Selasa, 21 Juni 2011

PENGADIL DAN ORANG ASING


Bukan bermaksud mengulangi kisah ini tetapi aku tergelitik dengan kedua kisah ini lalu mencari korelasi, hubungan, perbedaan dan persamaan dengan kehidupan sekarang maka berusaha adil dan seimbang.
Bagai memberi uang 10.000 kepada anak-anak dan kepada seorang kakek fakir yang membutuhkan, jelas kebutuhannya berbeda walau nominalnya sama. Karena pemikiran itulah dihadirkan dua kisah ini sebagai pembedanya.

1.KEADILAN RATU SHIMA

Ratu Shima memerintah Kerajaan Kalingga, di pantai utara Jawa Tengah, sekitar tahun 674 Masehi. Hukum yang ia terapkan secara tegas tanpa pandang bulu, guna membasmi kriminalitas, serta memotivasi rakyat agar berperilaku jujur. Catatan seorang Musafir China, menyebutkan ada seorang raja asing yang meletakkan kantung berisi emas di perempatan jalan dekat alun-alun kota, untuk membuktikan kejujuran rakyat Kalingga.
Selama tiga tahun tidak ada seorang pun yang berani menyentuh kantung berisi emas itu. Sampai suatu ketika, putra Ratu Shima, sang putra mahkota, secara tidak sengaja menyentuh kantung itu dengan kakinya. Sesuai UU, Ratu menjatuhkan hukuman mati untuk putranya. Akan tetapi para menteri kerajaan mengingatkan bahwa Sang Putera cukup dipotong kakinya, karena kaki itulah yang menyentuh kantung berisi emas. Ratu membatalkan hukuman mati, dan menghukum putera mahkota dengan memotong salah satu kakinya.
-o-

2.PROSES PENGADILAN PENCURI PERHIASAN
Suatu hari di kerajaan dimana Ali Baba menetap untuk sementara, telah terjadi kehebohan. Putri sang raja merasa kehilangan perhiasan emasnya, merasa telah ada yang berani mencuri, dan itu dari kalangan pekerja dalam istana sendiri. Sang Raja tidak bisa membuktikan siapa pelakunya. Maka berkat usulan penasehat sang Raja diutuslah orang untuk memanggil Ali Baba orang yang terkenal banyak akalnya.
Kedatangan Ali Baba disambut langsung oleh petingi-petinggi kerajaan yang putus asa tidak mampu menangkap maling di Istana Kerajaannya sendiri. Si Ali Baba langsung mengerti duduk perkaranya dan memanggil semua isi penghuni istana termasuk Raja dan Ratu sekeluarga. Lalu disana Ali Baba menebarkan rumor, gossip dan isu kosong, bahwa pencuri itu tangannya akan berbau busuk jika memegang ekor kuda, bahkan kuda tersebut pada saat ekornya tersentuh tangan si pencuri maka kuda itu akan lari terbirit-birit.
Raja yang tak enak hati merasa ikut tertuduh oleh ucapan Ali Baba, ia memerintahkan untuk membawa kuda yang paling liar sekali pun untuk membuktikan ucapan si Ali tersebut. Maka Ali mendatangkan kuda terliar dengan menutupkan kepala kuda dengan kain hitam agar kuda tidak dapat melihat siapa saja yang memegang ekornya. Kuda paling hitam dan berekor sangat tebal.
Satu per satu anggota Kerajaan yang tinggal di Istana memegang ekor kuda. Tetapi tak satu pun yang berhasil membuat kuda itu lari terbirit-birit. Maka raja pun murka terhadap si Ali. Lalu Ali Baba pun membantah, “Aku bisa membuktikan siapa pencuri itu sebenarnya, dengan cara kalian menunjukkan telapak tangan kalian kepadaku.” Balas Si Ali ikut-ikutan murka.
Satu per satu Ali mendatangi dan memperhatikan telapak tangan anggota Kerajaan yang tinggal di istana. Tiba-tiba Ali menunjuk salah seorang dayang-dayang sebagai pencurinya. Dan Ali pun berkata, “Diantara kalian hanya perempuan ini lah yang tidak menyentuh ekor kuda itu. Aku telah melumuri minyak zaitun ke dalam rambut ekor kuda. Maka yang telapak tangannya tidak berminyak maka dialah yang takut kalau kuda itu akan lari terbirit-birit.” Mendengar ucapan Ali Baba, sang dayang ketakutan, dan mengakui perbuatannya. Kemudian sang dayang mengembalikan perhiasan tersebut.
Sang Raja berterimakasih pada Ali Baba, tetapi Ali Baba menginginkan raja agar memaafkan sang dayang karena sang dayang hidupnya penuh penderitaan dan miskin, anak dan suaminya yang sakit-sakitan.

-o-
 

INDONESIANA

Bagaimanakah seandainya hal itu terjadi di Kerajaan Kalingga berlaku di Indonesia saat ini? Apakah Raja juga akan memotong kaki puteranya? Kalingga, di pantai utara Jawa Tengah, sekitar tahun 674 Masehi. Hukum yang ia terapkan secara tegas tanpa pandang bulu, guna membasmi kriminalitas, serta memotivasi rakyat agar berperilaku jujur. Akan tetapi juga sebaiknya pemimpin Kalingga saat itu berfikir agak membela rakyatnya, lantas mengapa ia membiarkan ada orang asing yang meletakkan barang berharga di depan khalayak ramai yang belum tentu semua orang itu kaya secara materi, dan orang itu lebih membutuhkan emas tersebut lalu tergoda. Beruntung rakyatnya masih patuh hukum dan hidup layak semuanya, hanya saja orang asing iseng itu telah berhasil mempermainkan Ratu hingga anaknya sendiri sebagai korbannya.
Lalu bagaimana dengan kisah Ali Baba dari kumpulan kisah tokoh 1.001 malam tersebut, adakah kesamaan dan perbedaannya dengan Kerajaan Kalingga. Perbedaannya justru sang Raja membutuhkan orang asing sang pengelana si Ali Baba, yang kebetulan singgah di Kerajaan beliau, yang banyak akal dan baik hati. Orang asing ini justru memberi bantuan kepada kerajaan dengan melakukan pengadilan sesaat tetapi penuh perhitungan. Sementara rakyatnya memiliki pemimpin yang teguh pada UU yang berlaku di kerajaannya tersebut, dan sanggup memenuhi permintaan Ali untuk mengadili seadil-adilnya sang dayang yang terpaksa miskin oleh keadaan.
Kesamaan kedua ceritanya, adalah masalah kepercayaan Kerajaan terhadap rakyatnya. Di kedua masalah tersebut cendrung menunjukan rakyat menjadi objeknya, kerajaan pertama pengadil asing menguji rakyat Kalingga yang taat, bahkan menguji dengan cara mencari-cari kesalahan rakyatnya untuk tidak mengkhianati UU. Sedangkan yang kerajaan kedua, rakyat melakukan kesalahan dan mendapatkan peradilan yang layak oleh sang pengadil asing.
Dan bagaimana pula situasi Ali Baba itu kok sama persis dengan Presiden kita yang kebakaran jenggot dengan isu fitnah yang menyebar via sms lalu membalas dengan melepaskan rumor, isu, dengan inisial A? Sama yang dilakukan Ali Baba, tetapi Ali dapat membuktikan rumornya sementara inisial A hanya isu belaka. Hanya langit yang tahu. Atau bagaimana pula nasib TKI kita di bawah pengadil asing yang penuh kepentingan diluar jalur peradilan dan hokum kita yang tidak melindungi TKInya. Lagi-lagi hanya langit yang tahu.

(Hahay Story 052) PENGADILAN PENCURI PERHIASAN (kisah Ali Baba)


Suatu hari di kerajaan dimana Ali Baba menetap untuk sementara, telah terjadi kehebohan. Putri sang raja merasa kehilangan perhiasan emasnya, merasa telah ada yang berani mencuri, dan itu dari kalangan pekerja dalam istana sendiri. Sang Raja tidak bisa membuktikan siapa pelakunya. Maka berkat usulan penasehat sang Raja diutuslah orang untuk memanggil Ali Baba orang yang terkenal banyak akalnya.
Kedatangan Ali Baba disambut langsung oleh petingi-petinggi kerajaan yang putus asa tidak mampu menangkap maling di Istana Kerajaannya sendiri. Si Ali Baba langsung mengerti duduk perkaranya dan memanggil semua isi penghuni istana termasuk Raja dan Ratu sekeluarga. Lalu disana Ali Baba menebarkan rumor, gossip dan isu kosong, bahwa pencuri itu tangannya akan berbau busuk jika memegang ekor kuda, bahkan kuda tersebut pada saat ekornya tersentuh tangan si pencuri maka kuda itu akan lari terbirit-birit.
Raja yang tak enak hati merasa ikut tertuduh oleh ucapan Ali Baba, ia memerintahkan untuk membawa kuda yang paling liar sekali pun untuk membuktikan ucapan si Ali tersebut. Maka Ali mendatangkan kuda terliar dengan menutupkan kepala kuda dengan kain hitam agar kuda tidak dapat melihat siapa saja yang memegang ekornya. Kuda paling hitam dan berekor sangat tebal.
Satu per satu anggota Kerajaan yang tinggal di Istana memegang ekor kuda. Tetapi tak satu pun yang berhasil membuat kuda itu lari terbirit-birit. Maka raja pun murka terhadap si Ali. Lalu Ali Baba pun membantah, “Aku bisa membuktikan siapa pencuri itu sebenarnya, dengan cara kalian menunjukkan telapak tangan kalian kepadaku.” Balas Si Ali ikut-ikutan murka.
Satu per satu Ali mendatangi dan memperhatikan telapak tangan anggota Kerajaan yang tinggal di istana. Tiba-tiba Ali menunjuk salah seorang dayang-dayang sebagai pencurinya. Dan Ali pun berkata, “Diantara kalian hanya perempuan ini lah yang tidak menyentuh ekor kuda itu. Aku telah melumuri minyak zaitun ke dalam rambut ekor kuda. Maka yang telapak tangannya tidak berminyak maka dialah yang takut kalau kuda itu akan lari terbirit-birit.” Mendengar ucapan Ali Baba, sang dayang ketakutan, dan mengakui perbuatannya. Kemudian sang dayang mengembalikan perhiasan tersebut.
Sang Raja berterimakasih pada Ali Baba, tetapi Ali Baba menginginkan raja agar memaafkan sang dayang karena sang dayang hidupnya penuh penderitaan dan miskin, anak dan suaminya yang sakit-sakitan.

(Hahay Story 051) KISAH KERAJAAN KALINGGA


Ratu Shima memerintah Kerajaan Kalingga, di pantai utara Jawa Tengah, sekitar tahun 674 Masehi. Hukum yang ia terapkan secara tegas tanpa pandang bulu, guna membasmi kriminalitas, serta memotivasi rakyat agar berperilaku jujur. Catatan seorang Musafir China, menyebutkan ada seorang raja asing yang meletakkan kantung berisi emas di perempatan jalan dekat alun-alun kota, untuk membuktikan kejujuran rakyat Kalingga.
Selama tiga tahun tidak ada seorang pun yang berani menyentuh kantung berisi emas itu. Sampai suatu ketika, putra Ratu Shima, sang putra mahkota, secara tidak sengaja menyentuh kantung itu dengan kakinya. Sesuai UU, Ratu menjatuhkan hukuman mati untuk putranya. Akan tetapi para menteri kerajaan mengingatkan bahwa Sang Putera cukup dipotong kakinya, karena kaki itulah yang menyentuh kantung berisi emas. Ratu membatalkan hukuman mati, dan menghukum putera mahkota dengan memotong salah satu kakinya.
-o-
Kisah ini tercatat dalam sejarah dan tertulis dalam catatan musafir China yang pada saat itu menyaksikan dan mengisahkannya. 
Bagaimanakah seandainya hal itu terjadi di Kerajaan Kalingga berlaku di Indonesia saat ini? Apakah Raja juga akan memotong kaki puteranya? Kalingga, di pantai utara Jawa Tengah, sekitar tahun 674 Masehi. Hukum yang ia terapkan secara tegas tanpa pandang bulu, guna membasmi kriminalitas, serta memotivasi rakyat agar berperilaku jujur. Akan tetapi juga sebaiknya pemimpin Kalingga saat itu berfikir agak membela rakyatnya, lantas mengapa ia membiarkan ada orang asing yang meletakkan barang berharga di depan khalayak ramai yang belum tentu semua orang itu kaya secara materi, dan orang itu lebih membutuhkan emas tersebut lalu tergoda. 
Beruntung rakyatnya masih patuh hukum dan hidup layak semuanya, hanya saja orang asing iseng itu telah berhasil mempermainkan Ratu hingga anaknya sendiri sebagai korbannya. Keadilan juga butuh pemikiran panjang dan berfikir kedepan menuju masanya yang akan tiba, agar UU berlaku adil seperti adil yang ditempatkan pada tempat yang benar.
Hahayyaya