Jumat, 25 Maret 2011

(Hahay Story 026) KHALI - WHITE TIGER


White Tiger adalah orang pelarian dari masalah dirinya sendiri. Karena terlalu muda untuk di angkat menjadi tetua adat maka White Tiger lari dari dusunnya dan memilih kuliah di kota. Disanalah ia bertemu Khali yang kini menjadi sahabatnya. Karena terbiasa hidup berdampingan dengan alam White Tiger selalu menceritakan alamnya di dusun kepada Khali si anak kota. Kemudian mereka berdua suka berpetualang menempuh alam raya; hutan, muara, kali, gunung, bukit, laut, pantai, dan lain-lain. Berenang, mancing, berperahu layar, berdebat dan banyak lagi yang mereka saling berbagi.
Ketika mendaki gunung Khali selalu menyempatkan diri berbincang-bincang dengannya, White Tiger, gelar yang diberikan padanya buat orang pemberani. Khali merasakan bimbingannya mengenai alam sebagaimana yang sudah pernah ia lalui. Khali juga selalu ingin tahu bagaimana pola fikir sahabatnya ini tentang kebebasan alam. Menurutnya seorang pecinta alam sejati yaitu orang yang tidak mengambil sesuatu dari alamnya, juga tidak meninggalkan sesuatu kepada alamnya, alam itu harus tumbuh seimbang dan alamiah terasa seperti kehidupan alam sesungguhnya. Rumit memang cara pandang orang satu ini.
Kehebatannya tak usah kau pertanyakan lagi, bahkan menjadi cerita wajib buat teman-teman seperjalan yang mengenal siapa dia. Hanya dia orang yang sanggup berlari di lereng terjal bebatuan hanya untuk menyelamatkan orang yang tidak ia kenal tengah bergelayutan di sebuah batu di seberang lereng satunya bertahan dengan tangannya agar tak jatuh ke lembah. Hanya dia orang yang tak mau ditandu saat turun gunung karena kakinya patah satu saat terjatuh ke jurang. Dan hanya dia orang yang bisa membaca posisi letak bintang-bintang.
Pada hari patahnya kaki sang pemberani White Tiger, saat itu hari masih siang. Khali menemaninya turun gunung. Khali ingin menjajal kehebatan White Tiger turun gunung dengan berlari. Tapi sial hari itu White Tiger berlari menuruni jalan setapak yang di ujung jalan tersebut jurang, seharusnya orang yang melewatinya harus belok menuju jalan setapak berikutnya, tapi karena berlari White Tiger kebablasan masuk ke jurang tersebut. Jurang setinggi 7 meter. Khali yang berlari tepat di belakang White Tiger pun harus terjerumus ke jurang yang sama.
Saat berada di ketinggian 7 meter itu yang Khali lihat hanyalah betapa dalamnya jurang tersebut, sebelum tubuhnya ditarik oleh gaya gravitasi bumi. Khali pun berusaha menggapai apa saja untuk digenggam agar menahan tubuhnya tidak jatuh ke dalam jurang tersebut. Tetapi tidak ada satu pun yang dapat ia genggam, hanya dua batang pohon besar yang tumbuh bersebelahan tepat searah jatuhnya badan khali ke dasar jurang. Karena tangannya menggapai-gapai membuat badannya berputar-putar bergelinding pada salah satu batang pohon besar tersebut sebelum mendarat ke tanah.
Bammmm. Badan Khali jatuh tepat 1 meter bersebelahan dengan White Tiger. Khali yang menggendong tas carrier di punggungnya, terjatuh beralaskan tas tersebut. Lalu ia memandang ke atas tempat asal ia jatuh. Entah mengapa saat itu White Tiger tengah merintih menahan sakitnya. Menurutnya ia terjatuh beralaskan kedua kakinya, dan itu membuat kaki kanannya patah. Khali berfikir betapa beruntungnya ia masih hidup setelah jatuh dari ketinggian itu, dengan tangan penuh luka baret dan sobek. Tetapi untuk White Tiger, berfikir bahwa ia tak terkalahkan oleh alam yang dianggap sebagai sahabatnya, White Tiger tersenyum puas. Lalu ia meneruskan turun gunung dengan kaki satu, berjingkat-jingkat di temani Khali, tanpa sedikit pun mau digotong oleh rekan-rekan lainnya.
Momen itu pula lah yang membuat White Tiger semakin berambisi mendaki gunung yang lain sendiri, sendirian, semua serba sendiri. Karena ia selamat dari 7 meter itu maka angka tujuh jadi momen buatnya. Hari itu White Tiger bertekad akan mendaki 7 gunung sekaligus yang diberi nama Ekpedisi Tujuh Gunung Kaki Satu. Beberapa bulan kemudian setelah ia sembuh dan melakukan pemanasan, siaplah ia melakukan ekspedisinya tersebut. Dengan berpamitan kepada Khali dan rekan-rekan lainnya, berangkatlah ia. Khali hanya menitipkan kameranya bersama isi film untuk White Tiger mendokumentasikan perjuangannya.
Setelah dua bulan kemudian White Tiger pulang dengan segudang cerita. Pertemuan keduanya membuat banyak perbedaan. Khali hampir menamatkan kuliahnya sementara White Tiger sudah tertinggal jauh. Khali adalah gelas buat air White Tiger ditumpahkan ke dalamnya. Setelah kesibukan keduanya yang berbeda membuat kesenjangan itu terasa, apalagi Khali yang tengah sibuk harus menyiapkan tugas akhirnya. Sementara White Tiger menghabiskan waktu mancing sendirian. Kesendiriannya itu terasa selama ekspedisi yang ia lakukan sendiri, betapa ia butuh Khali untuk mendengarkan kisah-kisahnya, mencatat semua pengetahuannya tentang alam, cerita-ceritanya tentang hewan dan tumbuhan. Sebulan kemudian Khali pun diwisuda.
Hari wisuda itu adalah kebahagiaan terakhir White Tiger. Karena hari itu adalah akhir dari petualangan keduanya. White Tiger telah memilih untuk mengabdi pada dusunnya sebagai tetua adat. Dan ia meninggalkan kuliahnya yang belum sempat ia tamatkan. Sementara Khali berhasil menamatkan kuliahnya dengan nilai cukup, dan hanya berakhir dibelakang meja menjadi karyawan salah satu bank.
Kenangan-kenangan itu masih terus menggelitik kedua sahabat itu untuk suatu saat mengulanginya lagi. Betapa pun hebatnya White Tiger ia selalu butuh orang yang mau mendengarkannya, mengiyakannya dan menalarkannya. Dan betapa hebatnya Khali selalu butuh kebebasan yang dimiliki White Tiger.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar