Senin, 21 Maret 2011

(Hahay Story 018) KAKA: KAPAL KARAM



Dari tv terlihat bagaimana kapal itu gagal menyeberangkan penumpangnya ke tujuan. sebuah kapal tua, karatan, dan sepertinya sudah beberapa kali mengalami perbaikan disana-sini. Terdengar suara reporter mengabarkan, bahwa kapal sekoci gagal dibuka, dan pelampung juga belum sempat dibagi-bagikan, karena kapal tersebut karam secara mendadak. Dan karena kepanikan penumpang juga abk-abk membuat kekisruhan terjadi di kapal tersebut.
Tetapi ada berita yang menggembirakan, dari semua penumpang yang meninggal hanya ada tiga orang yang selamat. Satu orang adalah pemuda berbadan atletis dan sepertinya cekatan. Yang kedua yang selamat, laki-laki belum cukup tua, bertubuh kurus, berkumis tebal dan bertubuh pendek. Sedangkan yang ketiga adalah nenek-nenek tua bangka, lebih kurus lagi dari yang kedua, batuk-batuk, dan badannya sedikit bungkuk. Ketiganya adalah penumpang kapal karam tersebut dan bukan salah satu dari crew petugas kapal. Mereka terapung-apung di atas pecahan sekoci dari kayu yang mengapung di tengah laut, terombang-ambing dua hari di lautan luas.
Reporter tv tersebut sedari tadi menayangkan betapa sibuknya dia mencari mereka, karena terusik rasa takjub dan penasarannya, reporter itu ingin melakukan tanya jawab. Setelah mencari kesana-kemari reporter berhasil menemukan ketiganya dalam satu tenda SAR. Langsung menyapa dan menanyakan kesediaan ketiganya untuk diwawancarai.
Pertanyaan-pertanyaannya terlalu dramatis dan pertanyaan standard. Tetapi dari semua pertanyaan yang paling mengusik perhatianku adalah pertanyaan; “bagaimana caranya ketiga penumpang itu dapat menyelamatkan dirinya, sementara yang lain tidak dapat menyelamatkan dirinya?” Lalu moncong microphone disodorkan ke ketiga penumpang tersebut secara bergantian. Pertama sekali pemuda yang berbadan tegap itu mendapat giliran untuk menjawab.
“Oh itu karena saya adalah atlit triathlon. Saya sanggup berenang menyeberangi selat Sunda, dan pernah memenangi pertandingan menyeberang selat yang diadakan bersama Angkatan Laut negeri ini. Saya juga sanggup menyelam dan menahan nafas yang cukup lama. Jadi bagi saya semua ini karena saya telah terlatih.” Jawaban yang panjang dan meyakinkan.
          Reporter terkagum-kagum, manggut-manggut terkesima dengan kehebatan pemuda tersebut. Beralih ke lelaki tua disebelahnya yang juga selamat dari maut tersebut. Lelaki tua itu melirik sesekali ke pemuda itu tadi sambil tersenyum miris mendengar kehebatannya, baginya semua ini adalah keberuntungannya.
“Kalau saya sih cuma beruntung aja. Beruntung saya bertemu pemuda ini. Beruntung dia mau saya tumpangi di punggungnya. Beruntung juga kami menemukan nenek ini mau memberikan tumpangan di atas pecahan sekoci. Boro-boro saya bisa berenang, apalagi menyelam, kentut saja saya sering gemeteran.”
          Mendengar jawaban itu reporter tv tersebut menganga karena terkesima. Belum selesai takjub dengan pemuda yang hebat tadi sekarang bertambah takjub pula ia dengan lelaki tua ini. Beralih lagi ke nenek yang sedari tadi diam dalam selimutnya, mendengarkan saja tapi tidak tidur.
“Kalau nenek sendiri, bagaimana caranya nenek menyelamatkan diri nenek?” lalu microphone tersebut disodorkan kepada beliau.
“Ahhh, kalau nenek sih cuma cari sepotong kayu dan sepotong doa pada Tuhan.”
“Wow. Kok bisa cuma dengan itu nek? Maksudnya apa dengan mencari sepotong kayu dan sepotong doa itu nek?” reporter semakin terkesima dan terheran-heran. Dengan suara parau nenek menjelaskannya.
“Ohhhh. Kalau sepotong doa itu nenek cuma minta Tuhan memaafkan kelakuan nenek selama di laut itu dan meminta kepada Tuhan agar nenek tidak mati di laut. Nenek ingin mati di rumah aja, nenek mau ketemu anak dan cucu-cucu nenek.” Nenek diam sejenak mengambil nafas. Kemudian mengatur nafasnya agar teratur.
“Lalu mencari sepotong kayu itu apa maksudnya nek?” reporter tidak sabaran menunggu nenek mengambil nafas dan mengatur udara yang masuk paru-parunya yang ngap-ngapan.
“Ohhh. Kalau sepotong kayu itu untuk mendukung doa nenek. Nenek pakai untuk memukul. Karena mana mungkin bersaing berebut pecahan sekoci tersebut.”

Ahay...!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar