Rabu, 28 September 2011

(Hahay Story 057) Terbawa Dan Tertinggal


Dua orang santri berkain sarung hendak menyeberang kali. Di tepian tampak oleh mereka seorang gadis telanjang bulat tengah hanyut dan menjerit minta tolong. Santri Ahmid menutup matanya sambil berucap astaga dan memohon ampun pada Tuhan atas kekhilafannya. Sementara santri Badun melompat kedalam sungai dan berenang meraih gadis tersebut.
Ketika ia berenang kain sarung dan surbannya ikut hanyut di air deras. Tetapi ia mengabaikannya dan tetap berenang meraih gadis tersebut. Alangkah beruntungnya gadis tersebut dapat Badun selamatkan sementara Ahmid mengintip dari balik jemarinya yang menutupi kedua matanya.
Sesampainya di tepian, badun menggotong gadis tersebut, tentu saja kedua tangannya menyentuh bagian tubuh gadis itu, membuat Ahmid malu dan memalingkan wajahnya. Sementara Badun hanya mengenakan baju koko dan celana pendek saja, pakaian lainnya hanyut bersama air sungai. Setelah selamat lalu Badun berdiri di debelah Ahmid membelakangi gadis tersebut.
"Ahmid! Serahkan kain sarung dan surbanmu!" Perintah Badun.
"Aku tak mau!" Bantah si Ahmid yang membalikkan badannya.
"Cepatlah! Nanti kau akan aku lempar ke sumur dalam!" Badun memaksa.
"Ah kau! Mana ada sumur di tepian kali begini. Aku tak mau!" Ahmid bersikeras.
"Jangan sampai aku meminta Tuhan menciptakan sumur disini, dan aku minta yang sangat dalam, sampai-sampai kau tidak bisa keluar lagi!" Badun pun berang. Dalam hati Ahmid menggerutu dengan sikap Badun yang membawa-bawa Tuhan dalam perihal ini.
"Baiklah! Baiklah! Nih ambil!" Ahmid menanggalkan sarung dan surbannya, lalu melemparkannya ke arah Badun tanpa melihat kebelakang. Lalu badun menyerahkan pada gadis tersebut juga tanpa melihat kebelakang. Gadis itu memakainya menutupi badannya, seraya berkata, "terima kasih telah menyelamatkan nyawaku."
"Apakah kau bisa pulang sendiri? Atau perlu kami hantarkan?" Tanya Badun.
"Apakah kalian berkenan?" Jawab gadis tersebut dengan pertanyaan ajakan.
"Gila kau Badun! Nanti akan jadi fitnah kalau orang melihat kita membawa anak gadis dengan celana pendek begini. Sementara sarung dan surbanku ada dipakai di tubuhnya?" Ahmid mulai khawatir dengan sikap Badun.
"Tenanglah kau Ahmid, aku sudah meminta sama Tuhan agar engkau terhindar fitnah. Juga aku meminta agar gadis ini selamat sampai rumahnya. Dan itu harus aku kerjakan karena aku sudah memintanya." Badun menjelaskan, Ahmid mengangkat kedua tangannya tanda menyerah, dan gadis itu tersenyum lega.
Maka berjalanlah mereka bertiga, Badun dan Ahmid berjalan di depan sementara gadis itu dibelakangnya sambil menunjukan arah. Sesuai dengan doa Badun maka selamatlah gadis itu sampai tujuan dan sepanjang jalan mereka tak menemukan seseorang pun yang bisa menimbulkan fitnah buatnya.
Setelah menghantarkan gadis itu mereka pun bergegas pulang. Sepanjang jalan Ahmid memandangi Badun, tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya perihal gadis itu. Lama kelamaan Ahmid tak tahan untuk bertanya.
"Hai Badun apa perasaan engkau telah melihat tubuh gadis itu, apalagi sampai engkau menggendongnya dan menyentuh beberapa bagian tubuhnya?"
"Gadis yang manakah?"
"Gadis yang bertubuh mungil, bertelanjang bulat, dan kulitnya putih!" Si Ahmid menerangkan dengan nada sedikit kesal. Dengan tersenyum Badun menjawab.
"Itulah kau Ahmid, memandangnya sebagai sesuatu membuatmu tergoda dengan pandangan luarnya. Aku juga tak merasa membawanya, ketika aku menghantarnya pulang, aku juga sudah meninggalkan semua ingatanku tentangnya di sana. Jadi jangan kau ingatkan aku lagi tentang kejadian itu!"
Ahay…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar