Bagas yang jomblo mencoba merayu,
dia kenalan sama cewek, namanya Susi. Baru aja kenalan di mall. Kelamaan jomblo
tak juga membuatnya mendapatkan cewek idamannya, padahal wajahnya lumayan
(pas-pasan). Melihat penampilan Bagas yang mentereng serba kinclong Susi pun
mulai cari-cari tau.
“Mas
kerja dimana sih?” Susi bertanya dan mas Bagas senyam-senyum dengan wajah kalem
dan merapikan kerah baju, bibirnya di basahi dengan lidah.
“Saya
cuma pengusaha, punya perusahan ekspedisi, di Sumatera, Kalimantan dan Jawa.”
Susi mengernyitkan dahinya, pasti mas Bagas ini Konglomerat.
“Emangnya
mas tinggal dimana?” Susi mulai menampakkan wajah merayu.
“Ohhh,
saya tinggal di Pondok Indah.” Lagi-lagi Susi terkesima, rumahnya tinggal di
tempat orang-orang ‘The
Haves’, gak mungkin kalau bukan okay (orang kaya).
“Hemmm.
Pasti rumahnya mas gede yah?” mata Susi kedap-kedip (mirip orang cacingan).
Bahasa tubuhnya jelas merayu mas Bagas.
“Nggak
ah. Biasa aja koq, luasnya cuma 3.000an meter gitu.” Bagas mengangkat dagunya
tinggi-tinggi, hidungnya mulai kembang-kempis. Dalam hati Susi mengagumi,
buseeeet!, beneran kaya.
“Pasti
mobilnya banyak yah?” Tanya Susi dengan suara mendayu-dayu, seperti kucing
memasang perangkap tikus, miaaaaauuuwww.
Bagas
mendehem, “Ehem!” Lalu memperbaiki kerahnya lagi, “Sedikit koq, baru ada
Ferrari, Jaguar, Mercedes, BMW dan Mazda. Yah buat koleksi gituh. Emangnya kamu
suka mobil juga?”
Susi
blingsatan kayak ayam tenggorokannya keselek ketan. Wah cowok idaman gue nihh,
hati Susi bersumpah terpikat. Seakan gak mau menunggu lama Susi langsung nembak
membabi buta, strike! Serang, maju terus terlanjur basah mandi sekali.
“Mas
uda punya istri belom? Saya juga belom mas. Sudah tiga tahun menjomblo mas.”
Wajah Susi mulai sumringah, badannya mulai merapat ke mas Bagas.
“Hmm…
sampai saat ini belum tuh… hehe.” Mas Bagas cengar-cengir kegirangan. Susi tak
kalah girangnya. Enak juga nih kalu gue bisa jadi bininya, fikirnya
“Btw.
Mas merokok gak?” tanya Susi melanjutkan percakapan.
“Ndak.
Ndak… rokok itu tidak bagus untuk kesehatan tubuh loh.” Susi makin blingsatan,
pengennya ngelendor sandaran di bahu mas Bagas. Cowok tipe Susi banget, hatinya
bergumam, wah sehat nihh!
“Mas
suka minum-minuman keras juga gak?” rona merah menyala di wajah Susi.
“Tidak
donk, merokok saja saya ndak apalagi mabuk-mabukan.” Susi kegirangan, gilee…
cool abissss! Sehat lahir batin, fikirnya.
“Kalau
maen judi? Apa mas suka?”
“Nggak…
ngapain juga judi? Ngabisin duit aja. Walau
pun duit banyak kan bisa buat beramal ngasih ke anak yatim dan kaum fakir.”
Jawaban mas Bagas menampakan nilai religiusnya. Ooohhhh…So sweett banget deh
nih cowok, muda dan beriman.
“Mas suka dugem gak lah?
Dugem? Dunia malam?"
“Tidak tidak…” Hati Susi
berbunga-bunga. Iihh…soleh banget nih cowok! Keceriaan tiada tara.
“Ngomong-ngomong,
mas sudah punya cewek belom?” rasa penasaran Susi semakin bertambah.
“Beloooooom
tuh. Kenapa?”
“Ah
enggak nanya ajaaaah!” Wajah Susi mulai memerah. Wah ini dia cowok idaman itu.
“Saya
masih jomblo.” Dagu mas Bagas makin tinggi aja, pongahnya menghampiri.
“Mas kok belum punya cewek
sih? Belom
ada yang cuocok yah?”
“Yah
gitu deh. Kebanyakan cewek gak ada yang mau sama mas. Banyak yang gak mau menerima mas apa adanya.”
“Oh ya. Kenapa sih mas?” Senyum Susi cerah merayu.
“Oh ya. Kenapa sih mas?” Senyum Susi cerah merayu.
“Kebanyakan karena pada
tau hobbi mas, mereka memilih mundur.”
“Emangnya
hobbinya mahal yah mas, kayak balap gitu? Atau olahraga yang beresiko tinggi
gitu yah mas? Cowok yang suka tantangaaaan!”
“Enggak
juga. Hobbi mas cuma bohongin orang.”
-o0o-
waduh,
BalasHapussetelah kalimat terakhir, apa yang dilakuin si susi ya......
mari membayangkan....
:D
ha ha ha, hanya komsitkom kok mas
BalasHapus(Komedi situasi kompleks)
>..<
,_