Rabu, 18 Mei 2011

“Barisan Baru?”

Bukan hendak berpoligami
menikahi darma dan hukum secara perkawinan berbeda ras dan agama
barisan ini bukan buat mereka yang kanan dan kiri
orang-orang tengah berbaju-baju kaus serba putih
tak berpartai dan tak berdaulat
dan hanya berjalan tegak
tidak semua orang mau mengikuti
tidak harus pula ikut
beberapa orang latah adalah pengikut setia
setiap yel-yel diteriakan dengan segera setelahnya mengikut gerakan dan teriakan tersebut

Rumus-rumus terjerumus
reformis dan transformis
apologis dan rasionalis
pemikir-pemikir itu maju di garis depan bergabung dengan barisan lama
membudayakan tradisi
menormakan pengetahuannya
memutarbalikan karma dan kepemilikan karya
menyalah-tafsirkan ayat-ayat politis dan seksis untuk permainan monopoli
pejuang-pejuang rela mati itu saling berhadapan di garis depan
dibelakangnya masing-masing berdiri makelar dan make kelir
apalagi kalau bukan untuk membedakan warna, mana hitam, mana kelabu
tuk kembali lagi ke titik awal darma
menyusun aturan main yang baru

Kita akhirnya menjadi barisan terakhir
tak layak kah jika hanya berfikir
yang mengumpulkan pertanyaan
jika terlalu lama memikirkan
terlupakan
tak kan pernah terselesaikan
teriakan dan letusan senjata memecahkan langit
tapi tak merusak konsentrasi kami tuk mendengarkan suara-suara sayup-sayup sampai
bernada pelan, hening, diam dan bungkam
ada suara-suara berbahasa yang kita dengarkan dalam ruang-ruang persembunyian gelap pengap
ada tubuh-tubuh kaku yang berkata-kata kita ternganga menyimak syair alunannya
sementara tengah mengumpulkan tenaga untuk menjawabnya
tetapi tiba-tiba mereka meletuskan senjata yang lebih mematikan
entah siapa yang punya
barisan pemikir beradu otot, tak berguna lagi otaknya
tubuh-tubuh kaku berjatuhan
mengeluarkan suara-suara bertanya

Tak mau jadi pemberani
gunakan hanya apa yang berguna
mengambil dari mana saja yang bisa ditemukan
mengumpulkan sisa-sisa
menambahkan spesifikasi diri bukan sekedar teknik survival
barisan ini seperti berdiri sendiri
tanpa koordinasi tapi sanggup bertoleransi
menghargai satu sama lain
menyetujui dan sepakat
terasa semakin kuat
untuk memperbaharui umat
mengambil pelajaran dari orang-orang berakal juga dari yang berseragam dan senjata
yaitu merapatkan barisan
mengumpulkan jaringan
tanggapan rejeksionis terhadap yang useless
filosofi tuntutan tuk fleksibel
bergejolak dan mengalir seperti air
tidak mau mencontoh orang-orang bodoh yang terlihat kedunguannya dalam amarah

Barisan baru di luar orang-orang itu, yang sudah kaku atau membeku dalam haru
reformis dan tranformis,
rasionalis dan rejeksionis
otot dan senjata
seksis
bukan, bukan, bukan, bukan
cuma menyisakan humanis

Makhluk yang terpanggil manusia


Tanjung Duren Jakarta, 19052011
Menandai hari ke 19
Menunggu hujan



2 komentar: