Hujan sarat muatan
pagi
Aku bisa lihat matanya
dapat kulihat hatinya
bibirnya tersenyum matanya marah
pekerja itu lelah setelah semalaman terjaga
bibirnya tersenyum matanya marah
pekerja itu lelah setelah semalaman terjaga
Jangan memaksakan
keuntunganmu pada orang lain
apalagi
itu bukan saudara dan sahabat
pasti itu akan berbuah marah
keuntunganmu akan berubah menjadi buntung
Pekerja yang semalaman terjaga itu adalah
pedagang buah
yang tak berumah
siang berpindah dari
mesjid ke mushala
lainnya,
tidurnya terkadang di
mesjid sebelah pasar
Tiap sepertiga
malamnya terjaga untuk beribadah
pagi ini matanya
terlihat sangat lelah tapi bibirnya berusaha tersenyum
datangi lah hatinya
tuk menjaga senyuman sedekahnya
fikirannya kesepian, jauh dari anak dan
istrinya
beli saja pisangnya dua sisir besok kembali
lagi untuk sekedar mendapatkan berita
bersama mengharapkan berkahNya
sementara banyak insan kamil yang
mengkhawatirkan harta yang akan ditinggalkannya
ia tak memiliki itu
Hari ini hadir perempuan
kecil penuh senyum
senyum yang terasa
sangat intim dengan ingatan
serupa dengan
buah-buah sang pedagang buah
mengembang seindah
kembangannya
menawarkan pahit sedih
dengan warna-warni kelopak bersama
aromanya
bersama penjaja bunga lainnya
berdiri di depan pusara
kau tawar air mawar
dan segarnya bau pandan
tuk menyeka dan menaburi rindu-rindu pada insan
kamil yang telah tidur panjang
insan kamil yang dulu mengkhawatirkan yang
ditinggalkannya di dunia
kini mereka mendatangi
tak membawa apa-apa selain doa
dan aneka kelopak
bunga
Dibelakang perempuan
kecil penuh senyum itu ada pedagang buah beserta istri
mengajari si jelita
bagaimana melayani
semusim buah berganti
bunga
mencoba keuntungan
lain tanpa memaksakan keberuntungan pada yang lain
rezeki tak akan pernah
tertukar
didapat bagi yang
menemukannya
musim penziarah menarik kumbang-kumbang dan
para bunga
keluarga pedagang buah
memang penuh senyum
berbuah keramahan
seharum bunga bagi pasangan kaya hati
Tak habis fikir
diundang hadir
rasa iba terkadang
berubah menjadi rasa takut
tatkala pertolongan
berubah menjadi ketergantungan bagi yang ditolong
bahkan yang memanfaatkan
rasa iba menjadi sebuah alasan untuk terus menerus menggantungkan kebruntungan
para pengemis menghadang pintu gerbang menuju
pusara
mereka mulai mempelajari psikologis singkat
tentang keibaan para penyumbang dengan menjual
rasa kasihan
pada ketiadaan dan kekurangannya
tapi tidak buat keluarga kecil penuh senyum
itu
mendapatkan apa yang temukan tanpa mengiba
semua yang suka datang menawarkan kebutuhannya
menukarkan dengan uang
tanpa menawar
tanpa mengiba
-o0o-
Menandai hari
16072012