Selasa, 22 Maret 2011

Superwarno 5 (Nuansa IV - Filosofi Akal Baik)


Pemikiran tentang akal baik dan buruk Super Warno, yaitu pemikiran untuk menghidupkan benda keramatnya menjadikannya berfungsi.

Manusia memang diciptakan untuk berbuat baik dan salah. Kita letakan baik disebelah kanan dan salah di kiri. Setelah berbuat baik pun akan dihadapkan dengan hasil baik dan salah. Salah pun demikian. Itulah mengapa kita menyebut bahwa Tuhan selalu Maha Kasih dan Penyayang, di setiap kesalahan selalu di perhitungkan untuk kembali jadi baik. Apabila kita selalu berpikiran dan melakukan yang baik maka grafik kekanan akan terus menaik kekanan tanpa belok ke kiri akan terjadi garis lurus..
Apabila kita melakukan kesalahan masih ada kecendrungan untuk berbuat baik kembali, karena orang jahat pun selalu melakukan kejahatan pun masih memikirkan hal yang baik untuk dirinya, atau berharap sesuatu yang baik walau dari kejahatannya
Maka kecendrungan baik itu hal selalu Tuhan tawarkan kita untuk berkasih sayang. Karena rasa Kasih Sayang Tuhan itu wujud nyata untuk kita selalu memikirkan dan bertindak untuk hal baik saja. Tuhan tidak pernah meletakkan sesorang dalam cobaan yang tidak mungkin. Tuhan juga tidak memberikan nasib buruk, hanya saja cara pandang kita yang salah pada Tuhan. Tuhan adalah tempatnya kebaikan, maka kesalahan itu akan menunjukan bahwa kita tidak menuju Tuhan.
Aku terkadang ingin sekali tahu apa yang Tuhan berikan pada Super Warno. Secara fisik dia tak berbeda dengan diriku. Secara keunikan jelas dia unik. Pintar diatas rata-rata. Tapi setiap orang punya kekurangannya masing-masing. Aku mencoba mencari kejahatan apa yang bisa Super Warno lakukan. Aku terus mengamatinya sejak dia masuk ke kampus ini seperti magis buatku.
Awalnya aku tidak mengetahui ini sebuah kesalahannya. Tetapi aku rasa ini kesalahan Super Warno. Aku mengkategorikannya demikian. Kesalahan besar lelaki yang tidak suka memakai celana dalam. Lelaki itu harus memakai celana dalam. Dan aku akui ini termasuk kesalahan sang super.
Suatu hari pada acara KBM, yang mengambil tempat di perdesaan di pinggiran kaki gunung Merapi. Kami akan berkemah disini seminggu penuh. Dan akan membantu desa untuk membangun jembatan. Intinya memang acara bakti kepada masyarakat, tetapi tetap diselingi dengan Ospek. Di malam harinya selalu ada acara peloncoan, harus nyanyi sebelum tidur, atau diwajibkan meminta tanda tangan barang satu saja pada senior-senior yang gila hormat.
Percuma kami membuat acara untuk menakut-nakuti mahasiswa baru, Super Warno tidak memiliki rasa takut sedikitpun pada manusia selain takut pada jarum suntik dan makan nasi. Kami harus menyediakan roti khusus buatnya. Percuma kami membuat acara lucu-lucuan, urat tawanya sudah putus sejak lahir. Dan tak ada yang lucu sedikitpun baginya. Tetapi dari semua acara hanya satu acara yang dia sangat menyukai. Yakni acara senam pagi.
Awalnya kami tidak mengerti kenapa ia menyukai acara bangun pagi-pagi hanya untuk senam. Pada hari keenam acara senam tengah berlangsung seru, tiba-tiba seorang senior memanggilnya kedepan untuk memimpin senam. Apa yang di dapat sungguh tak layak bagi umum. Semua mahasiswi berteriak histeris. Adik Super Warno bangun dari tidurnya. Dengan bergegas seorang dosen membawa handuk untuk menutupi keris mahaptih Super Warno. Dan dosen itu membawanya kembali ke tenda, walaupun Super Warno memaksa untuk tetap tinggal di lapangan.
Sejak saat itu ceritanya menjadi hits. Tentang keris mahapatihnya yang berfungsi normal seperti fungsinya semua lelaki. Semua mengira itu karena rasa dingin yang menyerang subuh-subuh, apalagi daerah kaki gunung betapa dinginnya. Wajar jika hal biologis itu terjadi saat tidur, sewaktu baru saja bangun pagi adiknya akan ikut bangun. Aku mengamininya. Amiiin.
Tetapi dimana letak kesalahannya? Hal itu baru terbukti pada acara musik yang diadakan di kampus. Entah mengapa Super Warno memutuskan untuk tidak pulang ke rumahnya. Dan ikut menyaksikan acara musik itu, lalu kongko-kongko di tempat kami seniornya yang menjadi panitia acara. Pada posisi yang tepat dan waktu yang tepat pula. Dia khusyuk sekali menyaksikan acara ini. Kami tidak begitu memperhatikan Super Warno, justru kami memperhatikan wanita yang sedang bernyanyi di atas panggung. Wanita tersebut memakai pakaian yang ketat dan sedikit seronok melukiskan tubuhnya di dalam pakaian tersebut. Apa yang terjadi kemudian. Benar! Keris mahapatih milik Super Warno ………
Aku selalu merendahkan diri padanya tetapi tidak untuk sekali ini. Kelakuannya rendah sekali. Secara dia tidak pernah menggunakan celana dalam dan pemandangan itu tidak baik buat orang lain. Aku mencoba mengalihkan pandangan matanya tetapi ia terus berusaha kembali ke posisi wuenak tadi. Dia tidak terdidik untuk hal birahi seperti ini. Untung saja hanya kami yang mengetahui keberadaannya. Karena Super Warno tidak mengerti baik dan buruknya sifat primitive manusia.
Nilai baiknya bahwa dia juga manusia sama seperti aku. Setelah kejadian itu aku mengerti batasan mana yang salah. Apakah perempuan yang memberikan tontonan birahi atau Super Warno yang tidak bisa mengendalikan senjata rahasianya? Dua-duanya salah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar