Sabtu, 21 Januari 2012

“Tarian dan nyanyian hujan featuring anak bunda”


Berkasihan bulir bulir hujan turun perlahan
imajasi pun sejenak tertahan
mengaburkan saat taat dengan suara gemericik
tergelitik hati untuk panggilan cinta rintik-rintik
ritme tarian gemulai rinai
dengan senandung kodok
tampak selaras dengan ketukan tik tik tik tuk tuk tuk ces ces ces
atau angin memainkan perkusi atap seng unik dan desahan dedaunan
jadilah sebuah instrumental
yang terus memanggil manggil
penghuni mungil

Tangan kakinya mulai gatal
tak berkuasa iman
tak lagi hasrat tertahankan
gemas untuk segera menjawab undangan hujan
goal goel lenggak lenggok
dari ujung jemari sampai bibir manyun marum
mulai dari dalam rumah menari-nari
musik yang hanya olehnya terdengar sangat indah
maestro alam mulai memuncak
memasuki paragraf klimaks
partitur reffrein
bibir ranum mengikuti
semakin gemas berlari-lari kecil di depan pintu
sebagai pembatas antara perkarangan dan gejolak hati
menunggu sang bunda memberi restu
senyum tulus penuh merayu
hati ibu luluh penuh
terbuka lah harapan itu

Saat perlahan daun pintu melebar
menyusup lagu lembut yang tadi sayup terdengar
volume menaik nyaring tak lagi samar
bersama tangan angin lembut menyambut
langkah-langkah kaki kecil menuju panggung okestra alam
gemulainya pinggul mengikuti alur cerita hujan
bebas tubuh bermandikan ribuan bulir hujan
tangan dan wajah menengadah
mulut mungil bergumam
melafazkan syair tik tik tik bunyi hujan diatas genting

Senyum bunda penuh bangga
penari alam penerus bangsa
tengah dimanjakan gemulai rinai
tak akan habis waktu untuk melagu
tubuh lelaki kecil berbaju piyama biru
tengah kuyup bersama takjub

Terkesimalah akal akan kumandang alam
bersama dirimu yang terus melagu
membuat otakku mengharu biru
menatapmu fikiran membeku
aku sangat cemburu pada pendengaranmu
iri aku akan kesenanganmu
tak kuasa aku untuk keluar dari kedewasaan
menemanimu menjadi lelaki kecil berfikir kecil
mulai saat ini ku panggil kau guru
ajari aku tarian dan nyanyianmu
temukan diriku dengan bahagia
titipkan juga kegembiraan alam
dalam hati rindu dendam
akhir dari benar-benar lupa atas pura
meninggalkan sejenak batas
karena semua demi panggilan cinta

-o0o-
Demi cinta, menandai hari, dimana bocah main hujan sendiri, aku hanya murid yang menemani.
14012012

2 komentar:

  1. wah kereen banget kang Aik Sardi..
    udah saya tak ada koment lagi..
    menikmati orkestra alam bersama jatuhnya bulir2 air hujan...

    BalasHapus
  2. Terima kasih kang Insan Robbani
    Thanks a lot

    BalasHapus