Dikisahkan
oleh Sahal bin Sa'ad As Saidi ra. Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya
ada orang beramal dengan amalan ahli surga sepanjang penglihatan orang banyak
tetapi sebenarnya dia adalah ahli neraka. Ada pula orang beramal dengan amalan
ahli neraka dalam pandangan manusia, namun sebenarnya dia ahli surga." (HR
Muslim)
Puasa
adalah ibadah satu-satunya yang diperuntukkan khusus buat Allah, dan penilaian
mutlak langsung oleh Allah. Karena puasa adalah amalan ibadah yang terdekat
dengan Allah, hanya yang menjalankan puasa dan Allah lah yang tahu batal dan
belumnya ibadah puasa orang itu. Maka puasa adalah semedi diri yang lugas,
dapat dilakukan di lingkungan ramai sekalipun tanpa orang lain mengetahui
apakah orang itu tengah melaksanakannya.
Apabila
anak cucu Adam telah meninggal dunia, maka putuslah amal perbuatannya. Kecuali
3 hal yang terus-menerus mendatangkan pahala baginya, yakni
1. sedekah jariyah
2. ilmu yang bermanfaat (baik memberikan amalan maupun berupa sebuah
lapangan pekerjaan)
3.
putra putri yang saleh yang mendo'akannya
(HR Muslim)
Untuk
itu berpuasa bukan hanya mempersiapkan mental (nawaitu dan itikad), tetapi
persiapan fisik dan persiapkan mal (Harta) juga harus dipersiapkan. Karena untuk beramal jariyah selama bulan puasa
pahala yang disediakan berlipat-lipat banyaknya, selain itu hanya di bulan
Ramadhan pula lah kesempatan meningkatkan hubungan dengan sesame manusia lebih
dikhususkan.
Abu Umamah Al Bahili ra. menceritakan, ada seseorang
bertanya kepada Rasulullah saw., “Bagaimana pendapat engkau tentang seseorang
lelaki yang berperang mencari pahala dan popularitas? Apakah yang dia peroleh?”
Rasulullah menjawab, “Tak
ada apa-apa yang ia peroleh.”
Lalu laki-laki itu bertanya
lagi (mengulangi pertanyaannya sampai tiga kali) dan Rasulllah memberikan
jawaban yang sama. Kemudian Rasullah bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT. tidak
menerima amal itu kecuali amal dari seseorang yang ikhlas dan hanya
mengharapkan keridhoan Allah SWT.” (HR Abu Dawud dan Nasa’i)
Yang
tidak kita harapkan, lebih sering terjadi daripada yang kita harapkan. Kemudian
kita kecewa, karena masih mengharapkan yang tidak kita dapat, dengan menelantarkan
yang sudah kita dapat. Maka, kemampuan untuk menerima yang tidak kita harapkan dan
menggunakannya dengan sebaik-baiknya adalah lebih penting daripada kemampuan untuk
mengatasi kekecewaan. Marilah kita hidup sepenuhnya dalam kenyataan. (Mario Teguh)
setuju banget mas. postingan yang sangat bagus, mengetuk-ngetuk pintu hati yang berkarat oleh karatan dunia. . .
BalasHapusha ha ha, gak berkarat banget lah, kan masih bisa terketuk...
BalasHapus