Senin, 21 Maret 2011

(Hahay Story 008) NERAKA



Dua orang penggali kubur, Komar dan Sarimin, tengah menggali liang untuk mayat yang baru saja meninggal. Saat asik menggali tiba-tiba turun hujan yang lebat, karena berada ditenga-tengah areal pemakaman mereka memilih berteduh di liang dengan berpayungkan sehelai daun pisang. Cuaca yang mendung pekat telah menutupi matahari apalagi tertutup helai daun pisang membuat liang menjadi gelap.
Tiba-tiba datang penjaga neraka menghampiri mereka. Keduanya kaget bukan kepalang. Tapi para penjaga neraka langsung menyeret mereka masuk ke dalam neraka tanpa sedikit pun bisa melawan. Kaget bercampur takut semakin mereka rasakan, bisa-bisanya Komar dan Sarimin masuk neraka sedangkan mereka merasa belum mati. Setibanya di pintu bertuliskan ‘neraka’, fikiran mereka mulai berkecamuk tentang bayangan neraka selama mereka di dunia selalu cerita yang seram-seram. Adanya siksa neraka, adanya api menyala-nyala, jeritan kesakitan dan lain sebagainya. Mereka berdua seperti tersedak biji salak tak mampu untuk berteriak membela diri. Hanya bisa berontak tapi kalah tenaga dengan para penjaga tersebut.
Sesampainya di pintu bertuliskan ‘neraka’ itu, tak terdengar sedikitpun adanya teriakan kesakitan atau dari jendela pintu itu tak terlihat warna cahaya api berkobar-kobar. Lalu keduanya saling bertatapan terpana. Saat pintu neraka dibuka tampah riuh di dalam orang berpesta pora. Banyak wanita cantik dan makanan minuman lezat. Komar dan Sarimin pun masuk dan diberi sambutan yang meriah seperti menyambut kerabat lama. Segera perempuan cantik-cantik itu mengajak berdansa dan bergembira ria, makan minum pun ditemani perempuan cantik.
Lalu mereka berdua larut dalam pesta pora dan melupakan baju kusut dan bau sehabis menggali liang. Baru beberapa menit makam minum pum pun belum kenyang, tengah asyik-asyiknya menikmati pesta, para penjaga menyeret keduanya untuk pulang. Para penjaga melempar mereka kembali ke tempat asal liang yang mereka gali. Saat itu langit sudah kembali cerah dan hujan telah mereda.
Disaat keduanya telah kembali, di liang itu mereka saling bertatapan terpana. Mereka telah melewati pengalaman yang sangat menyenangkan. Betapa neraka itu mengasyikan. Sejak saat itu keduanya tak pernah menghiraukan ajakan kebaikan dan keselamatan. “Lah wong masuk neraka itu enak kok,” kata keduanya. Mereka pun semakin liar dan berbuat jahat semaunya sampai akhirnya mereka tertangkap dan dihukum mati bersamaan. Keduanya pun tersenyum puas saat hukuman mati itu dilaksanakan.
Sesampainya dalam liang, para penjaga kembali menyeret mereka ke dalam neraka. Komar dan Sarimin tersenyum, senang-senang saja mendapat perlakuan serupa dulu. Sesaat mendekati pintu bertuliskan ‘neraka’ terdengar jeritan orang kesakitan dan api menyala terik berpijar tampak dari luar jendela pintu. Kontan keduanya ketakutan dan bertanya pada penjaga. “Kok? Perlakuannya beda? Kok tidak seperti dulu, saat pertama kami datang?”
Para penjaga menjawab serentak, “Waktu itu kan kalian tamu. Kami harus menghormati dan melayani tamu sebaik mungkin. Sekarang kalian bukan tamu lagi.”
Baru saja selesai satu kalimat satu cambukan melayang ke pantat Komar dan Sarimin. Tiga kalimat tiga cambukan. Cambukan itu sebagai ucapan selamat datang di pintu neraka, siksaan itu sedikit saja sebelum masuk ke dalam. Ahay!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar