Senin, 11 Juli 2011

(Hahay Story 055) Cerita Uyung & Amak (Sesi Adab Makan di Atas Meja)

Kecerdasan bukan milik bersama tetapi milik pribadi, tetapi kebodohan bisa menular jadi pintar-pintarlah mengatasi agar tak dibilang, "kurang piiintar! ah tidak pernah mengunyah bangku sekolah!" Dan ingat pesan bang Oma, "Ter la lu!”
Hari itu Uyung dan Amak tengah asyik mempersiapkan makan siang di rumah. Amak sedang mencuci lalapan timun yang akan dimakan dengan sambal terasi.

“Mak! Mak! Auh ak uk ah uh, gleg, blub.” Uyung susah payah bicara sambil mulut penuh berisi makanan.
“Uyuuuung. Ingat pesan almarhum abak kau tu, tak sopan nyah kalau kau makan sambil bicara. Sebaiknya habiskan makan kau dulu barulah kite bicara. Apa yang kite bicarakan lebih enak rasanye bila kite sudah kenyang. Dan makan kite pun akan lebih tenang dan menikmati, daripada kite tergesa-gesa makannye, tak lah sedap macam tuh.” Panjang lebar amak menasehati Uyung sambil memegang timun, setelah menasehati Uyung kemudian memasukkan timunnya kedalam mulut.
“Ak uk ak uk, hiks.” Uyung tersedak. Kepala angguk-angguk tapi amak tak mengerti. Amak memberikan air putih untuk Uyung minum. Glek glek glek, ludes air di gelas pindah tempat ke dalam perut Uyung.
“Kaan amak sudah bilang jangan bicara sambil makan. Ingat kau tuh!”
“Iya amak.” Uyung melanjutkan makan sampai selesai. Begitu juga amak menyelesaikan makannya. Lalu penasaran amak timbul, gerangan berita apa yang ingin Uyung sampaikan sehingga begitu mendesaknya.
“Nah Uyung makan kau kan sudah selesai. Apa yang ingin kau sampaikan same amak?” amak tersenyum menanyakan perihal berita yang mendesak itu hingga membuat Uyung tersedak. Pasti Uyung mau curhat mengenai sekolahnya, atau tentang pamannya.
“Apa ada mendesak yang ingin kau tanyakan same amak?”
“Oh ndak mak. Uyung tadi cume mau bilang aje. Di timun amak ade ulatnya!”
“??!!!???” glek, amak menelan ludah.   

-o-


Di atas meja tersedia menu masakan; tumis kangkung, sambal terasi, ikan asin Kepala Batu, ikan asin Pari dan kerupuk Opak. Amak selalu menyempatkan diri makan dirumah sebelum pergi ke kebun menyiangi tanaman dan memetik daun singkong untuk dimakan esok hari, atau kadang-kadang memetik buah jeruk Nipis, jika ada, untuk dijual ganti gula, teh dan kopi. Dan Uyung biasanya sesudah makan pergi ke rumah pamannya atau main dengan teman-temannya.
Sehabis makan bersama anaknya si Uyung, biasanya mereka berbincang-bincang di depan meja makan membahas apa saja. Hari itu amak tergelitik dengan gunjingan ibu-ibu tetangga, kata mereka, “Anak itu, harus makan bangku sekolah biar bisa menjadi orang intelektual dan terdidik. Pintar gitu!”
Lalu amak bertanya dengan wajah penuh kebingungan memandang langit-langit rumah tanpa eternit.
 “Uyung anak amak, amak mau tanye satu. Ape memang betul ke, kau nie harus makan bangku sekolah biar jadi orang pintar?” Tanya amak penuh keluguan.
“Ahhh kate siapa mak? Salah tuh! Yang betul itu, harus menguyah bangku sekolah!
“Ape ada yang bisa ngunyah bangku sekolah ????? ruarrr biasa ... he he he.
 “Aahh kau ini, kurang ajar sekali mengunyah bangku sekolah! He he he he he.”
 “Kan kata amak, kalau makan sebaiknya dikunyah dulu, itu pesan amak sendiri!
“Hemmm...enaknya pake sambal terasi atau kecap manis, ya Yung? He he he. Amak tertawa geli.
Ha ha ha ha ha, yuuuuk mari.
“Tapi Yung. Amak kan sudah pernah singgah ke rumah sekolah kau tu, amak lihat tak de bangku sekolah dari kayu, semuanye dari besi?”
“Ha ha ha ha ha. Amak! Amaaak. Itu cume peribahase saje mak.”
“Ha ha ha ha ha ha.” Kedunya tertawa terbahak-bahak di depan meja makan yang menu sudah ludes disantap mereka.

-o-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar