Selasa, 11 Oktober 2011

Komunitas Saber


Dari nara sumber Komunitas Peduli Ranjau Paku “Saber” (Sapu Bersih), yaitu sukarelawan kota yang bergerak menyapu bersih ranjau paku sepanjang jalan (perjalanan pulang pergi rumah dan tempat kerjanya), yang sudah dua tahun bergerak memunguti ranjau ini, awalnya hanya bapak Abdul Rahim sendiri lalu diikuti Siswanto, Sanawi (etnik Tionghoa), lama kelamaan anggotanya menjadi 16 orang. Saber menyimpulkan ada beberapa jenis ranjau:
1.    Ranjau Bunglon; yaitu jenis ranjau paku yang telah disamarkan dengan cara di cat atau dibakar dengan plastik, ranjau yang dibakar dengan plastik dapat meyamarkan diri di jalan karena plastik suatu saat akan lumer.
2.    Ranjau Siluman; yaitu ranjau paku yang disembunyikan didalam bungkusan, yang sering dilakukan oleh penyebar ranjau biasanya menggunakan Koran, kresek, kotak korek api, sandal jepit bekas, potongan kayu, dll.
3.    Ranjau Stereo; yaitu ranjau paku yang berbunyi, bentuknya paku yang diberi gantungan yang bisa berbunyi, seperti botol pelastik kecil minuman yogurt atau kaleng kecil. Apabila paku menancap pada ban maka akan berbunyi, lalu pengendara yang menghentikan kendaraannya biasanya akan dirampok.
4.    Ranjau Modifikasi; ranjau ini biasanya bukan paku, bisa potongan jari-jari payung, potongan pisau cutter, semua jenis paku payung, dll.
5.    Ranjau Yang Disengaja, yaitu potongan besi kecil halus yang sengaja diselipkan di ban, lalu ban yang menggilasnya akan perlahan-lahan kehabisan angin, pelakunya biasanya beroperasi di parkiran umum yang terbuka.
6.    Ranjau Tak Sengaja, yaitu paku yang tak sengaja terjatuh saat dibeli tanpa disadari pembeli paku.
Penyebar ranjau ini biasanya bekerja untuk para pemilik bengkel tambal ban. Dan apabila anda mengadukan nasib anda pada pekerja penambal ban, anda akan salah alamat, bandit sesungguhnya ada dibelakangnya.  Peduli itu bukan nasib milik relawan saja tetapi kadang sial juga pernah menghantui mereka, Abdul Rahim pernah ditendang oleh penebar paku, Siswanto bahkan hampir saja ditabrak oleh penebar paku itu, tetapi perlawanan mereka tak pernah berhenti, apalagi kapok. “Penebar paku ini hanya sekali tertangkap Polisi tetapi sepuluh hari kemudian ia dibebaskan.” Begitu tutur Siswanto.


Jakarta, 12 10 11
Menandai hari.
-o0o-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar