Senin, 21 Maret 2011

Hah? Tah? Kah? (April 1997 sebagian dari diriku dongo)


Sejak Januari muda hinga ke gerbang April
Terasa persahabatan mulai terluka
Aku merasakan sesuatu yang berbeda
Entah apanya?
Sebenarnya sudah lama mengenalnya

April muda dari lima ke enam melewati pukul nol nol
Ditengah malam pekat sebelum beranjak lelap
Dalam keruhnya fikiranku
Kalau saja dapat engkau bagi-bagi setiap aksimu
Dalam jumlah waktu, aku rasa tak pernah puas
Kalau saja dapat engkau pilah-pilah setiap gairahmu
Dalam jumlah logika, aku rasa keedanan
Maka aku jatuh kedalam keruhnya dan pekatnya lumpur gairah aksimu

Keesokan harinya aku terasa pulih
Berangkat ke tempat aku biasa menanti
Dari ke tujuh menuju sepuluh
Selalu begitu, aku tahu itu
Jalan-jalan yang biasa terlewati dengan senyum menghiasi hari

Aku tak merasa bahwa telah lama aku memangku hening
Hingga ke malam tetap ku pangku

Kopi sudahlah dingin rokok masih menyala
Fikiran terus berjalan
Kaki melentur memanjang
Duduk di teras lantai dua menghadap ke lampu jalan
Ada wajah kemerahan di cahaya lampu, adalah engkau

Matahari di hari ke sebelas panasnya ganas
Aku tak menyimpan apapun darimu
Setiap momen adalah momen terbaik dan setiap tempat adalah tempat terbaik
Seperti halnya ku ungkapkan kepadamu tentang Kehadiran dan Kesempatan
Maka orangnya adalah engkau
Jikalau bahasa dan kata-kata tidak dapat mewakili
Maka melihatlah engkau dengan hatimu
Rasakanlah melalui tubuhmu
Rabalah perlahan

Langit di hari ke enambelas
Langit adalah adil dan tiada orang yang dikecualikan
Hanya Maha Dia lah yang bisa menentukan lain
Tapi tetap untuk keadilan dan kebaikanmu
Yang engkau tentukan orangnya adalah
bukan daku
Padahal aku belum mengutarakannya padamu

Sekali kala, hanya menunggu jawabanmu
Mengumpulkan nyali
Tetapi setelah sekian lama sampailah aku pada pokok persoalan yang sesungguhnya
Apakah aku tak membutuhkan jawabanmu?
Kubutuhkan atau tidak kesadaran itu,
hari ini bertemunya aku, kamu dan dia pilihanmu

Kau tampak bahagia dengan itu

Menjelang di akhir ke enambelas menuju pukul nol-nol
Sepertinya rokok yang kuhisap seperti tak memiliki rasa
Kopi yang kusedu terasa pahit saja
Nelangsa di depan jendela kaca menghadap ke lampu jalan
Tiada wajah pada cahaya jingga kemerahan

April ke tujuhbelas, sepenggal perjalanan hari
Menuju pukul dua matahari tengah garang
Dibangku Cek Lok di Kampung Nias
Tempat biasa menanti
Hanyalah menanti
Entah apa lagi yang aku nanti

Terbang bebas dan lepas tak berbeban hujat
Untuk momen ini dan tempat ini
Aku hendaknya menghargai berbahagia tanpamu
Kurasakan semangat itu bersama angin dan hujan gerimis yang membasuh wajahku
Hidup berpetualang

Langit terasa kelam dalam selimut awan pekat
Disepenggal hari ke dua puluh satu suasana mendung mengundang
Siang tak lagi diam gemuruhnya hujan jatuh di atap dari seng
Juga di jendela kaca
Membuat aku bangkit dan berlari keluar
Bermain hujan bersama bocah

Angin bergandengan dingin lembab
Lampu jalanan menyala semua
Siang ini aku benar-benar lupa wajah dan pesonamu
Seperti awalnya begitulah akhirnya

Matahari melintas teras cepat
Bulan menggantikan
Hari mendingin sejak siang
Bertemulah aku dengan mu
Haruskah aku bilang, ada cemburu, ada rindu, ada dirimu
Disetiap kebimbangananku
Aku memilih diam dan menjaganya sebagai rahasia
Tapi tetap saja hati senang
Bermalam bersama di tepi pantai dengan bulan separuh

April ke dua puluh dua pagi hari pukul sembilan
Di bangku Cek Lok aku duduk menghela nafas panjang
Aku tengah jauh dari ruang dan waktu disini
Tidak bersama siapapun
Aku terkesima tanpa ujung
Ilusi terhenti saat daun mangga kering yang terjatuh di bahuku

Kau sudah ada yang punya
Aku masih saja menanti
Maka aku menerima kembali persahabatanku yang terluka


(24 July Menuju 25, pukul 00)
Parak Karaka Pantai Padang 1997
Manusia bodoh
Ibarat mengukur benang layang2 sendiri... setinggi apa pun itu masih saja yg terlihat tinggi layang2 orang lain... ibarat memuji layang2 sendiri... masih saja terlihat besar dan indah layang2 orang lain. Top of Form
Sebagus apapun yang sudah kita buat ternyata masih ada yang lebih bagus, tetapi yang kita buat itu sudah baik, maka bagus akan menyusul dengan sendirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar