Senin, 18 Februari 2013

Komsitkom - RISKI


Dua orang laki-laki, tukang sampah dan tukang sayur, saling bertemu dengan satu maksud yang sama. Keduanya saling mencari. Oleh Tuhan dipertemukan keduanya di depan mesjid.
"Ah disini kau rupanya," kata tukang sayur yang mencari-cari sohibnya ini.
"Ah kebetulan sekali," kata tukang sampah yang juga tengah mencari-cari sobatnya tukang sayur ini.
Keduanya tampak bersemangat.
"Ah kebetulan juga. Kayaknya ada yang ingin kau sampaikan padaku hai sohib. Semoga berita baik." Sambut tukang sayur.
"Ah engga juga. Lebih baik dulu saja yang menyampaikan maksud hati." Kata tukang sampah.
Keduanya jadi canggung. Sama-sama gak enak hati untuk menyampaikan isi hati. Kayak abg mau menyatakan cintanya tapi sudah menebak hasilnya, yakni bakal ditolak.
"Hemm. Baiklah. Aku duluan aja. Aku mau minjam uang sama kau. Sedikit saja. Daganganku lagi sepi. Musim hujan begini sayuran pada busuk dan mahal harganya. Bisa tidak kau pinjamkan aku duit?" tukang sayur mengiba.
"Wahhh. Kita memang senasib. Bahkan aku cari kau karna mau meminjam uang. Anakku lagi sakit. Ah macam mana kita bisa sama-sama susah begini." Tukang sampah pun lemas menghadapi kenyataan. Tiba-tiba hujan turun. Keduanya berlari masuk kedalam mesjid, dan duduk di pelataran belakang dekat wc.
"Kita bukan hanya senasib. Bahkan kita sepenanggungan. Malah senestapa, seduka, sesedih-sedihnya." Kata tukang sayur coba melepaskan beban dengan melucu. Kerduanya tersenyum.
"Aku sih masih ada dua puluh ribu, tapi ini tak cukup buat berobat anakku." tukang sampah memelas.
Tak seberapa lama, azan memanggil tuk shalat jumat. Keduanya berwudhu dan masuk kedalam mesjid. Lalu mendengarkan ceramah tentang menyedekahkan harta sebelum ajal memanggil. Keduanya terenyuh dan saat kotak amal sampai ke depan duduk keduanya, mereka merogoh saku mengeluarkan uang seribu dan memasukkannya kedalam kotak tersebut. Tiba-tiba dari belakang abang tukang sampah ada yang mencolek dan menyodorkan uang dua puluh ribu. Tukang sampah itu menyambutnya, dan ia bermaksud menolong orang itu memasukannya uang tersebut kedalam kotak amal tadi.
Setelah selesai keduanya keluar dari mesjid, diluar masih hujan deras, keduanya kembali duduk dipelataran. Pada saat tukang sampah itu ingin menghisap rokok dan merogoh sakunya, ia tak menemukan uang dua puluh ribu miliknya tadi. Dia panik, dan berdiri. Dengan wajah pucat ia mencoba berfikir kemana ia letak uangnya tersebut. Teringat olehnya orang yang mencoleknya dari belakang dan menyodorkan uang, ternyata itu adalah uangnya yang terjatuh bersamaan dengan uang seribu yang hendak ia sumbangkan. Wal hasil ia menyumbang dua puluh satu ribu.
"Ahh jangankan bermala untuk ajalku, sekarang aku akan menghantar ajal anakku," kata tukang sampah sambil duduk memelas.
"Ada apa?" tanya sobatnya.
"Aku sudah tak punya uang lagi."
Tiba-tiba di depan keduanya terdengar percakapan orang sambil berlalu, seseorang yang tengah mengajak temannya membantu untuk menyewakan gerobaknya di tempat banjir yang tidak jauh hanya beberapa blok dari sini.
Mendengar percakapan itu, keduanya saling bertatapan, lalu bergegas pulang mengambil gerobak mereka. Kedua berlari menembus hujan.
Top of Form
Bottom of Form

Tidak ada komentar:

Posting Komentar