Selasa, 27 Desember 2011

“Kereta Listrik Gelap”


Kereta Listrik Gelap
beberapa gerbongnya kerlap-kerlip remang-remang
diisi penumpang gelap di dua stasiun terakhir,
menuju pengadilan atas semua kasus ham, kasus bur, kasus gerrrrrr
untuk jadi pahlawan kesiangan boleh menghakimi sendiri,
berani memaki dan tak menjaga bahasa lagi walau dirinya mengaku tinggi dan agung,
sementara pemegang hukum bermandi keringat di tengah hujan lebat,
kambing hitam ambil kemudi seperti maling mencari maling,
penumpang resmi bau keringat bukan keringatnya sendiri,
penyelenggara tatacara, pemerintah, dan aparat bungkam sambil korupsi kecil-kecilan,
tak tercuri-ga-i, padahal teman-teman ikut mencuri (gai)
agar perut tak buncit apalagi tabungan buncit
kereta penuh sesak bau cukai tembakau dan minyak sawit,
bertambah sesak dengan penumpang belang dan kambing congek
menuju stasiun buncit bernama kota
adalah desa penuh dosa
dimana polisi dilatih tembak keatas kepala baru kearah
sebenarnya ini kereta menuju neraka
dimana gerbong depan berisi para dewan, penguasa hukum dan pengacara
yang mengerti adil dengan cara tidak adil
penumpang semakin sesak di stasiun terakhir
yaitu rakyat pengangkut sayur yang berharap mendapat duduk di kereta kembali arah
tapi mereka adalah elegi syair Ebiet G Ade
tak mengerti kereta ini berakhir dimana
asal ikut tapi kentut jadi catatan khusus
telat untuk menyadari keburu rusuh untuk meloncat turun
pilihannya cacat atau mati
sementara setan pemilik kereta sedang mengundang pemilik modal untuk minum tuak bersama

-o0o-
Menandai hari 27122011
Top of Formation

2 komentar:

  1. Kereta Listrik Gelap.. waahh.. puisinya baguss.. kirim ke pemerintah.. :D

    BalasHapus
  2. pemerintah nanti nanya sama saya
    Wani Piro????

    BalasHapus