Jumat, 01 Juli 2011

KISAH SEBELUM TIDUR PANJANG


Menjadi seorang pendengar sejati kadang ada untungnya, yaitu bisa menceritakannya kembali. Ini hanya kisah ulang dari cerita orang-orang yang berbagi tanpa ada pengurangan atau dilebih-lebihkan. Tidak ada maksud menakut-nakuti atau menyinggung seseorang pun, yang diceritakan disini adalah buah hasil dari pendengar sejati.
Tadinya hanya ingin mencermatinya saja bukan untuk di share sama yang lain. Tapi kok tiba-tiba aku tersentuh dengan sebuah kata wasilah. Maka berikut ini mengalir saja sesuai dengan ingatan seadanya. Semuanya seingatnya saja. Sungguh tak dilebih-lebihkan. sama yang lain. Tapi kok tiba-tiba aku tersentuh dengan sebuah kata wasilah. Maka berikut ini mengalir saja sesuai dengan ingatan seadanya. Semuanya seingatnya saja. Sungguh tak dilebih-lebihkan.
-o0o-
UJIAN
Sebuah pengalaman seorang ibu yang berusaha mengobati anaknya yang kesurupan. Diceritakan kepadaku oleh ibu itu, kejadian dimana negeri ini belum ada listrik, jaman baru saja merdeka. Tinggal di kampung dan berpenghuni ramai. Anaknya kesurupan di salah satu tempat yang oleh penduduk sekitar dianggap angker. Bersama teman-temannya anak tersebut main di tempat itu, tetapi hanya dial ah yang kesurupan di sana.
Setelah berjuang berhari-hari hingga bulan-bulanan, mencari kepada orang pintar bahkan kepada orang ahli ibadah, tetapi tak ada satu pun yang mampu mengobati sakit anaknya. Lalu ia mendapat anugerah pencerahan, ia mengobati anaknya sendiri melalui shalat semalaman tanpa keluar kamar, sejak magrib sampai waktu yang tidak ia tentukan, hanya berwasiat agar tidak ada satu orang pun yang masuk dan mengganggu. Walhasil ibu berhasil mengobati anaknya yang telah kesurupan selama berhari-hari. Memohon kesembuhan anaknya secara langsung pada sang Khaliq.
Tetapi setelah kesembuhan anaknya lalu anak tetangganya yang kemudian kesurupan. Ternyata penyakit itu berpindah ke orang lain dalam satu kampung itu. Lalu warga kampung menghusir ibu tersebut bersama keluarganya, menganggap bahwa ibu itu adalah dukun dan pembawa kesialan. Maka hijrahnya beliau bersama keluarganya meninggalkan kampung tersayang.
Maka mencermati tentang nasehat H. Muttafaq Alaih, H.R. Bukhari dan Muslim, serta H.R. Tarmudzi. Ketiganya menasehati hal yang serupa tentang sebuah ujian. Setelah seorang yang lulus ujian, maka belum tentu tidak akan diuji kembali. Sesuai dengan maknanya, lulus ujian karena kemampuan seseorang untuk lulus ujian dan mencermati ujiannya, maka tingkatannya pun akan berbeda-beda setiap orang yang menerima ujiannya. Seperti ibu tersebut setelah lepas dari ujian satu lalu menghadapi ujian lainnya maka ia akan dinaikan tingkatannya oleh Allah. Tetapi berbeda dengan warga kampung yang tidak siap menerima ujiannya. Berikut nasehat ketiganya;
“Tidak ada seorang muslim pun yang ditimpa gangguan, semacam tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu dihapuskan Allah perbuatan buruknya serta digugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang mengugurkan daun-daunnya.” Tutur H. Muttafaq Alaih.
“Tidak ada mushibat yang menimpa seperti keletihan, kelesuan, sakit, duka, susah atau gangguan tusukan duri sekalipun, melainkan dihapuskan Allah sebagian dari dosanya.” Tutur , H.R. Bukhari dan Muslim.
“Ujian yang tiada henti-hentinya menimpa kaum Mu’minin, pria atau wanita, yang menimpa dirinya, hartanya, anaknya,tetapi ia tetap bersabar, ia akan menemui Allah dalam keadaan tiada berdosa.” Tutur dan H.R. Tarmudzi.
“Dan Kami akan uji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan, dan kepada Kamilah kalian kembali.” Q.S 21 al-Anbiya; 35.

-o0o-
WASILAH WAL FADHILAH
Orang yang diutus untuk menyampaikan kabar atau berita adalah orang yang telah melihat dari luar konsep kemampuan manusia dan sosiologisnya. Kepantasan untuk menerima apa yang telah Allah beri adalah kenikmatan hakiki, tidak semua orang mendapatkan petunjuk langsung kecuali orang yang dikasihiNYa. Semua yang diberikan oleh Allah adalah sebuah kebaikan dan apabila adanya sesuatu yang buruk atau pun penyakit itu berasal dari diri sendiri. Dan tidak semua orang mampu menerima sisi buruk yang diberikan Allah adalah sebagai sebuah teguran.
Dan setelah teguran itu lalu sebuah ujian, ujian yang berupa kenikmatan atau keburukan. Ujian dan teguran itu juga bisa disampaikan Allah melalui orang-orang yang kita tidak kehendaki, berbeda kepercayaan dan bahkan dari benda yang tidak bernyawa sekalipun, semua itu hanya untuk menguji keimanan dan ketakwaannya kepada Allah.
Diceritakan kepadaku oleh seorang sahabat yang menjalani pengalaman ini, tentang seorang buta yang berkehendak ingin melihat warna-warni dunia ini. Lalu bertemu dengan seseorang yang sanggup menolongnya, lalu orang itu bertanya padanya. “Apakah kau ingin sembuh atau kau ingin berobat. Jika kau kau ingin berobat kau harus bersabar di dunia ini tetapi kau akan masuk surga lebih dulu selama 500 tahun dibanding saat kau sembuh?” namun orang buta menjawab ingin sembuh. Setelah ia sembuh dibantu operasi mata cangkokan maka ia melihat indahnya dunia beserta keburukannya. Setelah ia sembuh justru ia banyak melakukan keburukan dan melukai banyak hati orang-orang. Tak lama kemudian ia meninggal dunia.
-o0o-
ZHALIM
Arti kata Zhalim menurut ahli bahasa dan kebanyakan Ulama, ialah: "... meletakan sesuatu bukan pada tempatnya yang semestinya. Baik itu mengurangi, menambah atau mengubah tempat, waktu, berat, atau letaknya." Oleh karena itu kezhaliman diartikan sebagai penyimpangan dari ketentuan, baik besar ataupun kecil.
Banyak yang merasa dirinya dizhalimi atau teraniaya secara fisiknya. Lalu orang yang menganiaya mendapatkan laknatnya dengan cepat, kemudian orang tersebut merasa ikut teraniaya pula, maka disebutkan dalam hadits, “.. bahwa sesungguhnya kebaikan itu datangnya dari Allah dan datangnya sesuatu penyakit berasal dari dirimu sendiri.” Lalu mengapa Allah mengizinkan, karena doa orang yang benar-benar teraniaya adalah doa yang didahulukan.
Orang yang menganiaya akan mendapatkan balasannya dengan cepat dan segera sesuai izin Allah, lalu orang yang menganiaya merasa dirinya ikut teraniaya dan menyalahkan Allah, sesungguhnya hal itu Allah izinkan, agar ia kembali bertaubat dan bersyukur.
Dikisahkan tentang seseorang yang menderita suatu penyakit aneh. Orang yang perutnya pernah mengeluarkan kawat, dan setiap kawat itu dikeluarkan maka kawat lainnya akan tumbuh menggantikannya. Dan kalau dipertanyakan mengapa ia bisa menderita penyakit seperti demikian, itu bukan dikarenakan penyakit itu datang dari dirinya sendiri, bukan dari tubuh orang lain. Andai saja ia mencari tahu dari dalam dirinya atau dari ingatan fikirannya, apakah ia pernah menyakiti orang lain melebihi sakitnya sekarang, bukankah Allah mengabulkan setiap doa orang yang teraniaya dan menderita.
Abu Nu’aym dalam Al-Hilyah mengatakan bahwa Mujahid berkata, “Tidak ada suatu penyakit yang diderita seorang hamba melainkan utusan Malaikat maut ada bersamanya, sehingga jika penyakit terakhir telah bersarang pada dirinya, Malaikat maut mendatangi seraya berkata, utusan demi utusan dan peringatan demi peringatan telah datang kepadamu, utusan yang memutus hubunganmu dengan dunia.”
Seorang perempuan yang sangat takut akan kematiannya. Ia sangat mencintai cucunya dan sangat takut untuk kehilangannya. Semasa hidupnya lumayan dan bercukupan hingga suatu saat sang suami mengalami kecelakaan dan melukai kemampuan otaknya. Kecelakaan itu terjadi disaat bersamaan ia bertengkar hebat dengan ibu kandungnya. Otak sang suami mengalami kemunduran dalam berfikir dan terkadang lambat mengingat sesuatu. Dan kemudian sang suami pun dianjurkan mengundurkan diri dari perusahaannya untuk menghindari kecelakaan kerja dan membahayakan orang lain.
Setelah mengundurkan diri dengan pesangon yang diterima suaminya maka keluarga itu pun hijrah ke kota lain. Disana sang suami mulai dengan pekerjaan barunya sebagai supir. Karena biasa dengan kebutuhan yang mencukupi, mereka belum siap hidup dari hasil menyupir angkot. Maka sang istri membantu ekonomi keluarga dengan berdagang, awalnya berdagang kreditan, namun lama kelamaan sang istri pun mengembangkan usahanya dengan meminjamkan uang kepada yang membutuhkan dengan bunga yang lumayan mencekik. Usaha ini menunjukan hasil.
Disaat ekonomi mulai membaik, sang suami pun menceraikannya untuk menikah dengan perempuan lain. Runtuhlah rumah tangganya, sang istri pun mulai sakit-sakitan. Usaha bunga uangnya ikut runtuh. Ia sakit-sakitan dan hidup menumpang dirumah kontrakan milik anaknya. Lalu ia mencari pengobatan kemana-mana, baik medis maupun non medis yang terjangkau. Tetapi karena hatinya tertutup, maka tak satu pun tempat yang murah seseuai koceknya ia temui. Dalam keletihan mencari pengobatan, ia telah sampai pada titik nadirnya, disaat itu datang teguran seorang sahabat yang telah lama bekerja di luar negri. Sahabat itu bagaikan setetes air dalam dahaganya, ia menasehati agar sang istri tersebut kembali ke fitrahnya, menyadari kekeliruannya selama ini.
“Orang yang butuh bantuan itu adalah orang yang prihatin. Orang prihatin adalah orang membatasi dirinya dari hal yang berlebihan. Orang membatasi dirinya adalah orang yang berpuasa. Orang yang berpuasa adalah orang yang dekat dengan Allah.” Nasehat yang paling berharga yaitu dari sahabat, menyadarinya akan kesalahannya selama ini.
Disaat sakit-sakitan itu terbukalah hatinya, betapa ia telah melukai banyak hati orang lain yang membutuhkan bantuan, seperti hal dirinya saat itu. Ia menyadari bahwa ia telah melukai hati ibunya. Maka ia kembali ke dalam dirinya yang takut akan kematian. Kemudian meminta maaf kepada semua orang yang pernah ia lukai, hal telah membuatnya tenang. Disaat yang sulit itu lalu bantuan pun mengalir untuk membantunya mencari pengobatan.
-o0o-

TANDA-TANDA HUSNUL KHATIMAH

Seorang satpam didepan kantor berseberangan tentang penyakitnya. Dulu ia adalah seorang pedagang sekaligus penjaga keamanan sebuah pabrik. Suatu saat ia mengalami penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Ia mengeluhkan penyakit itu telah menguras tenaga, fikiran dan hartanya. Seluruh anggota keluarganya mendukung untuk kesembuhan sang ayah. Setelah berobat kesana kemari, telah ia jual hartanya, tetapi penyakit tak jua sembuh. Telah ia jual rumah, motor dan tanah miliknya, hingga tidak menyisakan harta sama sekali selain rumah kontrakan yang berisi tv berwarna satu-satunya sebagai tempat hiburannya.
Hingga suatu hari dimana suami istri ini tengah pulang dari rumah sakit menuju rumah kontrakannya. Bertemulah mereka dengan seorang ibu dari suku Nias, yang berbeda adat budayanya, berbeda agamanya, bahkan cara hidupnya. Ibu tersebut lalu mau menyembuhkan penyakit suami tersebut. Lalu ia menceritakan dalam tujuh kali pertemuannya dengan ibu tersebut, sembuhlah ia. Sekarang ia hidup dengan pas-pasan dan bahagia, ia menuturkan baru saja menghantarkan anaknya untuk menjadi satpam sebuah bank lokal. Setelah ibu yang mengobatinya tadi menyelesaikan panggilannya, lalu pergi, entah kembali ke kampungnya atau entah berkelana kemana, begitu pak satpam bertutur. Tanpa bayaran apa pun dan tanpa permintaan apa pun.
Kesembuhan itu datangnya dari orang yang tidak ia duga-duga bahkan tidak ada orang yang tahu dari mana datangnya orang itu. Walau telah berobat menghabiskan hartanya tetapi kesembuhan tak kunjung datang, tetapi hanya dengan bantuan seadanya kesembuhan itu datang.
Anas r.a. menuturkan bahwa Nabi saw. pernah bersabda,
“Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang, Dia akan memperlakukannya (dengan baik).”
Ditanyakan, “Bagaimana Dia memperlakukannya?”
Beliau menjawab, “Dia menuntunnya untuk berbuat amal salih sebelum kematiannya.” (H.R. Turmudzi Al-Hakim).

Amr ibn al-Hamq menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Jika Allah mencintai seseorang hamba, Dia akan memberi kehormatan baginya.”
“Bagaimana Dia memberi kehormatan kepadanya?” Tanya para sahabat.
Beliau menjawab, “Dia menuntunnya untuk berbuat amal salih ketika mendekati ajalnya sehingga para tetangganya meridhainya.” (H.R. Ahmad dan Al-Hakim)
-o0o-
Semakin ikhlasnya orang akan ujian yang ia hadapi maka semakin tenanglah hati dan fikirannya. Dalam tenang semua hal bisa dilakukan dan semua perintah bisa dilaksanakan. Sebagai seorang serdadu hanya tinggal mengikuti arahan saja maka semua perang akan dimenangkan, sebegitu pula seorang hamba Allah.
 
Juni 13:30. Ahad 02072011
Ahayyay

2 komentar:

  1. berbahagialah orang2 yg di uji oleh allah, allah menyayangi kita oleh itu kita di uji...ujian bukan saja dalam bentuk kesedihan..tapi terkadang allah menguji manusia dengan harta kekayaan, anak dll..nice post

    BalasHapus
  2. iya, meutia rahmah
    aku lagi mello aja melihat orang yang putus asa lalu balik menyalahkan Tuhan

    BalasHapus