Selasa, 22 Maret 2011

Bergembiralah! Hooray! Hooray!


Ode : untuk seseorang yang senang menikmati Lala (lagu lama) untuk kembali bernostalgia, jangan lihat siapa yang menyanyikannya tapi dengarkan iramanya yang membakar semangat…
Sarijan muda bersemangat menyambut hari. Kau kayuh becak baru saja kau beli dari hutang yang kau pinjam dari adikmu. Seratus ribu rupiah hutang tanpa bunga karena saudara sekandung, pinjaman ringan buat membeli becak. Sebagai laki-laki kepala keluarga tak bersekolah dan tak bisa tulis baca. Selainnya cuma bisa membaca Arab. Modal lain hanya tenaga dari kaki super sebesar batang singkong karet jadi modal buat menggoes. Yah menggoes, go-west go-west, kayuh kayuh, tarik maaang. Hari baru, becak baru, dan balsam juga baru dibeli buat urut-urut betis kaki. Senyummu bagaikan candu, menggerakkan mesin-mesin urat dan otot bertenaga kuda tak terkendali, semangat menggila untuk mencari nafkah bersaing dengan tukang becak lainnya. Beranak tujuh, paling kecil masih menyusui ibunya. Satu tahun satu anak, stop di nomor tujuh. Paling besar kelas lima SD.
Terdengar senandung lagu Boney M, “Hooray! Hooray! It’s A Holi Holiday.”  Terdengarnya sayup-sayup sampai tapi penuh gejolak, suara dari speaker radiotape milik pemuda kribo dari seberang jalan di rumah batu. Rumahmu dari kayu beralaskan semen tanpa ubin dan beratapkan asbes, di dinding gubuk bambu terpampang gambar Soeharto dan Adam Malik. Gubuk reot tertembus irama disco tersebut. Berulang-ulang dan sering, lagu itu awalnya menggangu, lama-lama Sarijan bersahabat dengan lagu itu. Ia mulai mempelajarinya dan ikut menyanyikannya. “Terdengar moderen”, katanya. Tetapi yang tepat adalah lagu ini cukup menghiburnya dan ia mulai menikmatinya.
Kupingmu terkejut dan syarafmu bergetar kencang. Kau menari mengikuti hentakan lagu tersebut sambil mengeluarkan becak di udara sejuk sesudah subuh. Becak sudah berisi kecambah kacang hijau dan tempe terbungkus daun pisang yang siap dijual ke pasar tradisional. Mengikuti lagu tersebut tanpa harus tahu arti syairnya. Benar-benar Holi Holiday.
Tak usah risaukan hari ini karena hari-harimu hanya mengayuh becak dan menjual toge yang kau tanam sendiri, juga tempe yang kau buat sendiri. Kepercayaannya akan harga toge dan tempe sestabil percayanya pada takdirnya sendiri. Selalu menanamkan kejujuran pada anak-anaknya, terlebih lagi pada anak sulungnya Paiman. Karena keberhasilan adik-adiknya tergantung pionir kehebatan Paiman meresapi ilmu hayat yang Sarijan berikan padanya.
Siang hari Sarijan selalu menyempatkan menjemput Paiman pulang sekolah. Sebait syair Boney M yang dia ingat dan selalu ia nyanyikan di becak untuk menghibur Paiman. “Hooray! Hooray! It’s A Holi Holiday.” Berulang-ulang sambil memainkan suaranya yang berubah-ubah kadang besar kadang kecil seperti suara Donal Bebek, tokoh kartun. Lagu tersebut benar-benar melekat di telinga Paiman sampai ia dewasa. Pesan Sarijan pada Paiman hanya satu, “Tak usah risaukan hari-harimu, karena hari-harimu baik hanya dengan menjalaninya dengan semangat sambil bergembira. Kalau bisa kau nyanyikan lagu ayahmu ini yang ayah sendiri tak mengerti artinya. Hanya untuk bergembira. Hanya untuk kegembiraan. Bergembiralah Paiman! Kejarlah yang ingin kau raih sebisamu, tapi jangan lupa, bergembiralah!”
Singkat cerita Paiman memutuskan menjadi supir mikrolet setamatnya SMA. Paiman sang supir mikrolet bersaing dengan deru debu jalanan mencoba mengais-ngais rejekinya. Terdengar lagu disko dari pita kaset di tape mobil angkotnya. Tahu dong lagu itu adalah lagu dari Boney M kesukaan ayahnya. Ternyata lagu-lagu Boney M cukup menghibur penumpang-penumpangnya. Sambil tersenyum puas melihat kegembiraan penumpangnya mengalirlah darah bergembira, terbayang olehnya senyum sang ayah selalu gembira.
Tanpa rasa takut Paiman siap mengembangkan sayapnya sambil menjualkan singkong yang diambilnya dari petani untuk dijual ke pasar. Penghasilannya dari menjual singkong jauh lebih baik dari menjadi supir angkot milik orang lain yang harus ia menyetor uang sewa mikrolet. Keberhasilannya sebagai penjual singkong telah membuatnya mengembangkan sayapnya lebih lebar lagi, kali ini ia mencoba keberuntungannya menjadi juragan angkot tersebut dengan bergabung bersama koperasi milik purnawirawan dan feteran tentara (dulu namanya koperasi FKKPI). Dari sana Mumun adiknya Paiman menemukan jodohnya supir salah satu angkot miliknya. Mumun yang tetap meneruskan penjualan toge dan tempe milik orangtuanya memutuskan menikah dengan Suwardi pemuda jujur dan baik hati.
Pernikahan Mumun dan Suwardi telah menghasilkan tiga anak, dua laki-laki Heri dan Edi. Dan satu lagi, perempuan yang terakhir lahir, Wati sebagai bungsu. Heri adalah anak tertua berwatak keras dan cerdas. Karena kegemarannya mengikuti angkot pamannya Paiman berputar-putar mencari penumpang maka Paiman sangat menyayangi sama seperti anaknya sendiri. Dan untuk menghibur Heri, Paiman selalu memutarkan lagu “Hooray! Hooray! It’s A Holi Holiday,” kesukaannya dan kakeknya. Sambil bercerita tentang kakeknya, Paiman pun menyampaikan petuah ayahnya pada keponakannya tersebut. “Tak usah risaukan hari-harimu, karena hari-harimu baik hanya dengan menjalaninya dengan semangat sambil bergembira. Kalau bisa kau nyanyikan lagu pamanmu ini yang paman sendiri tak mengerti artinya. Hanya untuk bergembira. Hanya untuk kegembiraan. Bergembiralah Heri! Kejarlah yang ingin kau raih sebisamu, tapi jangan lupa, bergembiralah!”
Setelah tamat SMA Heri mencoba keberuntungannya mengikuti sekolah penerbangan. Lulus sebagai murid terbaik, kali ini Heri menerbangkan sendiri pesawat domestik maskapai penerbangan nasional. Sebelum berangkat terbang Heri mewajibkan dirinya untuk mendengarkan lagu “Hooray! Hooray! It’s A Holi Holiday,” yang sekarang jadi kesukaaanya. Bangkitlah kegembiraannya membayangkan kesukaannya berputar-putar menaiki angkot pamannya.
Kali ini bergantung foto tiga wajah pengemudi tiga kendaraan berbeda dari tiga generasi, bergantung di dinding rumah milik Heri. Sri, istri Heri, tengah bercerita kepada anaknya Hadi. Di atas tiga foto tersebut tertulis judul “Hooray! Hooray! It’s A Holi Holiday,” sebagai temanya. Sepertinya petuah itu berhasil melekat dalam fikiran dan semangat Heri untuk menjadi pilot. Semangat sang tukang becak yang tak bisa tulis baca, serta kegembiraan supir angkot yang puas melihat penumpangnya senang, telah terbang ke semua daerah di negri tercinta ini bersama semangat dan kegembiraan Heri.
Di suatu sore, di perkarangan rumah, Heri tengah bermain dengan Hadi. Sepertinya Heri telah mempersiapkan hari ini untuknya menyampaikan petuah yang pernah ia dapatkan dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar