Ratna seorang
remaja, anak dari seorang ibu pedagang warung kopi dan ayah seorang supir
bajaj. Tinggal di sekitar stasiun kereta. Setiap malam ibunda berdoa agar
anaknya mendapatkan usaha yang lebih baik daripada dirinya yang tidak bisa
tulis baca. Juga doa-doa ayahnya agar anaknya mendapat kemudahan dalam segala
perihal. Begitu juga Ratna selalu berdoa meminta kesempatan baik.
Setelah
menamatkan SMA kerabat ayahnya menawarkan Ratna bekerja di pabrik boneka,
pabrik baru dibangun dekat pinggiran kota. Betapa senangnya hati Ratna
mendapatkan kesempatan bekerja, setelah bersyukur mendapat kesempatan
menamatkan sekolah dengan predikat siswa biasa-biasa saja.
Sepanjang
hidup sebelum berangkat ke pabrik Ratna tetap berdoa agar ibu bapaknya
diberikan panjang umur supaya dapat menikmati kesempatan yang diberikan Tuhan
pada dirinya.
Suatu hari, teman seniornya di pabrik mengajarinya
tentang berdagang. Lalu ia mencoba berdagang kreditan. Memang usahanya
begitu-begitu saja. Tapi ia tak kenal lelah terus belajar dari kekeliruannya.
Pada saat ia telah merasa mampu untuk mengembangkan usahanya datanglah
kesempatan itu, pabrik dimana ia bekerja melelang sebagian boneka yang gagal
produksi. Ia dan teman seniornya memberanikan diri memborong boneka-boneka
tersebut. Dengan keahlian membuat boneka yang ia pelajari, maka boneka-boneka
tersebut disulap menjadi lebih baik, setelah melalui proses perbaikan disana
sini.
Kejutan yang
indah buat Ratna, hasil penjualan bonekanya di luar dugaannya. Berkat kebaikan dan kerendahan hatinya semua
kerabat mau membeli boneka-boneka miliknya. Dan dengan modal sekecil-kecilnya
ia pun mendapat durian runtuh. Kemudian ia memberanikan diri keluar dari
karyawan pabrik untuk menawarkan diri sebagai pembeli tetap boneka hasil dari
pabrik itu. Kesempatan itu datang lagi, pabrik menyetujui kesepakatan Ratna.
Dan ia pun mulai memiliki karyawannya sendiri.
Seketika, pada acara keluarga, Ratna bertemu Karna
yang masih sepupu. Karna berkeluh kesah tentang kesarjanaannya yang belum laku
diterima kerja dimana pun. Lalu Ratna menawarkan Karna bekerja dengannya,
sebagai sarjana ahli hitung keuangan maka ia dipekerjakan sebagai akuntan.
Berselang beberapa waktu Karna selalu mengeluhkan
tentang pekerjaan dan upahnya. Sampai suatu saat berita itu sampai ke telinga
Ratna. Lalu Ratna memanggil Karna untuk mendiskusikannya. Wal hasil Ratna belum
sanggup memperkerjakan Karna lagi, maka keduanya memutuskan hubungan kerja.
Dalam hari-hari penganggurannya, Karna berdoa pada
Tuhan. "Tuhan kenapa kau tidak berikan aku kemudahan dan kesempatan
seperti Ratna? Dia cuma tamatan SMA dan anak orang susah pula. Ayo dong
Tuhan!"
Dalam isak tangis ia berdoa, lalu malaikat
disebelahnya berbisik, "Sudah dikasih kesempatan dan kemudahan tapi tak
dipergunakan dengan baik. Ada kesempatannya dan ada ilmunya, tapi kesempatan
itu jadi sia-sia. Sementara orang lain yang tidak punya ilmunya masih mau
menerima kesempatan buruk sekalipun."
Lalu setan disebelah lainnya berbisik,
"Udeeh, jangan dengerin dia. Emang Tuhan aja gak kasih kesempatan paling
mudah buat dirimu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar