Kamis, 21 April 2011

(Hahay Story 038) PENSIL (Penanya Usil)


Saat di warung sembako milik ibu Leni, si Tello bocah yang lugu dan suka usil ingin membeli pensil dan sedang memilih pensil yang ia sukai. Tello menghampiri warung itu yang kebetulan agak berjauhan dari rumahnya. Lalu Tello memilih-milih dan menimbang-nimbang, warna apa yang cocok dan bergambar kartunis yang ia suka. Hanya ada lima pilihan gambar dan lima pilihan warna, tetapi hampir satu jam Tello tidak bisa memutuskan pensil mana yang ia hendak beli. Ia suka gambarnya tapi tak suka warnanya, begitu juga sebaliknya ketika ia suka warnanya tapi tidak suka gambarnya. Tello kebingungan.
Ibu penjaga warung mulai kesal melihat tingkah Tello, setelah pengunjung yang lain hilir mudik datang-pergi berbelanja di warung bu Leni, tetapi Tello belum juga pulang. Si ibu bolak-balik melewati Tello, akhirnya ibu Leni memutuskan untuk membantu Tello agar mempercepat keputusan pilihannya. Diajaklah Tello ngobrol.
“Nak kamu mau pilih yang mana sih sebenarnya?”
“Ah ibu bisa aja!” jawab Tello.
“Ibu itu nanya, kok malah bisa-bisanya ibu? Bagaimana toh?”
“Ah ibu, bikin saya grogi aja!” jawab Tello lagi.
“Ibu ini nanya. Nanya sama kamu. Kamu itu mau beli apa sebenarnya?” bu Leni mulai kesal dan menarik nafas panjang berusaha sabar menghadapi anak ini. Pembeli adalah raja, termasuk raja gedeg yang satu ini.
“Lah emangnya ibu gak punya anak?” tanya Tello lagi.
“Yah punya! Ibu punya anak 6. 3 perempuan dan 3 laki-laki. Emangnya ada hubungannya toh dengan kamu?”  ibu Leni mulai kesal lagi tapi tetap sabar.
“Emangnya ibu tau sifat dari anak-anak ibu?” tanya Tello lagi, ditanya malah balik bertanya.
“Haaaaaaah. Ya iya lah ibu tau, mereka kan anak-anak ibu. Si Koko, dia itu penyabar. Si Kiki dia itu pemberani. Si Kaka dia itu dermawan. Hemmm. Si Tatik, dia itu penurut sama ibu. Si Tutik itu bawel. Dan yang bungsu si Titik, dia itu rajin tapi sedikit manja, maklum lah bungsu. Ehhhh, emangnya ada perlu apa sih pake tanya-tanya segala?”  bu Leni kesal tapi penasaran juga, lama-lama ni bocah mulai nge-gemesin.
“Ohh begitu. Saya sekelas sama Titik, bu.”
“Trus?”
“Berarti saya tau sifat lain dari anak-anak ibu.” Tello mulai mengakrabkan diri.
“Aaa pah?” tanya ibu Leni manja.
“Lima dari orang anak ibu selain Koko adalah pemarah. Lima orang lagi selain Kiki, mereka penakut. Lima orang lagi selain Kaka ternyata pelit. Lima orang lagi selain Tatik suka membantah sama ibu. Lima orang lagi selain Tutik adalah pendiam. Dan lima orang lagi selain si bungsu Titik yaitu orangnya malas dan kebanyakan manja. Betul gak bu?” Tello menjelaskan analisanya dengan menggunakan lima jarinya sebagai pengingat, diangkat satu per satu jarinya sambil menjelaskan. Wajah ibu Leni merah padam. Kekesalannya memuncak. Dadanya sesak, naik-turun mengikuti nafasnya.
“Hemm haah. Hemmm haaaah. Hem haaaaah. JADI KAMU INI MAU BELI APA ENGGAK?”
“Saya mau beli. Taaaaaapi, saya ada satu syarat. Ini rahasia! Ibu gak boleh lihat pensil yang saya beli. Soalnya ini buat kado ulang tahun si Titik. Dan ibu gak boleh bilang sama Titik isi kado saya, ibu harus jaga rahasia ini. Kalau rahasia ini sampai bocor, maka sifat jelek anak-anak ibu akan saya umumkan pake toa mesjid. Sekarang ibu tutup mata, saya pilih dua pensil ini aja.”
“Harrrrggggzhdtstesssrrrggghh.” Huh hah huh hah, nafas ibu semakin kencang menahan kesal.
Ibu Leni gondok dan kesalnya telah sampai di amandelnya siap untuk meledak, menumpahkannya pada Tello bocah tengik. Berhubung Tello adalah teman anaknya maka bu Leni tetap memenuhi syarat yang diajukan Tello. Sudah dua jam meladeni ternyata hanya mau beli dua buah pensil untuk kado ultah anaknya, dan itu pun biasa ia lihat setiap hari di warungnya, ia bisa tahu pensil mana yang Tello beli tanpa harus membuka matanya.
Ahay…..

1 komentar:

  1. banyak kok orang kayak Tello terperangkap di tubuh orang dewasa, ha ha hay

    BalasHapus