Pagi itu Mario yang bangun telat, usai begadang
tadi malam. Rush hour. Setelah membawa sarapannya dibungkus, lalu melompat
masuk ke mobil Teguh, abangnya, yang kebetulan mau berangkat ngantor. Teguh
sedang membaca doa di depan setir mobil, tapi Mario mengusiknya.
"Bang, boleh buruan gak? Soalnya gue telat bro." Sambil cengar-cengar memelas. Dibalas senyum sinis abangnya.
"Bang, boleh buruan gak? Soalnya gue telat bro." Sambil cengar-cengar memelas. Dibalas senyum sinis abangnya.
"Bra bro, bra bro, bra
he....(ups sensor)! Gue lagi berdoa tauk!" nada kesal Teguh hanya dibalas
dengan mengangkat bahu tinggi-tinggi dan senyum jeleknya Mario.
Disepanjang
jalan lancar-lancar saja, hanya suara Mario memenuhi ruang mobil karena
bersenandung. Sampai di pertigaan, ada remaja mengendarai motor menyalip
mendadak. Membuat Teguh ikut menginjakan rem mendadak membuat Mario tersentak
ke dashboard. Remaja itu sedang membonceng ibunya yang tengah menggendong
adiknya masih balita dibalut selimut. Sepertinya adik bayi sedang sakit dan
remaja itu sedang terburu-buru. Teguh lalu mengucap syukur tidak terjadi
tabrakan yang berbahaya. Tetapi tidak dengan Mario.
"Bang..t! Guob...k luh! Bisa
bawa motor gak sih. Naik motor ugal-ugalan. Gak mau minta maaf juga!"
Ocehan Mario terhenti karena tiba-tiba Teguh menampar pipinya. Plak!
"Woooi, kenapa luh nampar
gue?" wajah Mario memerah bercampur kaget.
"Karena aku lagi ikhtiar."
Jawab Teguh kalem.
"Apa maksud luh
ikhtiar?" Mario tambah bingung.
"Soalnya gue tadi dengar
bisikan supaya diriku menampar bibir dirimu. Dan aku berdoa sebelum berangkat, meminta kemudahan dan keselamatan di
perjalanan. Dan juga diberikan kemudahan berikhtiar dalam menyetir mobil
ini." Jelas Teguh sambil meneruskan menyetir mobil.
"What the...???" Mario
belum bisa terima.
"Lagi pula. Remaja tadi juga berdoa agar cepat sampai ke rumahsakit
dengan selamat. Maka dia dimudahkan sampai rumahsakit, walau dengan cara
yang tidak selamat, menyalip sana sini, menerobos lampu merah. Sedangkan
dirimu? Kamu tidak berdoa apa-apa kan? Makanya sebelum berangkat berdoa, agar
di jalan tidak di tegur Tuhan melalui tangan brother mu. Ya kan bro?"
Mario terdiam takut ditampar sekali lagi.
Mario terdiam takut ditampar sekali lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar