Meninjau asal usul istilah Kata
Indonesia ada baiknya menurut pada sebuah catatan RS Sasongko, seorang pegawai
Sosial Kabupaten Sidoarjo, berawal dari seorang guru dan kepala sekolah Taman
Siswa, dengan berani menuliskan secara baik pada 1 April 1955, berjudul
Ethnologi Di Indonesia.
Pada tahun 1850 pernah diusulkan oleh
seorang bangsa Inggris bernama Earl untuk menyebut Indu-nesians, Malaya-nesians, terhadap penduduk di Indian Archipelago atau Malayan Archipelago. Sedang ia sendiri
menekankan pula, bahwa ia menyetujui pemakaian sebutan yang kedua yaitu Malaya-nesians. Masih dalam tahun yang
bersamaan, diambilah yang pertama itu oleh seorang bangsa Inggris lainnya
bernama Logan, dengan mengambil contoh pemberian nama; Polynesia, Melanesia, Micronesia, dan dengan sebuah nama Indonesia. Menurut Earl, Indonesia itu Indo berarti kuat atau besar dan nesian itu pulau dan daratan, yang lebih kurang berarti harafiah dengan kata; pulau yang kuat.
Tetapi dalam
pada itu pemberian nama kurang dipakai oleh orang, sedang di negeri Belanda
sendiri orang masih memakai kata-kata “De
Indische Of De Maleische Archipel”, atau dengan sebutan “Oost-Indie”. Multatuli lebih suka
memakai sebutan Insulinde yang
berasal dari kata Insul artinya pulau-pulau, atau dalam bahasa Belanda disebut Archipel dan tak suka memakai kata Indonesia.
Keadaan menjadi
berubah setelah seorang ahli ilmu bangsa-bangsa (ethnologi) pada jaman itu,
bernama Adolf Bastian, pada tahun 1884 menulis sebuah kitab yang berjudul Indonesien. Berasal dari 2 kata Yunani, Indos dan Nesos, yang berarti air dan pulau-pulau. Asalnya
adalah; pada waktu penguasa Raja Iskandar Zulkarnain (Alexander de Grote) dari
Macedonia, mengadakan peperangan perluasan daerah, sampailah di tepi sungai Indus.
Karena telah beberapa hari kehabisan air maka setelah nampak sungai itu ia
berteriak, “Indus”. Yang berarti Air, yang oleh orang Persia menyebutnya Hindu. Dikatakan pula dalam bahasa
Sansekerta disebutkan dengan kata Shindu,
karenanya hingga kini pemakaian kata Shindu masih ada di daerah Solo dan
Jogjakarta, yakni ada sebuah Jawatan yang disebut dengan Shindupraja yang
berarti tukang mengatur air.
Dalam pengertian
ethologi dengan hubungan ilmu pengetahuan, kata Indonesia ini petunjuk nama
kepulauan yang terletak diantara benua Asia dengan Melanesia, termasuk Papua. Dan dari Utara di mulai dari pulau
Formosa yang ditempati orang-orang Tionghoa, Filippina, Madagascar. Kemudian
jasirah Malaka, juga di dapati orang-orang Indonesia. Sunda Kecil, Ambon,
Halmahera, yang berada di Selatan. Sedangkan sebelah Utara orang-orangnya
tergolong bangsa Melanesia. Penggabungan Asia dengan Melanesia itulah
bangsa-bangsa Indonesia menurut artian ethnologisch dan staatkundig
(kenegaraan) oleh Belanda.
Jadi yang dimaksud dengan orang
Indonesia ialah penduduk kepulauan itu. Bahasa Indonesia dan Kesenian Indonesia
yang dimaksudkan dengan ini ialah bahasa dan kesenian yang menjadi tanda untuk
bangsa-bangsa di Indonesia, dan hal ini terdapat pula kesamaan di daerah-daerah
di luar Indonesia staatkundig, yakni sebagian Malaka, Madagascar, dan
lain-lain.
Tetapi perlu dimaklumi pula, bahwa
sebutan orang Indonesia itu dalam pemakaian bahasa Belanda di sebut Indonesier. Dalam undang-undang yang
bersangkut-paut dengan Nederlands-Indie, dalam pemakaian biasa Belanda
mempunyai maksud berlainan, disebut dengan
Inlander yang berarti Bumiputera.
Bagaimanapun juga konotasinya istilah ini terasa tak enak dalam pendengaran
orang pribumi Indonesia saat itu. Meskipun menurut Letter (secara harfiah) dalam undang-undang dasar saat itu telah
dihapuskan, tetapi masih dirasakan oleh orang banyak, bahwa kata itu berbekas
Koloniaal. Dalam kesehariannya orang Indonesia masih disebut Inlander, meskipun
buat pribumi yang telah belajar ke Belanda sekalipun, orang Belanda sendiri
juga dapat disebut Inlander van Nederland.
Dalam pada itu istilah Indonesier
mendapat arti yang terbatas, yaitu diartikan sebagai penduduk Hindia Belanda
dan bukan penduduk Indonesia. Jadi istilah dalam buku itu dapat diartikan
Indonesier adalah istilah kenegaraan saja, yang secara bersamaan mengandung
pengertian sebagai Hindia Belanda.
Ada pula sebutan nama yang diambil
dari sejarah tanah air, pada jaman Modjopahit, dikisahkan ketika patih
Gajahmada sedang melaporkan situasi politik di luar Jawa, ia sering menggunakan
perkataan Nusantara yang artinya daerah-daerah di luar Jawa. Kata Nusantara ini
berasal dari nusa dan antara. Jadi persamaan antara kata nusa dan antara,
keduanya berarti pulau-pulau, yakni Nusa Penida, Nusa Kambangan, Nusa Barung,
Nusa Laut dan lain-lain.
Apapun bentuk kata yang dipakai saat
itu telah menggambarkan bangsa ini adalah bangsa yang telah dipenuhi oleh
bermacam-macam bangsa, termasuk keberadaan bangsa Portugis, Inggris, Cina,
India, Arab dan Belanda sendiri yang kebetulan dan sengaja telah memenuhi
pulau-pulau di Indonesia ini. Entah untuk keperluan apa orang-orang itu datang
dan pergi. Satu hal yang pasti yaitu mereka telah menjadi bagian sejarah
terbentuknya Indonesia itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar