Minggu, 27 Maret 2011

BLUNDER


Setelah aku fikirkan tentang keajaiban sebentuk dendam dan doa. Dulu aku sangat dendam dan keki melihat pemimpin yang semena-mena dan aku meinginkan berada di posisi itu. Entah bagaimana hal itu kesampaian walau beda tempat dan beda perusahaan. Ternyata memang menjadi pemimpin yang baik itu sangat sulit.
Lalu aku juga pernah mendambakan punya proyek idealisme ku sendiri. Entah bagaimana hal itu kesampaian. Ternyata aku pun tak bisa seidealis keinginan dan pengetahuanku. Aku harus toleransi dengan lingkungan dan pemegang dana.
Sekarang semua seperti berbalik padaku. Seperti bumerang yang siap kembali. Dendam akan menjadi yang terbaik dari orang-orang itu kembali balik membalas keburukan. Tentu aku tidak mau, jika aku di cubit sangat sulit untuk tidak membalas mencubit. Karena aku bukan dia orang.
Alangkah tidak sempurnanya suatu proses menuju akhir sebuah doa. Sebuah ideal pun dikehendaki melalui ketidak-idealan. Ternyata memang, barangkali, mereka terpaksa melakukannya. Alasannya bisa klise, "istri butuh handphone, anak pingin motor," atau "asalkan dapur bisa ngebul."
Alangkah bersyukurnya aku bisa berbeda. Amin. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar