Uyung tengah menikmati menjadi murid smp,
karena di sekolah ini ada guru-guru keren, menurut Uyung dan versi Uyung. Dua
orang guru muda, yang pertama guru wanita gaul habiz. Pelajaran biologi dan
bagian reproduksi adalah bagian terhebat untuk dibahas. Satu lagi adalah guru
sejarah, guru pria muda yang menawan hati. Uyung kadang menempatkan dirinya
seolah-olah dirinyalah guru tersebut. Keduanya seperti penyihir yang mempesona Uyung.
Pertama, guru wanita muda itu membahas perihal mencari
pasangan hidup. Ia memberi perbandingan antara profesi Dokter dan Guru,
murid-murid dapat memilih pasangan mana yang baik untuknya, apakah Dokter atau
Guru (jawabannya pasti sudah bisa tertebak, narsis, dan profesi guru lah yang
terbaik, he he he-red).
“Bisakah
kalian bedakan antara seorang guru atau seorang dokter yang cocok untuk menjadi
pasangan hidup kalian? Tanya guru wanita yang bernama Dewi.
“Enggaak.”
Jawab mereka serempak, terpesona oleh kecantikan guru biologinya.
“Apa
itu buuu?” Tanya murid-murid penasaran.
“Kalau kalian memilih dokter maka
dokter akan selalu mengatakan, ‘Cepat! Cepat! Sudah! Sudah!’, begitulah.” Kata
pak Sidik menjelaskan.
“Kalau guru buuuu?” tanya anak-anak
serempak.
“Kalau guru selalu mengatakan, ‘Ayu
coba lagi, coba lagi! Ayu ulangi lagi, sekali lagi!’, begitulah.”
“Oooooooh.”
-o0o-
Andai saja ada pelajaran sejarah yang
sekomplit pak Sidik pasti orang itu beruntung. Seberuntungnya Uyung menemukan
idolanya ini. Pak Sidik bukan hanya mengajari sejarah tetapi membuat Uyung tau
apa artinya pencarian masa hadapan. Pak Sidik mengajari dengan cara berkisah
tentang cerita masa lalu. Kebanyakan cerita pak Sidik tidak ada di buku
pelajaran yang Uyung pegang. Apalagi cerita-cerita pak Sidik seperti cerita
penuh patriotisme dan semangat tokoh-tokoh yang jarang Uyung dengar dari
paman-pamannya.
Uyung bertanya mendadak disaat pak Sidik sedang mengisahkan sejarah perang
melawan Belanda.
“Pak, kenapa bapak mengajari kami
pelajaran sejarah, yang kebanyakan pelajaran bapak tidak ada di buku kami? Setiap hari hanya
cerita dan cerita saja.”
“Uyung.
Dengarkan ini. Sejarah adalah kumpulan kisah yang telah dilakukan oleh orang
sesepuh kita. Orang yang terdahulu sebelum kau dan murid-murid lainnya
dilahirkan. Beda halnya dengan arkeologi. Kalau arkeologi itu lebih cendrung
tentang pembuktian sejarah, melalui peneletian, abservasi, penggalian,
menemukan fosil atau benda sejarah yang telah terpendam, bahkan harta karun.” Mendengar penjelasan pak Sidik yang panjang lebar membuat Uyung dan kawan-kawan
terkesima.
“Lalu kenapa di sekolah ini tidak
ada mata pelajaran Arkeologi pak?” tanya Uyung lagi.
“Mungkin karena keterbatasan dana
dan tenaga ahli, maka negara ini tidak menganjurkan sekolah SMP tidak begitu
penting belajar tentang arkeolog.”
“Tapi pak...” mulut Uyung belum
lagi terkatup tiba-tiba pak Sidik menyela.
“Ah sudahlah Uyung, kita pelajari
sejarah saja dulu nanti kau yang menjadi Arkeolognya. Bapak dulu juga tak
mendapat pelajaran tentang Arkeologi...” kali ini pak Sidik yang tak sempat
menyelesaikan ucapannya karena Uyung yang menyela.
“Baeklah pak. Tak ade pertanyaan
lagi. Uyung tau sejarah bapak.”
“Kauuuuu....”
Dalam hati pak Sidik
bertanya-tanya, “Bocah kecik, tau apa die hah?”
-o0o-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar