Senin, 25 Februari 2013

“Puisi Cinta (#29)”


Cinta beribu-ribu butir hujan
menggenangi pematang
menutup pagar
memenuhi ruang kamar tulis
dan kasur tempat mimpi bercumbu
sudah diciptakan air akan terus mencari tempat yang rendah
akhirnya sampai ke laut

Cinta beribu-ribu butir hujan
bersama garam awan pun meretas
menumpahkan airnya ke bumi
tempat berpijaknya kaki
telah dipenuhi janji
menyublim lagi
membeku lagi
walau pada laut garam pun kembali

Cinta beribu-ribu butir hujan
padamu terlahir butiran lagu
padamu terlahir syair doa
padamu terlahir caci dan cemburu
aku disini termasuk yang membenci dirimu
karena penggalan kata harus musnah
bersama kau hanyutkan kasih ku

-o0o-
Menandai Hari. 26022013

Komsitkom - Premanis, Rasis & Nasionalis


Kalau orang pribumi mengatakan perihal jelek tentang orang keturunan, tersinggung dan dibilang rasis. Atau orang berkulit putih mengatakan sesuatu yang jelek, tentang orang yang berwarna lain, tersinggung dan dibilang rasis juga. Tetapi jika orang jelek mengatakan sesuatu yang jelek, tentang orang-orang jelek, maka orang cantik dan ganteng akan ikut terhibur begitu juga orang jelek tidak akan tersinggung.
Mungkin begitu kali, jika ngomongin kejelekan diri sendiri, kejelekan golongan sendiri, atau kejelekan partai sendiri, maka tidak akan rasis.
Walau pun banyak orang asing itu, disini cuma mau mengambil keuntungannya doang, tapi ngotot melawan.
Sama kayak dulu ada seorang preman ngajarin gue tentang nasionalis. Katanya, "Kalau makan diluar jangan berak disini. Itu prinsip. Maksudnya, kalau lu garong diluar jangan nyabu disini. Nanti yang rusak namanya bisa satu kampung. Liat tuh contoh koruptor asing, maling uang disini dia bawa kabur uangnya kembali ke tanah airnya yang kedua.
Gak ada tuh nasionalis dirinya."
Sambil takut gue mengiyakan saja, "Hemmm abang ada benernya juga. Ngomong-ngomong abang dari partai mana?"
Kata preman itu, "Dari partai mana aja, yang sanggup bayar mahal."
"Hemmm tapi saya golput bang!"

Komsitkom - Tak Menyerah


Di sebuah "Negeri Seurieus", ada seorang pulisi bernama Norman, sedang dipanggil menghadap atasannya untuk dipecat.
"Hai Norman, kamu itu terlalu lucu. Setiap saat melucu. Lagi bertugas di lapangan juga melucu. Kamu itu lama-lama bisa merusak citra pulisi. Selalu tidak bisa membedakan tugas dan pribadi. Apa-apa selalu melucu. Emang sih kamu itu lucu. Tapi itu akan mengurangi ketegasan seorang pulisi. Maka engkau diberhentikan dari pulisi dengan sekali hormat, berarti engkau masih diberi hormat, dibanding diberhentikan dengan tidak hormat." Kata kumandan.
Norman tidak berkecil hati, karena dipecat dengan alasan orang lucu, maka Norman merasa dirinya itu lucu. Dengan gegap gempita ia memberanikan diri masuk ke dalam grup lawak.
Berselang beberapa bulan Norman kembali dipecat dari grup lawak, dengan alasan, "Norman! Kau! Kami pecat dari grup lawak ini karena kau tidak lucu. Sejak kau masuk grup ini, kami sepi order dan jarang ada yang nanggap!"
Norman tak berkecil hati, karena dipecat dengan alasan orang tidak lucu, maka Norman memutuskan masuk partai politik.
Kebetulan ada dua partai yang tertarik dengan Norman.
Yaitu Partai Angin Malam yang disingkat dengan PAM. Yang satu lagi Partai Lambaian Nyiur yang disingkat PLN. Tapi Norman tak memilih keduanya, ia membentuk partainya sendiri, yaitu Partai Temu Lawak.
Top of Form
Bottom of Form

(Hahay Story 082) Pinjam Meminjam


Junet kesel banget ama Jarot yang kerjanya meminjam barang. Setiap hari libur pasti ada saja yang dipinjam Jarot. Dia sudah sampai puncaknya, gak bakalan meminjamkan barang-barangnya lagi sama Jarot. Ia akan berusaha keras untuk tidak iba padanya.
Hari minggu pagi tiba. "Net, lagi make mesin potong rumput gak?" tanya Jarot.
"Sori Rot, mesinnya lagi dipinjem ama tetangga sebelah." Junet berbohong.
"Oh oke." Jarot langsung melipir.
Eh baru beberapa jenak Jarot nongol lagi. "Net, udah gue tanya tetangga sebelah katanya dia gak ngerasa minjem tuh." Kayaknya Jarot tau Junet mau ngadalin.
"Oooh tetangga sebelahnya lagi." Junet coba ngeles.
"Awas loh kalo bohong! Entar barang lu hilang!"
Dalam hati Junet kueseeel banget, udah gak tau diri pakai nyumpahin barangnya hilang segala. Junet berusaha sabar.
"Kalo gitu gergaji aja, bisa minjem gak?" Jarot berusaha.
"Wah gue mau pake tuh. Sama palunya, sama pakunya, sama meterannya, semua gue pake buat perbaiki pagar."
"Wow kalo gitu lu sibuk dong hari ini."
"Iya. Sampai sore gue sibuk." Junet menjawab sambil kesel.
"Kalo gitu gue minjem mobil deh?" Jarot tetap berusaha meminjam apa saja.
"Mau gue pake buat beli matrial ke toko." Junet cari-cari alasan.
"Wah kalo gitu motor lu nganggur. Gue pinjem yah. Sekalian sama sepatu futsalnya. Kan elo lagi sibuk seharian. Jadi gak ada alasan dong gak minjemin gue." Wajah Jarot mengiba. Junet udah kehabisan akal, akhirnya ia meminjamkan motor dan sepatu futsalnya.
Malam harinya Jarot pulang dari futsal. Setibanya di rumah Junet, ia mendapati Junet lagi sedih. Dengan wajah pucat Junet duduk di depan teras.
"Net, kenapa lu?
Nih gue balikin motor sama sepatu futsalnya. Sori gue gak ngisi bensin, soalnya gue lagi bokek." Sambil menyalakan rokok dia mendekati Junet yang duduk lemes.
"Lu bisa beli rokok, nyewa lapangan, tapi beli bensin aja kagak. Hiiiiks." Sambil menangis kakinya ia hentak-hentakan ke lantai.
"Yaaa duit gue pas-pasan soalnya. Lagian gitu aja pake nangis segala." Jarot menjawab santai tapi Junet gondok.
"Gue nagis bukan karena itu tapi karena mesin potong rumput gue dibawa maling. Huaaaaaaah!" tangis Junet meledak.
"Emang lu taruh dimana tuh mesin?" Tanya Jarot sambil kepal kepul asap dari mulutnya.
"Gue taruh di belakang, gue sembunyiin."
"Naaah! Lu bohong sama gue kan. Coba lu pinjemin ama gue pasti gak bakalan hilang tuh mesin!"
"Huaaaaaaah. Gue bunuh luuuuuu!" Sambil lari mengejar Jarot yang kabur duluan, sudah melihat gelagat yang gak beres Jarot ngacir tunggang langgang.
Top of Form
Bottom of Form

(Hahay Story 081) Langsung Langsing


Jack, pria gendut yang kepingin banget kurus, dianjurkan oleh temannya untuk meminum obat ini. Lalu setelah termakan rayuan temannya, maka ia memberanikan diri membeli obat tersebut.
Di toko obat di dalam pasar tradisional ia pun menemukannya, persis seperti apa yang telah temannya gambarkan.
"Bu, ada obat ini, obat pelangsing?" Dengan malu-malu ia bertanya, sambil celingak celinguk.
"Oh hada, hada, adek mau langsung langsing ya?"
"Ya iya lah bu! Masak mau tambah gemuk. Tapiiii, ini gak ada dampaknya buat badan saya?"
"Oh haiya, hada dampaknya, nanti adek punya badan akan kurus."
"Bukan itu maksud saya. Ada efek samping nya gak?"
"Hooo, tidaaaak, tidak."
"Baik lah bu saya beli satu."

Sebelum tiga minggu, Jack menelepon ke toko untuk menanyakan gejala-gejala yang dideritanya, sering buang-buang air besar, sakit perut dan kurang nafsu makan.
"Halo, ini toko obat Manjur. Ada yang bisa saya bantu?" Sapa ibu pemilik toko.
"Ya halo. Saya Jack. Bu, katanya obat langsingnya gak ada efek samping?" Komplen Jack pada pemilik toko.
"Eh haiya, efeknya dimana?"
"Sakit perut, buang-buang air dan gak nafsu makan, tenggorokan saya pahit."
"Itu bukan di samping! Buang air itu di belakang. Sakit perut itu di dalam. Tenggerokan pahit itu di atas. Sabar saja, nanti juga langsing. Ini obat punya manjur, itu cuma pengaruh supaya kurus."
"Wah, ini bisa buat saya menderita gak bisa makan-makan. Yang ada saya malah makan hati!"
"Laaah, katanya mau kurus?"
Jack terpana mendengar penjelasan ibu tersebut.

Setelah empat minggu, akhirnya obatnya habis juga. Tubuh Jack memang berhasil langsing. Turun drastis berat badannya. Tetapi Jack tetap tidak puas, lalu Jack kembali menelepon ke toko.
"Halo?" sapa ibu pemilik toko
"Ya halo. Bu, saya tidak terima dengan hasil obat ini?"
"Ya nona, ada yang bisa saya bantu?"
"Ya! Saya Jack. Yang beli obat langsing dari ibu."
"Ah Jack yang mana? Masak perempuan namanya Jack."
"Ya saya Jack. Cowok gendut yang beli obat sama ibu. Saya mau komplen. Memang saya sekarang sudah langsing tapi suara saya kok jadi suara perempuan?"