Selasa, 10 Januari 2012

“Serip Tenar Di Hari Nanar”


Serip namanya
pangkatnya masih cepek
terbaring lemas dalam rumah kertas
beratapkan asbes warna-warni pembatas jalan
pintu tripleks dari anaknya dapat di UI
bergagang pintu klasik gedongan dapat dari perumahan kemang
semua adalah hasil pungutan liar sampah masyarakat kota
jadilah kediaman mewah bergaya harajuku
didepan pintu baskom iba hati
berpuluh-puluh koin tak sebanyak milik Prita
lembaran kertas juga ada, tapi bukan Soekarno-Hatta
sekedar tangis sedih sesama pulisi cepek
atau pura-pura sedih si tukang parkir
atau rekanan pemungut dari yang liar sampai yang berseragam

Cita-cita tenar dan mereguk milyar
sekarang semua telah buyar
cerita jadi selebriti bukan barang anyar
semua orang sudah sadar
siapa nasib, mengapa takdir dan  berapa kadar
hati Serip mulai memar
mendekap peluru salah sasar
perlahan-lahan pandangan mulai nanar

Hari naas bagi Serip
menangkap basah maling sumbangan Langgar
maling dan Serip berpelukan
bergumul di hamparan sajadah
dipeluk erat sehabis magrib
maling berontak cabut pisau
kaki lamban Serip jadi kendala buat balap lari
maka pintu di hadang Serip berteriak
pertolongan berdatangan
maling gentar loncat jendela
sandal dan terompa melayang menghadang
maling gesit dapat berkelit
tapi kaget terdengar letusan
peluru aparat salah mendarat
maka sekarang Serip sekarat

Serip meradang badan meriang
panas dingin panas dingin
para tetangga bergantian datang
sebagian rezeki diselipin
tapi kemudian Serip pun kondang
jutaan wartawan ngeributin
cita-cita tenar mampirlah girang
dihari terakhir itu Serip pun ending
-o0o-

Menandai hari 11012012
Maju tak gentar membela yang bayar, maju perut pantat mundur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar