Kamis, 24 Maret 2011

Kemiskinan Struktural


Apakah lagi itu? Yaitu hubungan antara memiskinkan dan proses kemiskinan yang terjadi secara struktural, atau proses keduanya dilakukan oleh suatu badan tertentu secara sengaja seperti suatu Negara terhadap Negara lain.
Memiskinkan dan proses kemiskinan yang terjadi secara struktural adalah "Kemiskinan Struktural". 
“Kedengarannya engga enak kenapa harus kemiskinan nyang disebut-sebut?” itu pemikiran aku pada awalnya. Karena pada kenyataannya, proses pengerjaannya, prakteknya, semua adalah mengayakan diri sendiri.
Seperti apa struktural itu. Pertama, yaitu, sangsi sosial, gaya hidup, dekadensi, sudah terjadi norma dan pandangan yang bergeser, bahkan kenyataan bahwa miskin itu bukan bagian sosial lagi tapi DLS (derita loe sendiri) kaya itu kebanggaan yang terlalu tinggi. Sinetron, film, semua media cerita mengabarkan tidak ada kolerasi antara hidup kaya dengan hidup miskin saling membutuhkan secara sehat. Bahkan dalam sinetron religi pun menggunakan kata-kata tidak baik untuk panggilan orang miskin.
Kedua, terjadinya yang kaya kawin dengan yang kaya, yang miskin kawin dengan yang miskin. Tidak ada pilihan yang kaya akan kawin silang dengan miskin. Yang diterima kerja adalah golongan elite dan kaum tertentu, dari falkustas tertentu, dari kelompok tertentu. 
Perbandingan kerja antara pemerintah tidak tanggap setanggap pekerja sosial yang mau terjun dan berbaur langsung dengan kaum kusam tersebut. Atau, tidak ada cara terstruktur dari kota sampai dusun. Perebutan harta ditampilkan di tv secara terbuka, baik itu alasan poligami, alasan surat wasiat, atau penembakan di tempat parkir. Yang kedua ini justru mempercepat memperkaya diri sendiri terjadi disini. Seseorang menghalalkan segala cara masuk ke kelompok elit tersebut. Memanfaatkan hukum yang kendor untuk korupsi. Menikahi harta dengan cara menikahi anak-anaknya.
Ketiga, secara sistemik adanya proses secara sadar upaya memiskinkan orang lain. Dengan cara kuno: tengkulak, dengan cara modern yaitu suatu Negara meminjamkan dana kepada Negara lain dengan syarat-syarat yang memberatkan Negara tersebut. Perjanjian kerjasama yang tidak saling menguntungkan, misalnya kebutuhan primer ditukarkan dengan kebutuhan sekunder. Atau adanya permainan kurs uang. Atau cara-cara halus yang lebih kejam lagi yaitu kredit uang atau barang. Masih banyak lagi.
 Namun dulu ada cerita indah tentang Pangeran dari Inggris yang menikahi seorang perempuan yang bukan dari kaum bangsawan. Dan yang masih menjadi cerita, Pangeran Jepang yang menikahi perempuan biasa. Keduanya menjadi cerita sebelum tidur para perempuan, anak dari pasangan yang menginginkan mereka masuk ke dalam lingkaran kaya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar