Selasa, 22 Maret 2011

Langit Adil


aku di hadapan sebuah kaca
kaca jendela yang tembus langsung ke langit
di lantai tiga gedung rumah sakit
tidak ada tumbuhan ataupun gedung tinggi mampu menghalangi
aku merasa diatas angin
bersebelahan dg langit mendung
sementara di dalam kamar kamar terdapat pesakitan
ada yg meraung raung
ada tertidur pulas setelah dibius
ada berak, mencret, dan juga muntah
ada perawat bergunjing
ada dokter jaga yg datang telat mulu
ada keluarga dan penjenguk lainnya lagi bernegosiasi menjual warisan
ada aku tak peduli
asyik memandangi langit

beberapa selang waktu
mega mendung berarak menutup gemilangnya mentari
perlahan titik air berjatuhan
aku menengok kebawah
labuh ramai dg peneduh yg takut baju kemeja celana, dan sepatu kulit basah kehujanan
berlarian saling berebut tempat teduh
pesakitan diluar sana juga banyak
ada pengemis pura pura cacat
ada pengamen yg suka mabok
ada pegawai rendahan suka tilep bcatk
ada nyonya malas buka pintu sendiri dan suaminya mati matian korupsi
ada supir bis dan angkot berebut menurunkan penumpang di tengah jalan
ada supir taksi dan tukang ojek tak mau kalah berhenti dibelakang bis dan angkot berebut penumpang
langit memang adil
aku merasa dapat melihat kebawah laksana sang langit
baik didalam dan diluar banyak pesakitan

aku memandagi titik hujan berbenturan kaca
suhu ruangan menurun jadi tambah dingin karena ac
dimana orang orang sehat dan baik bersembunyi?
aku bertanya tapi tak bermaksud mencari
lalu datang seseorang
bukan pembesuk
bukan anggota klub atau mitra
bukan juga anggota keluarga
menyapaku dan tersenyum lebar
mengajakku berdoa bersama
lalu bercerita dg semangat sang pencerah
sehat dan baik itu adalah titik target
dan goalnya adalah keridhoan Tuhan
sang pencerah bercerita dan aku mengangguk angguk setuju
menjaga diri tetap sehat dan dokter pengobat yg sakit adalah alat ikhtiar
dan doa adalah alat peminta otoritas Tuhan tuk memberikan kesehatan dan kebaikan
aku semakin kencang
mengangguk
lalu sang pencerah berterimakasih padaku karena aku setuju
aku tersenyum dan ia puas

sebelum pamit ia mengangkat dada bangga
ia telah melakukan pencerahan yg revolusioner
ia menyalamiku
lalu aku membisikkan ditelinganya
aku baik baik saja
aku sehat dan belum mau mati
aku bukan pasien
aku cuma numpang tidur dikasur ini
pesakitan ini baru saja mati
dan mayatnya baru saja dibawa
tanpa sanak famili
milyuner tanpa istri
dan orang orang tadi ramai ramai disini
adalah pengacara, para staf, supir, pembokat, tukang kebun, kurir, cleaning servis, akuntan, admin dan cewek yg ngaku ngaku simpanan, juga sekretaris seksi habis
semua diluar sana sedang menangis berjamaah
sekali lagi aku katakan aku sedang mencoba kasur bekas milyuner
ini ikhtiar
barangkali aku ketularan kaya
ha ha aku tertawa puas
sang pencerah berkeringat ketakutan seperti melihat setan
lalu pergi meninggalkan aku yg cekikikan
orang yg bapak cari sudah mati aku meneriaki pencerah berlari ke kamar mayat tuk menangisi ketinggalannya

22012011
Jakarta. RS PELNI
Menandai hari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar