Selasa, 08 November 2011

PANGERAN DIPONEGORO


Pangeran Diponegoro, pernah dengar joke-joke tentang perang Diponegoro. Berapa lama peperangan beliau? 1825 sampai 1830, hanya waktu lima menit Diponegoro berhasil memenangkan peperangannya. Kenapa pangeran selalu memakai surban di kepala beliau? Karena beliau berkuda, kalau naik motor pasti beliau pakai helm. Pasti anda sudah pernah dengar kan? Beliau memang hanya pangeran tetapi jasanya mempererat rakyat dengan pemimpinnya.
Pernah sekali penduduk melaporkan adanya tanah yang dipatok oleh centeng bayaran VOC, beliau pun bertanya, kira-kira begini;
“Lahan itu milik siapa?”
“Milik kami, pangeran.”
“Lalu siapa yang mematok lahan kalian?”
“Centeng, pangeran. Tapi centeng itu dibayar oleh VOC.”
“Apabila mereka mematok tanah yang menjadi milik kalian, maka kalian sendiri lah yang harus melawan aku akan melindungi orang yang berhak dan benar. Apabila VOC yang mengusik maka itu akan menjadi urusanku.” Beliau mengajari rakyat untuk membela dan memperjuangkan haknya secara berani dan mendahulukan haknya yang benar.
Pangeran Diponegoro lahir tanggal 11 bulan 11, pada saat perlawanan itu kira-kira beliau berusia 24 tahun. Beliau mengerti betul kekuatan kata-kata, saat peperangan dengan VOC beliau membuat buku harian tentang peperangannya, yang sekarang menjadi kekuatan rekaman sejarah. Selain buku harian ada juga lukisan Raden Saleh (berumur 24 th) yang menggambarkan peperangan beliau, karena saat itu hanya Raden Saleh yang berpendidikan di Prancis. Didukung panglima Sentot Ali Basa ( berumur 17 th), semua berumur muda saat peperangan itu.
Pangeran Diponegoro adalah anak dari Hamengkubuwono III, melawan tentara bayaran VOC, termasuk centeng-centeng tanah Jawa yang menjadi tentara bayarannya. VOC sendiri bukanlah Pemerintahan Belanda melainkan hanya serikat dagang, yakni perkumpulan perusahaan-perusahaan Belanda. Sebenarnya peperangan ini hanya melawan serikat dagang asing yang rakus, bukan melawan tentara Belanda, dan ini telah berlangsung lama.
Apa bedanya dengan Wall Street saat ini, yang menguasai negara-negara lain tanpa dibawah pemerintahan resmi. Lantas mengapa di negara ini saling berseteru? Bukan lain, bukan sembarang, semua skenario mencari untung di tengah keributan, bukankah dari dulu kita gampang diadu domba.
Pangeran Diponegoro selain cerdas dan mau belajar dengan kedua sahabatnya Sentot AB dan Raden Saleh, beliau juga mau mendengar langsung keluhan para pedagang dan petani, bahkan beliau sering duduk bareng dan menginap di pondok mereka. Jauh sekali dengan pemimpin dan wakil rakyat saat ini. Beliau juga sangat senang mengaji dan shalat bersama di rumah-rumah rahayat.
  Pangeran Diponegoro mengajari betapa pentingnya peperangan tanpa kekerasan, dalam catatannya ditulis betapa ia tidak menginginkan pertumpahan darah. Ia mengirim surat ke pemerintah Belanda tentang kenakalan VOC, maka dilakukan perundingan. Dalam perundingan dengan VOC itulah beliau ditangkap, dan Raden Saleh berhasil mengabadikannya dalam sebuah lukisan yang kemudian di photo dan dikirim ke Belanda dan negara-negara eropa lainnya. Betapa pentingnya perlawanan tanpa pertumpahan darah ini sehingga beliau selalu menghindari perlawanan fisik. Begitu takutnya beliau pada pertumpahan darah, berbeda dengan perlawanan yang mengataskan agama mana pun melalui perang senjata.

-o0o-

3 komentar:

  1. Luar biasa... seorang Anak Raja yang merakyat, beda dgn kondisi sekarang, wakil rakyat seharusnya merakyat malah bersikap seperti anak raja bahkan seperti Seorang Raja..

    BalasHapus
  2. Begitulah, kira-kira masa itu pangeran termasuk yang mau belajar, ia banyak belajar dengan santri-santri lainnya, juga belajar ilmu barat dari Raden Saleh tentang politik dan pemerintahan

    BalasHapus