Rabu, 18 Mei 2011

AKU MELUKISKAN PELINTASAN


Pergunakan imajinasimu dan kemampuanmu menggambar untuk melukiskan karikatur. Kerena aku akan mewartakan sebuah pandangan mata kaki. Letakkan kanvas dalam kepalamu, bayangkan dengan nyata, masing-masing kamu memiliki sebuah kanvas putih bersih. Ambil sebuah pensil berarang tebal, sebagai ujung pensil yang runcing agar kamu dapat melukiskannya dengan baik. Gerakan pensilmu sesuai gambaran yang aku lukiskan dengan cermat. Mari kita mulai gerakan pensil itu.
Didepan sebuah rumah makan siap saji berlintaslah empat buah bus berkampanye, di dinding bus bertuliskan “Penghematan”. Keempat mobil laksana mogok yang berisikan orang partai-partai, anggota parlemen dan kongsiannya pengusaha, serta makelar-makelar. Terlihat penuh sesak, supir dan rakyat jelata yang mendorong mobilnya, ac-nya tetap dinyalakan, di dalam bus wajah orang-orang berteriak dengan mulut menganga dan urat tenggorokan yang mengencang, meneriakan "Mari berhemat biaya! Ayo berhemat tenaga!".
Sudah? Kalau sudah kita lanjutkan.
Beberapa orang KPK sedang kipas-kipas kegerahan di luar mobil, sebanyak tujuh orang, yang berwajah tua berdiri paling depan dari barisannya, berbaris di sepanjang tepi jalan, sedang asyik menyaksikan orang yang sedang dorong-dorong mobil-mobil mogok tersebut tanpa membantu apa pun hanya menunggu instruksi dan interupsi. Asap-asap menutupi langit, sehingga beberapa rakyat, dua orang KPK dan supir merasa sesak, mengangkat tangan kanan mereka menutupi mulutnya tanpa saputangan. Dan lima pedagang asongan berdiri di belakang KPK dengan wajah ketakutan, dan dua orang pedagang asongan jongkok gemetaran.
Sudah, sudah? Ayuh kita lanjutkan.
Di dalam rumah makan siap saji dari amerika itu ada empat orang berbangsa timur tengah. Ternyata sedang merayakan kebebasan, wajah-wajah penuh guratan tawa seperti merasa merdeka di Negeri ini. Mereka menikmati pelarian, tertuduh teroris, dan juga orang-orang yg negaranya tengah berkecamuk politik, sedang berkumpul di depan kaca dengan dua meja makan menikmati hidangannya. Dengan terbahak-bahak berkelakar di restoran fasfut itu, bercerita tentang kampung halamannya, yang dua menghadap ke jendela kaca sambil mengangkat gelas, yang satu dengan kaki satu diletakan di atas kaki satunya, yang satu lagi duduk mengangkang. Sementara dua lainnya membelakangi kaca.
Sudah?
Yah sudah.
Aku sedang menggambarkan sebuah lukisan hiruk pikuk jalanan dan keriuhannya. Anda bisa kan? Tentu bisa! Karena gambar ini hanyalah guratan tangan anda menggerakan pensil arang sekehendak hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar