Jumat, 15 April 2011

“ULAT BULU”


Bukan merasa naik daun
Tapi sudah merasa berjodoh dengan daun
Sedari dulu mendapat insting berreproduksi dari ulat bulu sebelumnya
Dahulu semasih Phytecantropus Erectus ulat itu sudah berbulu
Dahulu sejak ditemukannya fosil manusia Jawa berjalan tegak ulat bulu sudah beranak pinak
Lalu sekarang bisa terkenal masuk tv
Dulu hanya beranak dalam hening

Sejak hutan terhuni dan berganti fungsi
Pembakaran menjadi solusi
Ulat bulu urbanisasi
Pohon-pohon Cemara dan Jati di sepanjang jalan jadi tempat huni
Baru sehari menghuni sudah masuk tv

Sudah berpuluh-puluh tahun ulat menjadi kupu-kupu
Semasih ku kecil menandakan musim berganti dengan hadir kupu-kupu
Dari musim flu menjadi musim batuk
Selalu mengitari lampu beranda ribuan kupu-kupu menghiasi kota
Dulu kupu-kupu tidak dalam spotlight
Tidak jadi artis dalam layar kotak
Seperti biasa kami menikmati kehadirannya sambil mengejar kemana saja mereka terbang

Sekarang orang menghujat kedatangan ulat bulu
Karena kalah tenar
Karena mereka juga mau masuk tv
Karena pengaruh layar kotak mengisi ambisi

Sekarang mereka mengancam pemimpin
Akan menebang cemara dan jati untuk menghusir si bulu tubuh kecil
Sayang ulat bulu dan kupu-kupu tak berkicau layaknya Kakak Tua dan Beo
Tubuh penuh bulu bikin geli waria yang lalu lalang dibawah Cemara
Ibu-ibu trendi juga keki tersentuhnya, siapa suruh menyentuh?
Bapak-bapak jijik melihat gerombolannya, baris mendaki Jati

Dulu ulat bulu tidak mengganggu
Karena sekarang hutan tak lagi nyaman buat mu
Dulu ulat bulu bukan celebriti
Karena sekarang menjadi epidemi
Dulu kupu-kupu hiasi hari dari panas dan teduh
Karena sekarang hanya cerita dalam buku dan rajah pada tubuh

Kemana lagi tempat buat mu
Wahai makhluk kecil penuh bulu

(menandai hari, 14042011 12:21)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar