Senin, 21 Maret 2011

(Hahay Story 010) NGANTRI



Okay yang baru saja pulang berdagang tengah beristirahat di atas jembatan. Sambil menghitung hasil keuntungan, sesekali ia memijat badannya yang letih. Usahanya hari ini memberinya keuntungan besar walau membuat badannya sakit-sakit. Saat bersamaan terdengar gaduh di bawah jembatan. Disana ada kehidupan kecil beberapa keluarga yang menumpang teduhnya jembatan sebagai atap untuk berlindung. Terdengar dialogh yang membuat okay menghentikan langkahnya untuk pulang ke rumah.
Kismin pemuda yang miskin itu membuka pembicaraannya kepada seorang yang suka beribadah. Mempertanyakan perihal doa-doanya yang belum terkabul padahal setiap hari ia mendoakan dirinya dengan doa yang sama. Setiap hari. Orang yang rajin ibadah itu hidup miskin juga sama seperti yang lainnya yang menumpang hidup disitu. Tetapi karena ia rajin ibadah maka sering menjadi tempat bertanya Kismin padanya, namanya Kare.
“Pak, kenapa sih doa saya untuk kaya tak pernah kesampaian?” tanya si Kismin.
“Mungkin ibadahmu kurang barangkali?” jawab si Kare dengan sangat yakin.
“Lalu kenapa pak’e Kare masih tetap miskin, padahal pak’e rajin beribadah?” tanya Kismin menohok. Merasa terpojok Kare berfikir keras.
“Barangkali ini sudah takdir saya Kismiiiiiiin.” Jawab si Kare sambil kesal.
“Ohhhh, gitu yah?” mereka berdua cekikikan.
Okay yang mendengar dialog itu jadi berfikir keras mencoba mengerti. Lalu tiba-tiba terdengar suara perempuan tua menyela cekikikan Kismin dan Kare. Nenek yang jauh berumur lebih tua dari keduanya mencoba memberi pencerahan.
“Jangankan kalian berdua, nenek aja yang sudah tua belum juga doa menjadi kaya itu terkabul.” Sahut si nenek.
“Lah kenapa yah nek? Apa nenek kurang beribadah? Atau doa nenek kurang menyentuh? Atau nenek kurang sungguh-sungguh berdoa?” tanya Kare bertubi-tubi.
“Apa karena takdir juga nek?” tanya Kismin menimpali.
“Kurang apa nenek? Nenek sudah banyak beramal, nenek sudah berdoa sungguh-sungguh, tapi belum juga di kabulkan. Nenek rasa itu bukan takdir, mau tahu kenapa?” nenek balik bertanya.
“Mau!” jawab keduanya serentak. Sambil menjemur pakaian basah nenek melanjutkan.
“Itu karena yang minta kaya juga banyak. Bukan kita saja. Kita mungkin masih dalam nomor urut yang kesekian. Kebutuhan kita untuk kaya belum jelas makanya Tuhan memberikan kepada orang lain yang doanya sudah jelas. Ngantrinya puanjaaaaaang banget. Untuk itu sejelas-jelasnya permintaan kalian pada Tuhan.” Kata si nenek menjelaskan.
“Lah, kalau begitu kenapa nenek belum kaya juga padahal nenek sudah tahu kalau berdoa itu harus jelas dan terperinci?” Tanya si Kare.
“Lah karena sampai sekarang nenek belum tahu buat apa kekayaan itu nenek minta. Nenek sudah terlanjur tua, badan sakit-sakit, lidah sudah kelu tidak bisa menikmati makanan enak lagi, apalagi nenek sebatang kara.” Jawab nenek tegas.
Lalu bergegas Kare dan Kismin berdoa meminta kekayaan berupa rumah, harta, mobil, kesehatan dan istri yang cantik, dengan suara lantang dan keras-keras, keduanya memohon penuh keyakinan. Saat itu Okay yang mendengar cekikikan dan geli. “Lah bagaimana mau kaya jam segini aja sudah malas-malasan. Kenapa aku harus kawatir kepada mereka, bukankah yang berhak member itu adalah Tuhan dan bukan mereka. Hemmm.” Sambil berlalu okay tersenyum dan menggerutu sendiri. Ahay!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar