Minggu, 27 Maret 2011

(Hahay Story 028) KUMIS DAN TOPI


Keramaian di bangku penonton pacuan kuda tidak menggangu konsentrasi pria bercelana pendek berbaju safari. Hari itu ia mengenakan celana yang tidak terlalu pendek dan duduk di barisan depan  bangku penonton, tak bergeming sedikit pun dari posisinya, konsentrasi penuh menyaksikan kuda latihnya tengah berpacu di dalam track. Sebagai pelatih kuda pria ini benar-benar berpenampilan nyentrik, menggunakan sepatu bot khas koboi, sepanjang kakinya terlihat bulu kaki keriting, panjang dan lebat. Menggunakan baju kemeja lengan pendek bermotif bunga-bunga dan dua kancing atas dibiarkan terbuka, sehingga bulu dadanya pun terlihat dari luar. Rambut panjangnya diikat kuda, berkumis tebal dan tidak berjanggut. Badannya tegap dan kekar.
Kumis tebalnya itu sesekali di tiup angin. Pada ujung kumis di pelintir dan melingkar bak obat nyamuk bakar. Kalau sedang berteriak menyemangati kudanya kumis itu menegang dan memanjang. Menegang dan melintir, menegang dan melintir, begitu seterusnya mengikuti teriakan sang pelatih kuda. Bulu-bulu di tubuhnya juga ikut menegang dan kembali melintir, benar-benar pria bertubuh penuh bulu.
Berdiri tak jauh darinya seorang wanita bertubuh sintal memakai rompi bunga-bunga dan bertopi besar menutupi wajahnya yang molek dari sinar matahari. Topi besar itu bergerak mengikuti angin naik turun. Rompi itu berusaha menutupi buah dadanya yang mengembul besar, tetapi tetap saja ukuran yang berbeda itu tampak jelas menonjol. Baik itu tertutup rompi atau tdak tetap saja berbentuk. Tubuhnya yang montok menunjukan kesuburannya.
Begitu gemasnya ia melihat kuda-kuda itu berpacu membuat ia berdiri dari bangkunya dan melonjak-lonjak. Bagaikan gelombang tsunami tubuhnya sintal itu mengalirkan gerakan yang membuat buah dadanya naik turun. Tanpa disadarinya sedari tadi pria berkumis itu memperhatikannya. Dan kemudian ia memuji. “Oh alangkah besarnya, dan bergelombang,” kata pria tersebut. Dan si wanita itu dengan muka memerah malu-malu. Ia juga sedari tadi memperhatikan pria tersebut. “Punya anda juga besar,” sahut si wanita. Pria itu kemudian membusungkan dadanya agar lebih terlihat perkasa dan terlebih lagi bisa memperlihatkan dadanya yang berbulu lebat.
Keduanya saling asyik memuja-muji. “Aku sangat suka bila ia menegang dan mengendor,” si wanita memulai lagi. “Aku bisa setiap saat memanjangkan dan memendekannya,” sahut si pria. Sementara ada dua orang, sepasang suami istri muda yang baru menikah, berada ditengah-tengah si pria dan wanita itu berdiri. Pasutri itu dihimpit diantara dua manusia yang sedang saling memuja. Lalu sang suami mulai gerah dengan dialog pria berkumis dan wanita bertopi besar itu. “Bisakah kalian berdua tidak berbicara cabul di tempat umum?” protes si suami kepada keduanya.
Lalu pria berbadan tegap dan berkumis itu menampar pipi kanan sang suami tersebut dan berkata, “Anda kira saya tengah mengagumi apa? Saya suka sekali topi besar itu!” Dan plak, pipi kiri si suami ditampar wanita bertopi besar itu. “Anda kira saya tengah menganggumi apa hah? Saya sangat suka kumis tebalnya!” Pasutri itu ternganga melihat pria berkumis tebal itu pergi ke arah kiri dan wanita bertopi besar itu ke arah kanan. Lalu si istri menatap suaminya, dan berkata, “Jangan-jangan bapak yang berfikir cabul?”

Ahay!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar