Senin, 21 Maret 2011

(Hahay Story 011) KASIM DAN ONTA



Kasim adalah anak seorang jendral yang tangguh dalam berstrategi. Kasim terengah-engah mengatur nafasnya, maklum dia sedang lomba lari 5 kilo, alias lomba lari marathon untuk usia 15 tahun kebawah. Sambil berlari Kasim berfikir keras apa gunanya balsem yang ayahnya letakkan di daerah pusarnya. Tebal-tebal dan lengket. Balsam itu tidak ada reaksinya sama sekali, fikir Kasim. Sudah hampir satu kilo ia berlari tetapi masih tertinggal oleh saingan pelari lainnya.
Kasim teringat pesan ayahnya, “Ingat jika balsam ini telah berreaksi, pasti kau akan berlari sangat kencang dibanding pelari lainnya. Ha ha ha ha.” Sambil terbahak-bahak wajah ayahnya penuh kecurigaan, Kasim sangat percaya pada strategi yang ayahnya terapkan. Sudah dua kilo, tapi belum ada reaksi dari balsam tersebut.
Pada kilometer ke tiga Kasim mulai kehausan. Matahari mulai tinggi, Kasim berlari  mendekati panitia yang menyediakan air minum di sisi jalanan. Sambil berlari Kasim meneguk air tersebut dan sisanya ia siram ke kepalanya. Air mengucur deras mulai dari membasahi kepalanya, bahunya sampai perutnya. Lalu balsam kental itu mulai mencair dan mulai bereaksi rasa panas. Hot! Balsam yang mencair itu mulai mengalir pelan menuju senjata pusaka si Kasim. Rasa panas itu mulai dirasakan Kasim. Pusarnya panas, begitu juga pistol airnya Kasim mulai terasa panas. Kasim seperti keranjingan berlari kencang sekali.
Pada kilometer ke empat Kasim mulai berasa panas, melewati beberapa pelari lainnya. Keringat Kasim mengucur deras. Semakin basah baju Kasim karena keringat semakin bereaksi balsam itu. Lari Kasim seperti kesetanan, melewati semua pelari mendekati kilometer ke lima atau finish Kasim berlari sendirian di depan. Melewati garis finish Kasim masih berlari, ia berlari mencari ayahnya untuk meminta obat penawar panasnya balsam.
Sejak hari kemenangan itu Kasim tidak pernah mandi, karena ia takut kalau-kalau sisa balsam itu akan bereaksi kembali setelah terkena air. Sambil memakai sarung ia sibuk mengipas-kipas si burung kesayangannya yang mulai pulih kembali. Seminggu kemudian Kasim sudah bisa mandi kembali dan ayahnya memberikannya onta sebagai hadiah kemenangannya. Berikut balsam ajaib itu diberikan kepadanya sebagai kenang-kenangan dari ayahnya karena kemenangan Kasim berkat balsam tersebut.
Kasim senang sekali menerima kedua hadiah itu. Lalu Kasim tak menunggu waktu lama ia langsung menunggangi onta tersebut. Ia mulai berkeliling-keliling kampung dengan senang gembira. Kesenangan menunggangi onta membuatnya ia lupa pulang, terus saja ia bermain-main dengan onta berkeliling-keliling, sampailah ia ke padang gurun yang panas. Kasim ingin mencoba larinya onta di atas pasir, terus sampai ke tengah padang pasir.
Tiba-tiba sang onta letih dan haus. Kasim mengajaknya minum di daerah oase di tengah-tengah padang tersebut. Sambil menepuk-nepuk punggung onta itu Kasim sangat bangga bisa mempunyai onta tersebut. Setelah itu ia membiarkan ontanya beristirahat sebentar. Kasim mengambil balsam ajaib dari saku celananya. Balsam pemberian ayahnya itu memberinya ide, bagaimana caranya membuat ontanya berlari lebih kencang dari sebelumnya. Lalu ia memoles alat kelamin onta itu dengan balsam. Setelah itu ia menungganginya, dan Kasim menyiramnya dengan air dari kantung air yang ia bawa. Beberapa saat kemudian onta itu pun berlari sangat kencang menembus padang gurun tandus itu.
Makin lama onta berlari makin kencang sehingga membuat Kasim terjatuh di tengah-tengah gurun pasir yang tandus itu. Onta itu berlari tak mau berhenti meninggalkan tuannya sendirian. Kasim bangkit dan berusaha mengejarnya tapi sia-sia. Dengan keadaan putus asa Kasim pun menyerah.
Ditengah padang pasir itu Kasim mulai putus asa. Tidak ada satu orang pun yang dapat menolongnya. Kasim terus berjalan tanpa kenal lelah. Teringatlah olehnya balsam ajaib pemberian ayahnya, Kasim berfikir, dengan menggunakan balsam ini ia bisa berlari menuju kampungnya dengan cepat. Kemudian ia oleskan ke pusarnya dan ia siram dengan air yang tersisa.
Tak butuh waktu lama Kasim pun berlari kencang. Ia berlari zik zak tak tentu arah, karena kepanasan ia terus berlari sambil sesekali jingkrak-jingkrak. Kasim pun tak sampai-sampai ke kampungnya karena Kasim tak tahu arah harus berlari kemana. Sampai akhirnya Kasim pun pingsan di tengah gurun tersebut. Ahay...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar