nasehat, mendengarkan cerita anaknya, bahkan kasih sayang layaknya orang tua sendiri itu terjadi di meja makan saat makan bersama.
Lalu tiba-tiba aku terbersit tanya tentang mbah Marijan, aku ingin tahu sejauh mana pengetahuan abang tukang ojek yang gondrong ini. Menurutnya, mbah Marijan itu bukan kuncen atau juru kunci. Kalau kuncen itu buat penjaga makam katanya. Kalau juru kunci berarti ada yang memagari gunung, atau ada yang harus dikunci. Sedangkan ini tidak ada gerbangnya atau pintunya. Dan menurutnya lagi, mbah Marijan itu sebenarnya ada dua jabatan; Pelestari dan Penjaga. Pelestari itu orang yang memelihara kelestarian gunung Merapi. Kalau penjaga, beliau itu seperti orang yang diberi amanah untuk menjagakan sesuatu titipan. Seperti orang yang disuruh menjaga rumah, ia mencontohkannya demikian. Kalau rumah itu kemalingan maka yang disuruh jaga pasti akan bertanggung jawab. Dan itu pengabdian yang sering disebut-sebut orang tentang Abdi Dalem yang disematkan jawatan padanya. Aku terpaksa setuju-setuju saja sambil sesekali mengiyakannya.
Tak berselang rumah yang aku tuju pun sampai. Aku turun dan memberikan uang sewa tumpangan plus uang tambahan sebagai hiburan sepanjang jalan. Ia menerima uang tersebut dengan tangan kiri, tangan kanannya merogoh ke saku jean untuk mengambil uang kembalian. “Gak usah, buat abang aja. Abang kan udah ngobrol dan cerita banyak tadi. Hitung-hitung buat hiburan,” kataku. TO memasukan uang itu ke saku sambil berkata, “Ini hanya obrolan doang bang jangan dianggap serius.” Aku tersenyum dan mengangkat jempol untuknya tanda setuju. Lalu ia ngacir meninggalkanku.
Sambil melangkah menuju pintu aku berfikir lagi, memang ini temasuk produk TOTO: Target Operasi si Tukang Ojek, yaitu siap memberikan hiburan buat penumpangnya. Karena ojek motor kan tidak bisa memberikan hiburan musik dari tape atau tontonan dari tv, maka ia akan memberikan layanan berupa hasil liputan dan bahkan joke-joke yang ia dapat dari kongkow-kongkow sesama TO. Lumayanlah aku cukup terhibur dan menikmati obrolannya hari ini. He he he.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar