Serip namanya
pangkatnya masih cepek
terbaring lemas dalam rumah kertas
beratapkan asbes warna-warni pembatas jalan
pintu tripleks dari anaknya dapat di UI
bergagang
pintu klasik gedongan dapat dari perumahan kemang
semua adalah hasil pungutan liar sampah masyarakat
kota
jadilah kediaman mewah bergaya harajuku
didepan pintu baskom iba hati
berpuluh-puluh koin tak sebanyak milik Prita
lembaran kertas juga ada, tapi bukan Soekarno-Hatta
sekedar tangis sedih sesama pulisi cepek
atau pura-pura sedih si tukang parkir
atau rekanan pemungut dari yang liar sampai yang
berseragam
Cita-cita
tenar dan mereguk milyar
sekarang semua telah buyar
cerita jadi selebriti bukan barang anyar
semua orang sudah sadar
siapa nasib, mengapa takdir dan berapa kadar
hati Serip mulai memar
mendekap peluru salah sasar
perlahan-lahan pandangan mulai nanar
Hari
naas bagi Serip
menangkap
basah maling sumbangan Langgar
maling
dan Serip berpelukan
bergumul di hamparan sajadah
dipeluk erat sehabis magrib
maling
berontak cabut pisau
kaki
lamban Serip jadi kendala buat balap lari
maka
pintu di hadang Serip berteriak
pertolongan
berdatangan
maling
gentar loncat jendela
sandal
dan terompa melayang menghadang
maling
gesit dapat berkelit
tapi kaget terdengar letusan
peluru aparat salah mendarat
maka sekarang Serip sekarat
Serip meradang badan meriang
panas dingin panas dingin
para tetangga bergantian datang
sebagian rezeki diselipin
tapi kemudian Serip pun kondang
jutaan wartawan ngeributin
cita-cita
tenar mampirlah girang
dihari
terakhir itu Serip pun ending
-o0o-
Menandai hari 11012012
Maju tak gentar membela yang bayar, maju perut pantat
mundur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar