Rabu, 27 April 2011

Ayakan


Hasil baik dan buruk adalah sebuah keputusan untuk memperkerjakan dan melakukannya, terlepas dari itu hanyalah keinginan belaka.
Menyalahkan suatu petaka atau bencana sebagai dalih kerusakan alam yang harus dimaknai sebagai sebab dari akibat ulah pemimpin dan oknum, tidaklah seluruhnya salah. Tetapi kita adalah bagian dari unit-unit yang harus ikut mengawal dan mengontrol kelestarian alam itu. Karena bencana bukan terjadi begitu saja, lalu logika mengatakan terjadinya semua petaka dikarenakan kesalahan umat lain yang tidak memelihara kebaikan. Petaka yang terjadi tidak hanya dalam keadaan selalu terjaga dan sadar akan senantiasa berbuat waspada, tetapi tidak melakukan pemeliharaan alam, atau membiarkan orang lain merusaknya, sama saja dengan perlakuan menantikan sebuah bencana.
Karena alam bukanlah sesuatu yang tidak bakal habis, segala sesuatu akan ada batasnya, apalagi jika tidak ada pemeliharaan dan penanaman ulang. Contoh sederhana, tertulis di papan pemberitahuan “kebersihan sebagian dari iman”, lalu banyak orang yang merasa menjaga keimanannya dengan mudahnya membuang sampah sembarangan. Artinya, orang dengan sadar petaka itu bagian dari kehidupannya lantas mengapa menyalahkan orang lain pula, sementara ia tidak memelihara kelestarian, lalu menuntut orang lain harus memeliharanya.
Contoh kecil lainnya, kita terlalu sering mendengar nasehat, “kalau membuang paku, pecahan kaca atau duri di jalan adalah amal baik dan sebuah kebajikan yang akan terus diwariskan.” Itu sudah sering dinasehatkan. Akan tetapi bagaimana dengan lubang yang menganga di depan rumah yang setiap hari orang yang melewatinya harus berhati-hati, bahkan ada yang jatuh dikarenakannya. Membiarkan lubang itu menganga berarti membiarkan kecelakaan lainnya terjadi, keburukan itu terus diwariskan. Perbaikan kecil dan sederhana adalah menutup lubang itu dengan tanah atau batu, barang sejenak dan tidak membutuhkan tenaga banyak tetapi telah menolong banyak orang.
Kebaikan harus terus diwariskan, karena untuk menjaga dan memperpanjang umur alam ini adalah tugas orang-orang yang tidak hanya berniat baik dan pemikul tanggung jawab yang besar pemimpin banyak umat. Tetapi orang seperti kita juga bisa, dengan cara yang sederhana tetapi menghasilkan kebaikan adalah cara efektif dan bermanfaat.
Niatnya baik, prosesnya baik dan hasilnya juga harus baik. Karena hanya mengerjakan sesuatu tanpa niat baik maka pengerjaannya juga harus baik, bukan berarti ingin menolong orang dengan mencuri dan menipu. Robinhood model yang sering dipertontonkan dimana kerajaan dipimpin oleh pemimpin buruk dan dilawan dengan cara buruk pula. Mencuri adalah mencuri, tetap saja tidak ada yang salah. Jangan berharap semua kebaikan akan menghasilkan kebaikan pula tanpa pengawalan dan pengamanannya proses terjadinya kebaikan sampai diwariskan, karena keburukan siap menyusup dan warisan akan diperebutkan dg cara licik sekalipun.
Tuhan Maha Esa telah menciptakan perbedaan untuk manusia melakukan pengkajian, baik itu berbeda warna kulit, suku dan ras, maupun agama dan kepercayaan. Bahkan wajah satu makhluk dengan yang lain tidak ada yang persis sama, pasti ada saja pembedanya, itu artinya setiap makhluk di beri satu wajah menandakan bahwa Tuhan itu memang Maha Satu. Semua itu adalah hasil Tuhan Maha Karya. Mahkluk yang berakal telah melakukan pembedaan, merasa baik dan terbaik lalu menilai yang lain buruk dan terburuk. Menganggap sebagai makhluk yang tinggi lalu merendahkan makhluk lainnya. Manusia juga bisa tidak seberguna nyamuk. Kita semua sama, Tuhan kita satu, Kita yang membeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar