Sabtu, 31 Desember 2011

“Cuai Bengan Alai La’pai”


Angku Kinan Bin Cuai jalan melambai
sejak bertemu dengan ku tak pernah lepas tawanya sampai airmatanya berderai
cih... tak pernah dia lepas seperti itu
merasa dirinya merdeka dari derita hidup
ia merasakan orang yang tertindas itu
selama ini dialah yang terrendah
dengan tubuhnya yang kecil
dan wajah yang lucu
istri satu-satunya
dari satu negri ini,
satu propinsi,
satu kecamatan,
satu dusun,
bahkan satu sekolah,
dan juga satu tempat kelahiran yaitu dukun beranak dari kampung Kayu
bertubuh aduhai
istrinya berbeda umur lebih tua beberapa hari
tak pernah keluar propinsi
bak katak dalam tempurung
aku yang datang luar
baginya aku tengah menderita kesengsaraan hidup
ha ha ha ha sapanya sebelum ucapan salam lainnya
dasar sial itu jadi kewajiban
aku merasa kesal sekaligus geli
dalam hatiku sering bergumam
"kakek ringkih beristri montok ini tak lama lagi juga masuk tanah,
baunya sudah sama dengan sawah,
aku ikhlaskan kemerdekaannya atas bawah"

Dia memberi aku gelar Angku Lebai Nan Lalai
bagiku ia seorang guru stewar (setengah waras!)
jangan terlalu serius hidup berdampingannya tapi serius lah dengan petuahnya
seenaknya memberi gelar bagi kesarjanaan muridnya
gelar yang setanding dengan orang pulang naik haji, katanya
jangankan bisa marah
sungkan saja tidak
apalagi akur, itu dipantang buatnya
tapi aku takdim
melazimkan dengannya si katak dalam tempurung
nasehatnya jarang senafas dengan alam ku
tenaganya lebih kuat dari ku
perhatikan!
membajak sawah sendirian dengan cangkul
mengajak mencari belalang buat lauk
atau memetik pucuk pepaya, pucuk ubi, dan pucuk mede
memancing ikan Badar, hanya Badar yang lain jangan!
mandi di air dari anak sungai Adat yang berlimpah ikan Patin Hitam Bersungut
dirumahnya hanya ada photo Suharto-Adam Malik dari jaman orba
punya tv hitam putih gak pernah dinyalain
sukanya mendengar radio lokal
kau bayangkan entengnya hidupnya
ini sudah internetan
orang sudah pake parabola
dia tak mau lihat berita
dari ku ia hanya mendengar cerita
pun ia tergelak tawa
bah.....

Semua cerita ku sedari masih kecil
tentang ku sewaktu sd
yang diminta oleh budayawan melayu untuk memanggilnya ayah
darinya aku belajar silat dan serampang dua belas
lalu aku disuruh memilih salah satu dari tiga anaknya yang putih molek
aku takut kawin muda
aku berhenti
meningkat remaja aku naik kelas ke smp
seorang pengajar tentang syair Minang Kabau dan pituah elok
inginkan aku memanggilnya Apak
lalu anaknya yang genit mulai gesit
aku takut pada Apak yang sangar salah arti
aku cabut
menjelang dewasa aku tumbuh kumis tipis
guru ngaji bertangan besi dari budaya Bugis
mengajari indahnya rohis
anak gadisnya berurai rambut hitam
cantik menggelitik buat aku tak konsen
aku juga kabur
menjelang masuk kampus
ada Abah yang nyentrik
mengajari ilmu klenik dan artistik
anak gadis Abah berdarah Sunda bertutur indah
menyenandung lagu cinta
aku terkesima karena ini sejalan dengan yang Abah ajarkan
tapi si gadis menolak ku
aku patah hati lalu pergi
sekarang di propinsi ini
aku bertemu Angku sang guru
mengajari ku ilmu hayat
anaknya juga amboi indahnya
tapi Angku menahannya untuk tidak jatuh hati pada ku
sebelum aku lulus ujiannya
dan ternyata ...
aku gagal!

-o0o-
Menandai hari 01012012
Suka · · Berhenti Mengikuti Kiriman
Mengenang mereka di 2011·


Tidak ada komentar:

Posting Komentar