Rabu, 30 November 2011

"Puisi Cinta (#37)"


Cinta hitam putih
aku berikan noktah hitam dalam lembaran putihmu
kau lihat hitamku
ku lihat putihmu
engkau berikan noktah putih dalam lembaran hitamku
kau lihat hitamku
kulihat putihmu

Dibarisan bulir-bulir rinai
bening
aku memang tak mau menyamakan
pandanganmu saja pandanganmu
pandanganku meluas menembus barisan bulir
melewati guruh gemuruh
kesebalik awan pekat
senyum sang matahari

-o0o-
Menandai hari, 01122011

Senin, 28 November 2011

"Puisi Cinta (#28)"


Cinta batang-batang tebu
ditebas, digilas, diperas,
terlahir butiran gula
manismu bukan untukmu
tertuang dalam puluhan gelas
pecinta yang tergila-gila
berebutlah lebah madu dan semut imut
tak kuasa menahan keniscayaan
tak mungkin terinfeksi kencing manis

Cinta batang-batang tebu
menyisakan ampas
bertumpuk menghasilkan gas acid
mengendap lama mampu meledak
amarah rentenir sama pekat
petani yang mabuk asap tembakau mengangkat dagu duduk di jok sedan
peternak memberi pakan ampas buat sapi pulang cepat kerumah naik bebek
peternak lebah memanen madu menjinjing ember tangan melambai
petani tebu tertunduk malu
bersainglah jagung dan aren saling mentereng

Cinta batang-batang tebu
kecil- kecil kurus kering
takut karena dipelototi matahari
berhari-hari tak mandi
hujan tak lagi sudi membasahi
seakan menanti putusan patah hati
esok tak lagi memanisi
butir gula buat penggila
sejenak mengulur tikar
kembali tidur di lantai
-o0o-

Menandai Hari 28112011

Kamis, 24 November 2011

(Hahay Story 062) Jembatan


Uang dan harta dapat menciptakan jurang yang dalam antara kaya dan miskin tetapi cinta dan kasih bisa menjembatani keduanya. Karena cinta tidak memiliki syarat apa pun untuk saling memberi dan mengisi.
-o0o-

Saat itu seorang anggota dewan negeri garuda berkunjung ke negeri bambu dalam rangka studi banding (tauk apa yang mau dibandingin?). Lalu ia disambut oleh anggota dewan disana. Ternyata anggota dewan kita itu diundang bertamu ke rumah anggota dewan negeri sumpit ini. Anggota dewan kita terkagum-kagum melihat kekayaan orang ini, lalu ia bertanya perihal kekayaan. Orang yang bermata sipit ini lalu menunjuk ke sebuah jembatan megah, sambil berkata,
“Haiya, kau lihat jembatan itu. Yah jembatan megah itu.?” Orang dewan kita menjawab dengan anggukan kepala. Terheran-heran ia pula bertanya.
“Oh jembatan penuh lampu kerlap-kerlip itu. Lalu apa hubungannya dengan anda?”
“Nah, 20% dari proyek itu buat saya…” dengan wajah sumringah orang dewan kita terkagum-kagum.  

Singkat cerita. Beberapa bulan, dalam ukuran setahun lebih sedikit, kemudian anggota dewan negri bambu yang mendapat undangan bertamu kerumah anggota dewan kita. Tak kalah kagum pula warga tirai bambu itu melihat kekayaan anggota dewan kita. Padahal sewaktu ke negerinya, orang ini belum sekaya itu. Tak kalah penasarannya, orang berkulit kuning itu bertanya kepada orang berkulit sawo matang (agak coklat ke putihan-putihan, bukan putih kecoklat-coklatan itu panu namanya). Tak kalah mewah rumah anggota dewan kita dibanding rumah anggota dewan dari negeri kungfu itu.
Karena penasaran sang tamu bertanya kepada anggota dewan kita perihal kekayaannya. Lalu anggota dewan kita menunjuk ke arah kali kotor.
“Haiya lu orang dapat proyek apa bisa sekaya ini?” tanyanya.
“Sobaaat. Kau lihat jembatan di kali itu? Lihat lah!” jawab anggota dewan kita.
“Haiya, mana? Mana? Mana? Aku tidak melihat ada jembatan satu pun di atas kali itu!” Orang tirai bambu ini semakin penasaran saja.
“Nah, 100% dari proyek itu buat saya…..”
-o0o-

Suatu masa di akhirat, Tuhan memerintahkan malaikat membangun jembatan diatas kali yang mengaliri neraka dan surga. Kemudian malaikat pun menyegerakan memerintah penghuni surga dan penghuni neraka untuk membangun sendiri jembatan-jembatan tersebut. Maka penghuni surga dan neraka menyambut hangat keinginan malaikat tersebut. Dalam beberapa hari keduanya sibuk membangun jembatan-jembatan tersebut.
Ketika kepala malaikat datang melakukan pengecekan, dilihatnya penghuni surga belum menyelesaikan satu pun pembangunan jembatannya, sementara penghuni neraka telah menyelesaikan dua jembatan. Kepala malaikat bertanya kepada malaikat pengawas.
“Kenapa penghuni surga belum juga menyelesaikan satu jembatan pun?” Tanya kepala malaikat sambil senyam senyum tanpa rasa amarah sedikit pun. Lalu malaikat pengawas menjawab dengan wajah tersenyum juga.
“Oh itu karena warga penghuni surga kebanyakannya ahli ibadah, jarang sekali menjadi pekerja kasar, sebagiannya pedagang.”
“Kenapa pula penghuni neraka telah menyelesaikan dua jembatan?” Tanya kepala malaikat lagi.
“Oh itu karena penghuni neraka kebanyakan orang PU dan makelar proyek.”
-o0o-

Tukang Cuci Gosok Pakaian


Minah seorang buruh harian, perempuan tua tukang cuci gosok pakaian, sejak muda sudah menjadi tukang cuci gosok harian. Kisah sedihnya berawal dari perpisahannya dengan suami, kisah rumah tangganya berhenti begitu saja, dengan egois suaminya meninggalkan Minah. Saat itu sang suami meninggalkan anak semata wayang dan nasib yang tidak jelas buat Minah, tapi Minah sudah menganggap suaminya itu mati disambar geledek.
Suhari adalah majikannya yang sekarang. Orangnya sangat baik pada Minah, bahkan Suhari mau menyekolahkan anaknya. Hari itu Suhari tengah gusar, uang hasil menjual hasil ladangnya telah raib dirampok. Kala itu rumah Suhari tengah kosong tak berpenghuni. Sebagian uangnya akan ia kirim kepada ayah dan ibunya untuk berobat ayahnya yang sedang sakit. Betapa terpukulnya jiwa Suhari, seharian ia kasak kusuk, mondar mandir mengelilingi ruangan rumahnya seperti orang kerasukan setan. Minah memperhatikan saja tanpa sedikit pun teguran buat menenangkan majikannya, ia takut kena marah majikannya.
Sejak kemalingan tingkah Suhari mulai stress dan tegang, sepertinya ia berusaha menahan emosinya yang meledak-ledak. Terdengar caci maki buat orang yang tega mengambil hartanya Suhari. Tampaknya ia mulai hilang akal, ocehannya tak keruan. Akhirnya kaki Suhari letih juga, kemudian ia mengambil bangku dan duduk di belakang Minah yang tengah menyetrika pakaian Suhari. Dengan suara bergetar Suhari menceritakan perihal kehilangan uangnya dan sebagian barang berharga miliknya. Tanpa maksud mau menuduh Minah, dan Suhari pun menceritakan kekesalannya pada pencuri itu. Bahkan Suhari mengutuknya setiap kali ia kesal dan teringat akan uangnya yang hilang.
Tapi Minah tidak dapat membantu apa pun. Maka Minah hanya bisa menceritakan nasibnya saja sebagai perbandingan buat Suhari. Dahulu, beberapa bulan bersama majikan lamanya, tatkala ia tengah bekerja untuk seorang ibu yang tingkat ekonominya biasa-biasa saja. Dan ibu tersebut seorang janda beranak tiga, hidup sederhana dari penghasilan berdagang kelontong. Kesibukan ibu tersebut membuat ia memilih Minah untuk dipekerjakan sebagai buruh harian cuci gosok pakaian dirinya dan ketiga anakanya.
Tetapi pada suatu hari sang nyonya kehilangan harta berharga miliknya, lalu ia mencari ke seisi rumah, dan menanyakan kepada ketiga anaknya, semua menjawab tidak tahu. Semua mengatakan tidak tahu, dan yang tersisa hanya Minah yang belum memberikan alibi. Akhirnya timbul prasangka bahwa pelaku pencurian itu adalah sang pramu wisma tersebut. Wal hasil ia menghusir sang asisten rumah tangga itu, sambil mengancamnya, “Jangan pernah sekali-kali kembali ke kampung ini, apalagi untuk mencari nafkah disini! Pergi.”
Karena Minah merasa tidak melakukannya tetapi ia sudah terlanjur terdakwa tanpa ada pembelaan kata-kata. Namun hardikan sang majikan itu benar-benar tertanam dalam fikirannya yang lugu. Walau setelah sekian lama kejadian itu terjadi namun ia tidak pernah menginjakkan kakinya ke kampung itu lagi, apalagi untuk mencuci gosok pakaian sebagai mata pencahariannya.
Sampai saat ia menceritakannya kepada Suhari, hati Minah masih saja takut untuk mencari nafkah di kampung itu apalagi untuk berkunjung barang sejenak. Tapi sekarang Minah telah bekerja sebagai tukang cuci gosok pakaian harian di kampung ini, yang ternyata aman-aman saja dan di kampung ini tak terbukti bahwa ada barang yang hilang, sampai saat ini saat mas Suhari menceritakan kehilangannya. Minah tidak mau kehilangan untuk kedua kalinya, tapi seandainya mas Suhari mau mengatakan sesuatu tentang pemutusan kerja tapi Minah memohon agar Suhari jangan mengusir dirinya dari kampung ini. Suhari yang sejak tadi mendengarkan cerita Minah hanya terpaku dalam tenang duduk bersandar di bangku. Fikirannya mulai tenang dan akalnya mulai kembali. Ia berdiri dari bangku dan meninggalkan Minah sendiri tanpa kata-kata, ia kemudian masuk kamar dan berbaring diatas kasur.
Matanya menerawang ke langit ke tujuh menembus langit-langit rumahnya. Suhari terbayang tentang kejadian pemulung yang digebukin massa yang kebetulan ia ikut hadir disana sebagai orang yang juga punya dendam perasaan sebagai sesama korban. Betapa babak belurnya pemulung itu yang ketahuan memungut sepatu baru dari dalam teras rumah. Kemudian ia pun tertuduh atas dosa mengutil perkakas rumah orang yang masih dipakai, atau peralatan rumah tangga yang sengaja ia pindahkan kedalam gerobaknya, padahal itu dosa yang dilakukan pemulung lain, bukan dirinya yang hanya mengambil sepatu doang. Lantas orang se RT bahkan RT tetangga ikut memukuli atas nama pernah juga kehilangan, maka orang ini adalah korban yang salah, tetapi tempat yang tepat untuk pelampiasan kesalahan orang lain juga.
Suhari mulai terkesima mendengar cerita Minah tadi. Lalu yang terfikirkan olehnya perasaan yang sama telah kehilangan barang berharga, dengan dada yang masih sesak dan penuh lalu Suhari meminta kepada Tuhan agar orang itu ditutup pintu rezekinya. Sejak saat itu Suhari mulai berkeras hati untuk tidak mengampuni orang yang berprofesi maling, bahkan perasaan tidak ada ampun baginya adalah hukuman yang layak. Tetapi hari ini Suhari sedikit mengelus dada, tak seharusnya ia memintakan hal begitu.
Betapa sebenarnya Tuhan itu maha Pemberi, maha Pengampun, dan maha Pemurah. Hari ini dia seperti mendapat teguran dari cerita si mbok Minah. Betapa Tuhan telah melunakkan hati orang lain, di kampung lain, mampu menerima si mbok tukang cuci gosok ini. Bahkan di kampung ini Minah diperlakukan jauh lebih baik, dan anaknya mendapat bantuan dana buat sekolahnya dari warga disini. Si mbok memang seorang janda beranak satu, sudah tanpa suami sejak anaknya masih bayi. Tapi ia terpelihara dari kesusahan dan kemiskinan. Dia dengan keluguannya bertahan hidup di kampung lain dengan harapan ada orang yang membutuhkan tenaga dan kemampuannya yang sedikit, hanya tukang cuci gosok pakaian.
Begitu juga buat maling yang terkutuk itu, terfikir oleh Suhari akan pengampunan Tuhan buatnya, juga dimurahkan pintu rezeki lainnya buat dirinya, juga pemberian Tuhan berupa kesempatan kedua.
Pernah juga Suhari dengar tentang cerita orang yang telah mengampuni orang yang telah mencuri darinya, bahkan mendoakan pintu taubat buat maling itu agar ia dapat melepaskan beban penghukuman yang seharusnya itu bukan tugasnya, tetapi tugas Tuhan. Itulah kampung lain yakni kampung penuh harapan, menyembuhkan hati dan nasib Minah dengan perlakuan baiknya. Sejahat apa pun oknum, selalu ada tempat lain untuk ia kembali ke pangkuan Tuhan dengan amal baiknya, karena Tuhan menyediakannya kampung-kampung penuh taubat, untuk itu Suhari merasa sia-sia atas amarahnya itu. Kemudian ia sujud syukur atas teguran dan sapaan lembut Tuhan melalui Minah.

Minggu, 20 November 2011

“Para”


Ketika senja menandai hari
betapa aku mengusikmu dengan nyanyian gumam
dan tiba di ujung sunyi mu aku pun  mengakhiri lagu
seakan seribu tahun lamanya aku menunggu kau keluar dari sabar
bukan sabar jika gusar
setiap kelucuan yang aku lihat aku ceritakan kepada dirimu
tapi kau tetap sabar dalam bungkam
pejuang patah hati
lelagu ku tak menghibur
guyonku tak lucu
aku yang jadi tak sabar menanti kau keluar
aku pun masuk ke lingkaran bungkam mu
di dalamnya penuh kesyahduan
selama ini ia telah berpihak dengan kedamaian
aku bergegas tanpa mengambil pesan
tanpa meninggalkan kesan
keluar diam-diam
ini bukan rasisme jika menggelikan diri sendiri
ini bukan narsisme jika memuji dirimu sendiri
jika rasisme kau anggap melucukan dirimu melalui mataku
jika narsisme kau anggap mengkultuskan diriku melalui pendengaranku

-o0o-
Menandai hari
20-11-2011

Selasa, 15 November 2011

“P E R I B A L A”


Ke keadaan ada
bala nestapa
datang kepada siapa 
saja mencederai nurani
ke keadaan sunyi senyap
bala bencana
datang kepada siapa
saja yang melukai pertiwi
ke keadaan galau
bala asmara
datang kepada siapa
saja yang jatuh jiwa
ku bahasakan
dengan peri segala peri
ke keadaan indah

Perinestapa, peribencana, periasmara
sudah semakin dekatkah dirimu?
ku peribahasakan dirimu

Bala
kau kumpulkan semua di atas kelalaianku
kau rasuki diatas kerepotanku
sudah semakin dekatkah dirimu?
aku tak lagi memiliki waktu

Peribantuan
dimanakah dirimu
sudah semakin dekatkah dirimu?
bala kebahagiaan
sudah semakin dekatkah dirimu?
bala sukacita
sudah semakin dekatkah dirimu?

Aku semakin bisa merasakannya
Peribala
sudah semakin dekatkah dirimu?
tapi aku sudah berbekal
sekarang aku tak takut lagi
keyakinanku teguh
rasa iman pun penuh
periuk dan air bersih ku bawa serta
aku juga bisa membuat api segala api
peribala cepat atau terlambat datang bagiku sama
kau lihat wanita disebelahku tersenyum
dia sering menghangatkan hatiku
membakar jiwaku untuk terus bersemangat
menerima imanku
kami akan pergi bersama
peribala, apa kau mau ikut?

-o0o-
Menandai hari
15112011