Senin, 21 Maret 2011

Indonesia, Guru yang Rendah Hati dan Tidak Sombong


Tunisia dan Mesir adalah murid dari peristiwa Reformasi yang terjadi dibulan mei tahun 1997. Dalam beberapa hal memang ada kemiripan yang terjadi di kedua negara tersebut dengan apa yang terjadi di negara kita. Kemiripan Tujuan, yaitu utamanya adalah menurunkan rezim yang telah bertahan lama tetapi terlalu mengekang. Kemiripan Kemiskinan, walaupun pendapatan perkapitanya saat ini jauh diatas pendapatan negara kita tapi coba lihat pendapatan kita sebelum reformasi, lebih kurang mirip, walau dibawah pimpinan orde baru tetapi sandang pangan papan kita masih terjamin tetapi masih dianggap bahwa sila "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia" belum berjalan semestinya, artinya kita saat itu dianggap miskin. Kemiripan Sistem Pemerintahan yang Berbasis Militer, entah itu sosialis, atau pancasilais, atau demokratis, atau semi, atau apalah, yang mirip adalah kekuatan utama ekonomi dan pertahanan keamanan dalam satu wujud. Saat itu dikenal Dwi Fungsi ABRI.
Kekuatan lainnya adalah lahirnya basis pergerakan dengan menggunakan jalur informasi komputer atau internet. Yang bisa diakses oleh seluruh negara di dunia, sehingga reformasi yang terjadi di Indonesia bisa di jadikan model. Bahkan Tunisia berani mengklaim bahwa Reformasi yang mereka perjuangkan bakal lebih baik dari yang terjadi di Indonesia. Begitu juga di Mesir, walaupun akar budaya di Mesir dalam hal kudeta sudah kental tetapi kali ini mereka tetap meniru pola yang dipakai Tunisia dan Indonesia. Artinya reformasi di Indonesia berhasil menjadi contoh.
Lalu rasa takut itu menjalar ke negara-negara yang memiliki rezim yang bertahan lebih dari dua dekade. Seperti perdana mentri Tunisia dan Mesir, keduanya bertahan lebih dari dua dekade sama seperti presiden RI saat itu yang menjabat lebih dari tiga dekade. Rasa takut ini berbondong-bondong menular ke negara-negara lain. Apalagi ini jaman perang antar kepentingan politik, kita ketahui bahwa Tunisia dan Mesir mempunyai kepentingan politik yang mirip diantara keduanya yaitu sama-sama mendapat bantuan dari salah satu sekutu negara adidaya.
Perasaan takut itu mewabah. Termasuk ke negara "gue". Yang membuatku geli adalah rasa takut yang berlebihan pada masyarakat"gue".Hua ha ha ha. Geliks. "Kenapa tidak? Lahaa! Hahay, yang bergejolak itu negara dengan budaya (kultur) dan adab (berkehidupan ilmiah) yang berbeda jauh dengan negara ini." Kalau soal mencontoh pola reformasi boleh saja mirip, tapi negara ini jauh lebih dulu telah melakukannya dan melewatinya. Walaupun sekarang masih proses menggiring reformasi tersebut ke bentuk yang baik dan mendingan.
Aku bertanya-tanya sendiri, apakah sebegitu menakutkan kah reformasi itu? Jawaban buat orang yang berduit mungkin iya. Untuk orang yang memiliki asset kekayaan di negara ini memang sedikit ketar-ketir. Tetapi kita sudah jauh melangkah melewati garis pergerakan reformasi. Sekarang justru sedang cuci gudang. Produk sisa orde baru memang masih banyak, yaitu sistemnya, orang-orangnya, dan pola fikirnya juga masih melekat ke reformis-reformis kita sekarang.
Kalau aku sih, melihat apa yang terjadi di kedua murid reformasi itu ialah masalah keadilan berserikat dan keadilan sosial yang tidak merata. Walaupun ada kemungkinan perperangan politik di dalamnya tentang kubu-kubu perang antar kepentingan militer, tapi itu hanya langit yang tahu karena aku cuma melihat. Seperti dulu sewaktu kita masih dibawah kepemimpinan orba, banyak kepentingan negara lain yang mengatasnamakan hutang atau pinjaman ke pemerintah negara ini lalu mereka bebas mengarahkan kepentingan politik negaranya pada negara ini. Begitu juga yang terjadi di kedua murid kita itu.
Contoh ringan yang bisa kita lihat yaitu politik adu domba versi sekarang yang lebih up to date, dibiarkannya kantung-kantung konflik di daerah-daerah untuk tujuan perdagangan. Bisa jualan senjata, jualan narkoba, jualan politik, jualan apa saja selama perang itu menguntungkan. Atau yang lebih ringan yaitu pengalihan perhatian masyarakat terhadap isu-isu politik dengan hal-hal sepele, seperti adanya penampakan UFO, ada kasus selebriti, ada harga cabe, ada masalah gaji. Kecuali bencana alam, itu bukan pengalihan, itu sebuah warning.
Bahkan negara Cina sekarang mengurangi, bahkan menghentikan beberapa akses informasi tentang reformasi yang terjadi di Indonesia, Tunisia dan Mesir untuk meredam agar tidak tertularnya wabah tersebut ke negara tersebut. Padahal reformasi yang kita contohkan memang memakan korban nyawa tetapi tidak membunuh partai-partai yang sebelumnya sudah ada. Bahkan sekarang kita tengah memperbaiki sistem berpolitik dan bernegara ke arah lebih baik dan mendingan. Ini bukan wabah.
Soal kelaparan dan kemiskinan itu adalah pekerjaan rumah yang terabaikan dari perjuangan reformis negeri ini. Terabaikan tetapi bukan terlupakan, karena terlalu sibuk membersihkan kotoran dari jamur dan benalu yang merusak tatanan kenegaraan, padahal soal perut rakyat itu juga penting. Jangan sampai reformasi berubah jadi repot nasi (susah mau makan). Sebaiknya (mungkin, barangkali), kita harus punya mentri khusus Korupsi, mentri khusus Kelaparan dan Kemiskinan, agar ada laporan tersendiri yang disampaikan ke Presiden tentang hasil kerja kedua mentri tersebut, agar mereka fokus bekerja tanpa saling menunggu salah satu pekerjaan terselesaikan. Berantas korupsi selesai, mengisi perut lapar rakyat terselesaikan, tanpa harus saling tunggu.
Sesibuk-sibuknya kalian mau membaca cacatan (maksudnya catatan) ini pasti tidak akan sempat masak karena bahan makanan yang susah dicari karena bencana alam atau gagal panen, akhirnya negara ini terpaksa import. Atau karena lapar anda tidak bisa fokus membaca catutan (maaf maksudnya catatan) ini. Bayangkan kalau masalah seperti ini kita serahkan pada seorang mentri Kelaparan dan Kemiskinan maka anda dapat dengan mudah membaca coretan (maksudnya.. anda pasti tau) ini, apalagi mengakses fesbuk adalah pekerjaan enteng karena anda sudah tidak lagi miskin, paling tidak diatas miskin sedikit atau mendingan.
Untuk itu saya mencoba percaya buat kalian yang sempat membaca carutan ini (maafkan kesalahan ini sekali lagi karena setiap menulis catatan perut saya keroncongan dan kadang-kadang jazzy), kalian telah bebas dari lapar dan bebas dari miskin. Maka menu yang enak untuk hari ini adalah nasi goreng gila. Ha ha ha ha ha. Hus! Ingat! Jangan jadi gila, ini hanya nasi gorengnya yang pedesssssnya gila buanget.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar