Senin, 23 Mei 2011

Cinta S3 (SD SaMPai SMA)


Cinta itu adalah sebuah kebebasan yang dibatasi biaya. Money oriented dan economic minded, adalah dua hal yang berbeda tapi serupa. Di daerah tempat dimana aku tumbuh remaja sampai kuliah yakni Sumbar, pernah mengenalkan aku kehidupan yang melatih anak-anaknya untuk menjadi insan ekonomi. Dari kecil anak-anak dididik untuk menumbuhkan sifat berdagang dan menghitung rugilaba, mencari manfaat dari lingkungannya, bahkan beberapa hukum adat yang melekat adalah hukum ekonomi, sejak jaman Kertanegara sampai sekarang hukum itu masih kuat berlaku. Tapi bukan itu yang aku ingin ceritakan, bahwa semua butuh biaya termasuk perihal cinta. Mau nongkrong butuh makan minum, mau nelpon dan sms butuh pulsa, mau ngedet ke cafe, mau nonton pelem, motor butuh bensin, dan lain-lain.
Remaja-remaja yang jatuh cinta, atau cinta-cintaan ala cinta monyet adalah perkenalan pertama akan artinya cinta insan ekonomik. Menyadari bahwa bercinta butuh biaya. Awalnya Cinta itu ada chemistry, rasa yang nyetrum itu berasal dari konsep anak remaja tentang pasangannya, bahwa harus cantik, cakep, pintar, lucu, sporty, bersuara merdu, tenar, dan lain-lain. Setelahnya tersadar konsekwensi, setelah menyukai cantiknya lalu apa, setelah mencintai kepintarannya lalu mau ngapain, setelah memuja ketenaran dan suara merdunya lalu harus bagaimana. Bahwa mencintai bukan dari konsep cintanya, semua yang indah itu hanyalah diangan-angannya tentang pasangannya tetapi setelah menemukan hakiki dan kenyataan sesungguhnya adalah kesanggupan untuk menerima pasangannya. Bahwa kehidupan seterusnya butuh biaya dan jauh diluar suka-sukaan dan puja-puji keindahan saja. Cinta kadang tak terkondisikan, tidak harus cantik dan ganteng, kaya dan kaya, pintar dan pintar, atau sebalinya. Maka cinta adalah kebebasan yang dibatasi biaya.
Cinta seperti halnya kantuk dan tawa yang dapat menular pada orang yang melihatnya dan ikut merasakannya. Memperbaiki konsep tentang cinta sebenarnya adalah pembelajaran tentang hidup yang serasi. Kita yang jatuh cinta sebagian besar karena takut sendirian, maka sejak dari awal tuntutlah yang menarik dan bila sudah menikah terimalah. Kita tidak pernah dipaksa untuk mencintai. Jodoh bukan untuk ditemukan tetapi untuk dibangun, tumbuh bersama untuk belahan jiwa. “Its not about money honey, we can back at the first time we met.” Ajakan yang membangun. Sifat yang memaafkan. Rayuan yang membangun dan menghasilkan kebaikan. Cinta adalah pembelajaran tentang menerima dan memberi, pernikahan adalah sekolah yang panjang untuk ditamatkan, SD sampai SMA adalah ajang remaja perkenalan dengan cinta sedangkan menikah adalah peremajaan cinta.

3 komentar:

  1. kapan ya kira2 saya merasakan cinta...waduh kayaknya gak berada diantara pilihan S3 itu...telat gw...hehehe...

    BalasHapus
  2. wah baru baru aja kunjungin blog yang cerita soal cinta . katanya cinta itu adalah saling melengkapi dan berbagi.

    disini nemu lagi postingan tentang cinta. bahwa menikah itu adalah peremajaan cinta..

    wah banyak juga bahasan tentang cinta. kayaknya untuk membahas ini tak akan pernah kehabisan ide..

    salam

    BalasHapus
  3. Nit Not: semua itu ada waktunya, mencari dan menunggu hasilnya tetap sama yaitu ditemukannya pasangan jiwamu, he he he. Yang penting kita mudah untuk ditemukan oleh pasangan lainnya.

    Arman Rahim: cinta memang bukan segalanya tapi cinta itu sangatlah penting untuk diungkapkan dengan berbagai cara.. he he he.

    Thanks ya guys

    BalasHapus