Jumat, 11 November 2011

“Serat Kalatida”


Keadaan Negara waktu sekarang
sudah semakin merosot
keadaan tatanegara sudah rusak
karena sudah tidak dapat diikuti lagi
sudah banyak yang meninggalkan petuah-petuah
aturan-aturan lama
orang cerdik cendikiawan terbawa arus jaman gemblung
suasana mencekam
karena  dunia penuh dengan kerepotan

Sebenarnya rajanya termasuk raja yang baik
patihnya juga cerdik
semua anak buah hatinya baik
 pemuka-pemuka masyarakat baik
namun segalanya itu tidak menciptakan kebaikan
oleh karena daya zaman kalabendu

Bahkan kerepotan-kerepotan makin menjadi-jadi
lain orang lain fikiran dan maksudnya
waktu itulah perasaan sang pujangga menangis
penuh kesedihan
mendapat hinaan dan malu
akibat dari perbuatan seseorang
tampaknya orang tersebut memberi harapan menghibur
sehingga sang pujangga karena gembira hatinya dan tidak waspada

Persoalannya hanyalah karena kabar angin yang tidak menentu
akan ditempatkan sebagai pemuka
tetapi akhirnya sama sekali tidak benar
bahkan tidak mendapat perhatian sama sekali
sebenarnya kalau direnungkan
apa gunanya menjadi pemuka
hanya akan membuat kesalahan-kesalahan saja
lebih-lebih bila ketambahan lupa diri
hasilnya tidak lain hanyalah kerepotan

Menurut buku Panitisastra
sebenarnya sudah ada peringatan
di dalam zaman penuh kerepotan dan kebatilan ini
orang yang berbudi tidak lah terpakai
demikianlah jika kita meneliti
apa gunanya meyakini kabar angin
akibatnya hanya akan menyusahkan hati saja
lebih baik membuat karya-karya kisah zaman dahulu kala

Membuat kisah lama ini dapat dipakai kaca bengala
guna membandingkan perbuatan yang salah dan yang betul
sebenarnya banyak sekali contoh-contoh dalam kisah lama
 mengenai kehidupan yang dapat mendinginkan hati
akhirnya nrima
dan menyerahkan diri kepada kehendak Tuhan
segalanya itu karena tengah menghadapi kejadian yang tak masuk akal

-o0o-

Catatan Sri Wintala Achmad, dari buku Zaman Gemblung.
dibahasakan yang mudah dimengerti, karena aslinya bahasa Jawi kuno.
Serat Kalatida ditulis oleh Bagus Burhan. Bagus Burhan dilahirkan di Surakarta 15 maret 1802.
(hanya menandai hari, Jumat 11-11-2011)

2 komentar: