Senin, 21 Maret 2011

Tahu isi tahu 5


Jangan suka mengira-ngira sesuatu, seperti halnya aku, itu tidak baik. Ada kalanya kebaikan itu bersembunyi dibalik kejahatan. Karena setiap orang yang menatap wajahnya dicermin pasti (harus jujur) akan melihat bayangan setan dari wajahnya, ada yang bersembunyi dibalik senyum dan manisnya paras yang ayu, ada yang langsung terlihat wajah setannya disaat bercermin. Ada pepatah mengatakan, ‘cermin retak wajah pun rusak’, atau ‘buruk rupa cermin dipecahkan’, atau apalah, intinya kalau jelek jangan beli cermin.
Aku sering memaksa mengeluarkan wajah setan dari wajahku dari bayangan di cermin, dan berhasil. Aku jadi ngeri sendiri melihatnya. Maka wajah murkaku adalah wajah Hellboy. Ada orang yang wajahnya seram tapi hati dan perilakunya lembut, ada yang sebaliknya, wajahnya lembut tetapi hati dan perilakunya lebih keji dari setan. Atau keduanya, wajahnya buruk hatinya pun busuk. Karena kata orang bijak, setiap insan akan membawa kedua sifat dan sikap itu bersamaan, sifat baik dan sifat jahat, setiap satu orang pasti memiliki satu sifat baik dan satu sifat jahat yang akan selalu bertempur saling mengalahkan.
Dulu sewaktu aku gondrong, masih berstatus mahasiswa, dan masih suka jalan-jalan tidak bermodal (kalau kata orang ‘back paker’, kalau kataku sih mbonek (modal nekat)). Saat itu aku baru saja dapat tumpangan sebuah truk hasil jegat di jalan. Lumayan tumpangan gratis untuk menyambung perjalanan menuju Jakarta.
Kata supir truk sambil konsentrasi menyetir sewaktu menumpangi aku duduk di bangku sebelahnya, “Sialan kali kau ini, tadinya aku sangka perempuan. Lagi pula perempuan mana yang mau menumpang truk ku ini, ternyata kau jantan berambut panjang. Ha ha ha.” Kalau aku perhatikan tubuh kurus dengan rambut panjang sepunggung dan terbiarkan melambai-lambai, memang lebih mirip perempuan.
Aku bilang saja, “Abang kurang beruntung mencari tumpangan perempuan, tetapi aku bisa bantu-bantu ganti ban kalau-kalau bocor.” Deal.  Apa benar aku lebih mirip perempuan? Hatiku bertanya-tanya. He he, dasar supir gila perempuan, semua yang berambut panjang dikiranya wece.
Sesampainya di Rawamangun aku memutuskan untuk turun. Pada waktu itu hape sedang mahal-mahalnya jadi aku belum punya hape (telepon selular), tidak memiliki jam tangan karena aku suka bosan memakai jam tangan. Intinya aku tidak memiliki alat untuk menunjukan waktu. Turun dari truk hari sudah sangat malam. Berdiri di hadapanku seorang ibu-ibu sepertinya baru pulang ngantor. Busananya minim dibagian bawahnya, sehingga sebahagian pahanya hampir terlihat. Aku mendekatinya dan hendak menanyakan waktu telah menunjukkan pukul berapa. Belum ditanya ibu-ibu itu sudah lari pontang panting. Apa tampangku seperti jambret? Aku bertanya-tanya dalam hati. Ini kan ngetrendnya anak jaman sekarang (waktu itu Andy Liany dan Anang Hermansyah juga membiarkan rambutnya gondrong). Metal!!!!
Begitu juga sewaktu aku pulang kembali ke Padang untuk melanjutkan kuliah. Karena bosan kuliah aku memutuskan cabut dan berjalan-jalan dipasar Raya Padang. Tiba-tiba ada orang gila yang sangat tertarik dengan rambut panjangku, wal hasil aku jadi tontonan orang lain dan jadi bahan tertawaan. Aku lari sekencang-kencangnya, tetapi orang gila itu ikut mengejar sambil memanggil-manggil aku sebagai ‘abaaaang’. Apa dia sangka aku ini abangnya, hah? Aku bertanya-tanya dalam hati sambil terengah-engah dan merah padam menahan malu. “Masak aku harus melawan orang gila yang kebal hukum, yang ada aku yang dihukum.”
Setelah berfikir panjang aku memutuskan untuk memotong habis rambut panjangku ini. Keluar dari rumah melewati preman-preman yang sedang nongkrong aku menuju tukang cukur rambut. Lalu dibabat habis, menyisakan tampang wamil (wajah militer), bergaya ala mas Keanu Reeve dalam film Speed. Pulang ke rumah melewati preman-preman tanggung tadi. Spontan mereka tertawa berjamaah. Terpingkal-pingkal mereka melihat rambutku yang sudah mengalami reboisasi. Spontan aku jadi murka, maka wajah setan yang aku simpan selama ini… ia keluar. Dengan mengambil sebongkah batu aku lempar kea rah preman-preman tersebut, mereka pun ngacir. Kutu kuplet!!
Dasar tahu isi tahu. Diolah seperti apapun tetap dipanggil tahu.
Untuk itu aku sadari bahwa wajah di dandani seperti apa pun hanya dua wajah saja yang selalu orang ingat. Yaitu wajah orang baik dan wajah orang jahat. Selama kebaikan dan kejahatan saling mengalahkan, maka pemenangnya adalah wajah kita yang sebenarnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar