Senin, 21 Maret 2011

(Hahay Story 013) HANTU ITU BUKAN SETAN


Kare adalah orang yang mengidolakan Rhoma Irama. Berpenampilan bak orang saleh, berpakaian ahli ibadah, dan terkenal diantara sesama orang pinggiran sebagai ahli membaca kitab. Terkadang Kare juga tempat curahan hati orang-orang pinggiran. Kalau kerennya sih dipanggil sebagai penasehat spiritual bagi kaum kusam tersebut. 
Menjelang sore hari Kare yang biasa memberi pencerahan penyemangat melalui dongeng dan cerita, hari itu ia bersemangat sekali, berjalan menuju rumah singgah tempat anak-anak putus sekolah yang telah menunggu cerita-cerita dan petuahnya. Seperti biasa meuju ke rumah singgah itu harus melewati perumahan di daerah pinggiran kampung dan melewati kebun bambu setelah itu pemakaman setempat. Barulah ia sampai ke rumah susun tersebut. Entah kenapa hari itu ia datang agak terlambat.
Sesampainya Kare di sana telah ditunggu anak-anak dengan sedikit kesal, ternyata hari itu jumlah anak-anak bertambah karena dikunjungi geng Firman. Firman memang terkenal sesama anak rumah singgah itu sebagai ketua geng anak-anak nakal. Kenakalan Firman terkadang hanya karena keusilan dirinya dan teman-temannya. Rumah singgah itu penuh sesak. Kare pun merasa kewalahan, apalagi geng Firman selalu membuat keributan sehingga merusak konsentrasi anak-anak lain dalam mendengar cerita dan petuah-petuahnya.
Kare berfikir keras bagaimana caranya untuk menakut-nakuti geng itu. Berusaha sabar sesabar-sabarnya. Akhirnya kesabaran Kare kalah juga. Maka ia menceritakan setan yang selalu menggoda manusia, bagaimana rupa setan dan seram-seram. Anak-anak yang tadinya riuh terdiam mendengar cerita Kare. Dalam hatinya Kare berfikir bahwa cara ini ternyata jitu. Firman yang tadi tidak mendengarkan sekarang khusyuk dalam alur cerita Kare.
Kare melanjutkan dengan cerita siksa kubur. Lalu dilanjutkan dengan cerita hantu-hantu lokal, dari Pocong, Kunti dan lain-lain. “Hiiiiii!” semua anak ketakutan. “Kik kik kik kik,” semantara yang lain takut Firman malah cekikikan. Melihat gelagat yang yang tidak menguntungkan Kare segera menutup cerita-ceritanya dengan kesimpulan, ia kawatir kalau diteruskan Firman akan merusak suasana kondusif ini dan mengganggu konsentrasi anak-anak lain. Kare menceritakan bahwa setan dan hantu itu akan dapat dikalahkan dengan keteguhan iman dan ayat-ayat suci. Karena setan dan hantu itu takut dengan benda-benda suci seperti kitab dan benda-benda pralambang yang mewakili kesucian. Intinya setan dan hantu itu bisa dikalahkan.
Happy ending, fikir Kare. Tetapi sesaat kemudian Firman kembali cekikikan dan bersama gengnya Firman pulang tanpa pamit dengan dirinya. “Dasar berandal,” Kare ngedumel benar-benar jengkel. Kemudian kelas pun ditutup dan anak-anak pulang ke rumahnya. Kare berniat pulang dan sesampainya di luar ia mendapati sepatu bututnya telah hilang, entah kemana sembunyinya, sepatu milik satu-satunya pun raib. “Begundal! Sialan! Kurang di ajar!” sumpah serapah, ia telah keluar dari pagar kesabaran yang dibangun di hatinya.
Masih ngedumel Kare pulang dengan sandal japit yang baru dibeli dengan hutang ke warung. Jalan dengan tergopoh-gopoh menuju ke pemakaman tempat biasa ia lewati menuju pulang ke rumah. Malam telah larut, karena Kare menghabiskan waktu untuk mencari sepatunya yang disembunyikan anak-anak nakal itu, juga menghabiskan waktu untuk merayu ibu penjaga warung agar mau menghutanginya sandal japit.
Sesaat di areal pemakaman perasaan Kare mulai tidak enak. Entah mengapa banyak asap di areal pemakaman ini. Lalu ia merapalkan ayat-ayat suci agar hatinya tenang. Setengah areal telah ia lewati. Tapi memang perasaan takutnya mulai menjadi-jadi saja, perlahan bulu kuduknya mulai berdiri karena terdengar suara lolongan anjing. Biasanya tidak pernah sekalipun ia mendengar lolongan seperti itu, tapi hari ini berbeda. Kare melihat ke sekelilingnya, asap putih mulai menebal, Kare kali ini mulai benar-benar takut. Dengan mempercepat jalan menuju pintu keluar pemakaman dan masuk ke kebun bambu milik warga.
Wajah Kare memucat tatkala di pintu keluar tiba-tiba sosok yang menyerupai pocong tengah berdiri di salah satu makam. Kaki Kare tak kuasa bergerak, Kare terpaku dengan apa yang ada di hadapannya. Ia mulai merapalkan ayat-ayat suci. Semakin keras ia merapalkan ayat-ayat itu semakin banyak bermunculan pocong yang lain. Lalu ia mengeluarkan kitab suci dan pralambang yang mewakili kesucian untuk mengusir pocong-pocong tersebut.  Berhasil! Pocong-pocong itu kembali masuk ke makam. Kare tak menyia-nyiakan momen itu untuk berlari sekencang-kencangnya menuju kebun bambu.
Setelah berhasil keluar dari pemakaman, Kare yang terengah-engah berusaha mengambil nafas dan menenangkan dirinya di tengah-tengah kebun bambu tersebut. Serasa tubuhnya lemas tak berdaya karena ini kali pertama ia bertemu hantu. Ia pun duduk di sebuah batu besar dan mengatur nafasnya kembali agar degup jantungnya yang hampir copot tadi akan kembali normal. Tak ada waktu buat jantungnya karena sedetik kemudian jantungnya memacu cepat. Pocong-pocong itu muncul dari sela-sela batang bambu. Kare berdiri, ia merapalkan ayat-ayat suci untuk mengusir. Ia mengacungkan kitab, tasbih, dan lainnya untuk mengusir. Kali ini pocong-pocong itu semakin mendekat padanya. Dan ayat-ayat yang keluar dari mulutnya mulai tak karuan. Merasa posisinya mulai terjepit, Kare memutuskan untuk lari. Ia melepaskan sandal japitnya dan menjatuhkan semua bawaaannya, sambil mengangkat sarung tinggi-tinggi Kare menjerit-jerit ketakutan.
Firman dan lainnya terbahak-bahak. Ada yang pura-pura melolong seperti anjing. Ada yang jungkir-jungkir di tanah tak tahan menahan geli. Firman dan teman-temannya berhasil menyamar jadi pocong dan berhasil menakut-nakuti Kare, sambil berteriak ke arah Kare berlari, “Hantu itu bukan setan! Hantu itu Firman! Hua ha ha ha.” Semua tertawa senang sementara Kare terbirit-birit ketakutan. Ketakutan itu bukan milik mereka tetapi dikembalikan kontan kepada yang menakut-nakutinya. Ahay..!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar