Selasa, 14 Februari 2012

Cerita Uyung & Amak (Sesi Hemat)

Hemat Pangkal Cerdas.

Paman sedang membersihkan goloknya dan kemudian mencuci kaki. Di belakangnya Uyung mengikuti, mencuci kaki dan sandal jepitnya yang melekat tanah lempung merah.

"Yung, apa pulsa amak kau masih ado?"
"Masih paman. Kami berusaha hemat paman! Bukankah hemat itu pangkal kaya?"
"Apa benar demikian Yung?"
"Kan kami bisa menghemat uang kami, dan uangnya bisa buat yang lain paman."
"Kalau macam tuh kapan kau nak jadi kaya, kau bilang hemat bisa buat engkau kaya?"
"Ah iyo jugak ya paman, kalau macam tuh berarti hemat bukan pangkal kaya, yak? Habis tu, apo jadinya paman?"
"Kubilang ke kau ye! Hemat itu memang pangkal kaya kalau tak de pemborosan yang merugikan. Jadi sebetulnya hemat itu menunjukan kecerdasan seseorang. Ngerti ndak kau Yung?"

Uyung mengangguk setuju sambil matanya melirik ke dahinya (hal mustahil berhasil bisa melihat kerut dahinya sendiri), berfikir keras.

-o0o-

Guru Pangkal Kaya

Uyung yang baru pulang dari kebun pamannya langsung masuk rumah tanpa mengucapkan salam. Amaknya terkejut lalu memarahi kebiasaan buruknya.
“Ada perihal apa kau terburu-buru nih?” tanya amak dengan nada yang mulai tenang karena melihat senyum Uyung mengembang. Lalu tangan Uyung menjulur memberikan upah kerja di rumah paman kepada ibunya.

“Kau terima bonus ke? Kan belum mase bergaji nih?”
“Iye mak oi. Ini upah karena Uyung bisa menjawab setiap ujian pertanyaan yang paman bagi buatku.”
“Memangnya ade upah macam tuh?”
“Ade laah mak oi. Ini buktinye.”
“Setau amak tak ade yang memperkerjakan orang untuk menjawab pertanyaan sebagai upahnya dia dibagi duit.”
“Bukan macam tu pulak mak. Setiap yang Uyung pelajari dari pelajaran yang Uyung dapat dari paman itu harus Uyung ajarkan pulak kepada Murni, Siti dan Fajri, anak-anaknya paman. Jadiiii, Uyung itu harus membagikan pulak sama mereka lalu Uyung diberi upah sama paman sebagai pengganti paman kalau tak sempat mengajarkan mereka.”
“Ah macam tuh rupanye. Maklumlaah, Yung. Amak nie kan Cuma tamatan sekolah rakyat. Untung juga ya kau, masih kecik tapi sudah setinggi ilmu paman kau tu ye?”
“Iye laah mak, kan anak Amak!”
Ha ha ha ha, keduanya tertawa penuh bahagia sambil membayangkan nantinya Uyung akan menggantikan paman dan memimpin kampung ini.

-o0o-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar