Menjelang
tamat sekolah dasar Uyung mulai memikirkan rasa keinginannya untuk tahu apa itu berkasih-kasihan.
Setelah keusilannya yang selalu menggoda Murni anak dari bapak yang dianggapnya
Paman, karena pak Izat adalah pengganti ayah baginya steelah selama ini beliau
lah yang perhatian penuh kepada Uyung. Keusilannya itu selalu membuat Murni terkesan
padanya dan
keduanya sangat akrab.
Entah mengapa
tiba-tiba tubuh Murni yang beranjak remaja itu menampakan perubahan yang sangat
menyolok, ada beberapa bagian tubuhnya tumbuh tidak selayak tubuh Uyung yang
lelaki tulen. Uyung memperhatikan betul betapa Murni tumbuh menjadi anak
perempuan sempurna yang baik hati. Di mata Uyung, Murni melebihi dari seorang
sahabat.
Begitu juga cintanya kepada
sekolah yang telah membuat Uyung menjadi orang yang cerdas dan bukan
menjadikannya brilian, karena Uyung adalah murid peringkat ke sepuluh dari
belakang. Dalam buku catatan tahunan yang dibuat khusus untuk anak yang telah
menamatkan sekolahnya di SD ini, Uyung hanya menuliskan kata-kata mutiara,
“Harap WC selalu bersih, aku sudah tidak kuat lagi masuk ke dalamnya, untuk
kencing, eek, apalagi mencuci muka. Untung saja aku sudah tamat. Hiiiiiiih!”
-.’o00o’.-
“Mak! Mak! Kenapa si Murni itu sekarang dadanya jadi lebih besar ya
Mak?” Tanya Uyung.
“Ohhh.” Jawab amak penuh kebingungan dan muka amak kemerahan malu
sendiri.
“Kenapa ohhh. Oii mak?”
“Itu namanyo buah dada. Kalau anak perempuan itu bakal tumbuh buah dada.
Itu artinya si Murni mulai menjadi perempuan yang ideal.” Jawab amak penuh
kehati-hatian dalam mengutarakan maksud.
“Kalau tak ade buah dada berarti tak ideal ya mak?” Tanya Uyung lagi.
“Tak juge Yung. Banyak juga yang anak perempuan itu baru tumbuh setelah
die menikah.”
“Ooooh. Tapi kenape laki-laki tak tumbuh seperti perempuan ya mak.”
Pertanyaan Uyung mulai membuat amak panik dan gelagapan.
“Karena perempuan itu harus menyusui.”
“Ohhh. Kalau laki-laki mak?”
“Ah kau Yung, mana ade laki-laki menyusui!”
“Tapi mak si Tince tukang rias pengantin tuh laki-laki. Die juga punya
susu mak. Apa die menyusui juga?”
“Kalau itu bukan laki-laki juga bukan perempuan. Itu jadi-jadian!
Susunya pun jadi-jadian. Kalau si Tince tu seperti Martabak special.” Amak
menahan tawanya sampai bahunya terguncang, menahan geli sendiri.
“Martabak special?”
“Ye lah martabak spesial. Pakai telor dua. Dah jangan lagi kau banyak
tanye. Amak kau dah pusing. Sekarang
pergi kau cari kelape buat pak Izat.”
“Tapi mak, aaa..”
Amak langsung meninggalkan rumah sementara Uyung dengan mulut ternganga
seperti hendak bertanya lagi. Dikepalanya masih banyak pertanyaan.
-o0o-
Hari itu begitu menggebu-gebunya bertanya kepada amak perihal hubungan
kekasih antara pria dan wanita dewasa. Semua itu menarik baginya karena ia
belum pernah sekali pun mencobanya.
"Aduhoi mak, kata orang, kalo ado istri
jelek itu anugerah, dio tak tak suka diganggu orang lain jadi dio tak suka maen
cinta. Apa maksudnyo mak?" tanya si Uyung.
"Anakku Uyung. Nak macam mana amak mau kasih tau
kau. Jaman sekarang nih tak de yang tak selingkuh. Mau die tu buruk rupa atau
busuk hati, same saje."
"Selingkuh itu apa mak?" tanya uyung
tak mengerti.
"Itu tu, adalah maen serong." jawab amak.
"Maen serong ntu, apa pulak mak?" tanya Uyung
lagi.
"Ah kau Uyung selingkuh itu maen serong, maen
serong itu suka-sukaan dengan wanita atau pria idaman lainnya. Ngerti
kau?" jawab amak setengah kesal.
"Enggak mak!" gubrak amak jatuh dari
bangkunya.
Setelah setengah jam amak berusaha menjelaskan,
akhirnya uyung mengerti juga.
"Oh selingkuh itu TTM mak!"
"TTM. Tenang-tenang menghanyutkan?" amak penasaran.
"Bukan mak. TTM itu teman tapi mesra."
"Apa pulak tuh yung?"
"Ah amak gak gaul."
“Amak ini jande. Mana kau tau
sudah berapa lama amak tak gaul? Ngerti kau?” (maksud amak digauli oleh suami).
Uyung menggeleng-gelengkan kepala
tak mengerti maksud amak. Wajahnya Uyung penuh keluguan, mulutnya menga-nga, sementara itu amak
meninggalkan Uyung sendirian di meja makan.
-o0o-
Setelah beberapa hari Uyung terus-terusan asyik
menanyakan perihal perempuan, maka timbullah rasa curiga amak terhadap Uyung.
Lalu ia mencoba mencuri-curi cari tahu apa yang sedang terjadi pada anaknya.
Ternyata anaknya tengah kasmaran dan mulai menyukai lawan jenisnya, mencoba
menggoda-goda si Murni, Tuti dan Desi, teman-teman sekolahnya. Ketika amak
Uyung datang ketiga perempuan tadi langsung pergi meninggalkan Uyung sendirian
menghadapi amak.
“Ah ah ah. Ternyata kau bujang tak tau malu ye. Mengoda-goda anak
perempuan orang. Kenape kau lakukan itu Uyung?” Uyung yang ketangkap basah oleh
amak, dengan susah payah bicara sambil mengaruk-garuk kepalanya yang tidak lah
gatal.
“A a a. U u u yung… Cuma main-main saje mak.”
“Cih cih cih, pertame main-main,
lalu main sungguh-sungguh, nanti kau main serong!” dengan wajah gusar amak
menahan emosi.
“Ah amak tak lah macam tuh, sangaaaaat!”
“Ye iye. Amak tau lah itu.”
“Tau apa mak?” kali ini Uyung berusaha bersikap wajar. Dan
amak mulai menurunkan darahnya.
“Uyuuuung. Amak tau kau suka same perempuan-perempuan itu
ye? Karena apa amak tau?”
“Manalah Uyung tau. Kan amak yang tau!”
“Iye laaah, janganlah kau memotong pembicaraan amak kau
nih.” Uyung mengangguk setuju.
“Kau itu kalau suka sama perempuan bersikaplah seperti abak kau. Die tau
mane perempuan yang die suka. Dan die tak menghumbar rasa sukenya kepada semua
perempuan. Kau laki-laki Yung harus menentukan sikap.” Mendengar nasehat amak
muka Uyung memerah penuh rasa bangga.
“Ah begitukah mak? Lalu Uyung harus bagaimana?”
“Isss kau nie. Dah nak cepat-cepat sangat. Apa kau nak
bagi aku mantu ke? Kau ini masih muda sangat. Tunggu sampai waktunya kau bisa
menentukan sikap, baru kau tau betapa beruntungnya perempuan yang akan kau
pilih itu. Jangan buat malu abak kau tuh, tau!” Uyung mengangguk-angguk.
“Emangnya abak itu macam mane?”
“Iss is is, masih juga kau nak cepat sampai ke pucuk! Baiklah
abak kau tu bukan laki-laki sembarangan, dulu banyak perempuan yang suke sama
die tapi die memilih perempuan yang terbaik baginye. Yah amak kau ini lah.”
“Ah amak. Apa hebatnya?”
“Cih kurang asam kau Yung. Amak nie dulu juga primadona.
Banyak laki-laki yang suka sama amak. Tetapi amak lebih memilih abak kau tu.
Itu namanya jodoh. Jodoh itu adalah pilihan yang tepat. Jangan suka main-main.
Die harus datang dari hati yang paling dalam. Lalu getaranya sampai ke
ujung-ujung jari. Apabile die bersentuhan make langit pun akan bergemuruh.
Seperti listrik yang menerangi seluruh kampung. Kau harus tunggu sampai
perasaan itu datang Yung! Yaitu listrik yang kau simpan dalam lubuk hati kau tu
akan menyetrum sampai ke ujung-ujung jari bahkan ujung rambut kau tuh.”
Lalu amak tersenyum melihat wajah Uyung yang merah menyala. Amak
memeluknya erat penuh kasih sayang. Lalu terdengar bisikan.
“Uyung akan menunggu sampai waktunye tiba. Mereka akan bangga memilih Uyung.
Dan Uyung juga akan bangga memilih salah satu dari mereka.”
Dalam perjalanan pulang Uyung membonceng Amak dengan
sepeda ontelnya.
-o0o-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar