Senin, 21 Maret 2011

Bung Max


Kita ngobrol-ngobrol lagih nieh. Ceritanya tentang BM di tempat ronda. Semoga aja menghibur semuanya. Kali ini aku mau bercerita tentang  seseorang teman DNA (dekat ndak akrab). Inisial namanya BM, seorang supir taksi berdarah orang Timur. Menjadi supir taksi bukan cita-citanya, pernah ngamen, pernah jadi jawara, jadi kuli, apa aja yang penting halal. Itu sih katanya, semua itu diceritakan padaku saat aku dan dia kebetulan kebagian jatah ronda pada waktu beberapa bulan yang lalu. Tepatnya aku sudah lupa.
BM berperawakan besar, berkulit agak hitam, jari-jari tangannya beberapa ada yang putus karena penyakit kusta. Jadi wajar kalau ia bercerita pernah jadi centeng atau kolektor utang para nasabah. Wajahnya seram, badan besar, bersuara berat dan melihat jari-jarinya orang akan menyangka putus karena perkelahian. Orang dari timur selalu saja akan dipandang sebagai orang yang keras dan bersuara emas. Tetapi tidak buat BM, wajahnya memang keras, hidung jambu yang besar dan wajah penuh bekas jerawat menambah karakter orang bertangan besi, semua itu sirna, wajah angkernya itu senantiasa tertutupi oleh senyuman yang selalu cemerlang dan aku tak sungkan-sungkan mengenalkan diri. Dan suara yang berat itu diakuinya buat bernyanyi selalu mengganggu orang sekeliling, tapi tidak fales lah, makanya dia pernah ngamen walaupun tetap tidak laku.
Awalnya tiada cerita apa pun diantara kami, karena beronda bersama tidak enak rasanya kalau tidak ngobrol. Maka aku lah yang membuka cerita, hanya sekedar mengisi ruang yang sepi karena kami saling diam. Tak disangka tak diduga, BM ternyata orangnya supel sekali. Cerita-cerita lucu selalu ia ceritakan, sebenarnya tidak lucu tapi aku mendengarnya jenaka, lebih tepatnya ia sedang curhat. Ia sedang menceritakan kehidupannya pertama kali jadi supir taksi. Berawal dari cerita pengalaman di rampok penumpang yang berhasil ia tangani sendiri dengan cara menghiba. Walhasil ketiga perampok merasa iba padanya dan melepaskan todongan pisau yang sudah melekat di tenggorokannya, dan ia pun menghantarkan perampok sampai tujuannya.
Aku awalnya mengira akan ada perlawanan hebat dari BM tapi dari suaranya yang berat itu terbersit suara ketulusan. Jadi wajar bila perampok itu luluh hatinya dan melepaskan dirinya yang dianggap sama-sama kere. Aku menyimak dengan senyum penuh, hilang rasa kantukku dan ruang ini juga sudah penuh cerita menarik darinya, aku cukup jadi pendengar yang baik saja. Kebiasaan buruk yang sering ia lakukan adalah kebelet pipis dan pupi, datangnya mendadak dan sulit ditahan.
Lalu ia menceritakan tentang kebiasaan buruknya ini. Saat itu penumpang seorang perempuan yang tengah duduk di belakang tampak ketakutan dengan gelagat supirnya yang tidak mau tenang dan membawa taksi dengan ugal-ugalan. BM semakin tidak karuan perasaan dan badannya mulai tidak menerima kompromi, harus saat itu juga terrealisasikan transaksi tersebut. Si ibu murka, dan mencak-mencak, walhasil si ibu diturunkan di tengah jalan hanya karena BM tidak kuasa menahan hasrat buang air besar, dan ia membuangnya disemak-semak pinggiran jalan tol. Ia tertawa, geli sendiri mendengar ceritanya, aku ikut tertawa.
Begitu juga sewaktu kebelet pipis. Tadinya mau ia buang ke dalam botol air mineral. Cari punya cari ternyata semua botol tak ada satu pun yang ia temukan. Dengan keringat dingin ia menahan untuk tidak ngompol. Dengan bergegas ia menghentikan taksinya di sebelah mobil carry yang sedang berteduh di jembatan dari sengatan matahari siang bolong. Dengan membuka pintu dan reseleting celana panjangnya ia mengeluarkan keris saktinya dari dalam celana tersebut. Tanpa harus turun dari taksi ia mengucurkan cairan tersebut mengenai roda mobil carry tersebut. Sambil menengadah dan mengucapkan kata lega, “Aaaahhhhhhhhhhhhhhhhhh”. Lepaslah sudah desakan cairan yang membuatnya terdesak tekanan batin.
Tapi apa yang terjadi kemudian. Baru saja setengah perjalanan, hasrat membuang cairan tersebut terganggu. Mobil carry tempatnya berlindung dari orang-orang, mulai bergerak, kemudian mobil itu berlalu begitu saja. BM yang masih ada setengah hasrat lagi tetap meneruskan membuang cairan tersebut tanpa mempedulikan mobil carry yang berlalu. “Masak bodo lah”, katanya.
Tiba-tiba terdengar jeritan keras suara perempuan. “Aaaaaarrrrrrhggghh….!” Suara perempuan setengah baya. Seorang penjual gado-gado gendong, sambil menutup kedua belah matanya dengan kain gendongan. BM panik mendengar suara teriakan yang berasal dari arah mukanya. Dengan jelas BM dapat melihat perempuan itu menunduk malu, karena gugup ia masuk kedalam taksinya dan menutup pintunya. Walhasil ia mengencingi taksinya sendiri.
Mimpi apa semalam ibu itu. Tiba-tiba mobil carry merah berlalu terlihatlah pemandangan yang sangat menggoda hatinya. Bukan pemadam kebakaran, bukan juga air mancur, tapi air yang berseni tinggi. Tak kuasa menahan kaget si ibu tersebut berteriak dengan kerasnya dan BM yang sedang tanggung tak kalah kagetnya. Setelah berhasil membasahi taksinya dengan cairan bau pesing BM berlalu dengan perasaan gundah dan kesal. Ia kembali tertawa menceritakan cerita itu. Aku juga ikut terpingkal-pingkal sambil membayangkan wajah perempuan setengah baya penjual gado-gado tersebut.
Cerita ini masih lucu saja sampai saat ini. Semoga BM tetap lucu dan tulus. Sampai ketemu lagi bung! He he he.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar