Senin, 15 Agustus 2011

“Mentjari Dia”


Melihat alam dengan serba-serbi
keindahan,
kebesaran,
teratur,
seimbang,
harmonis,
insidjam,
tergertarlah di dalam djiwa kita hendak bertanja:
“Adakah gerangan rahasia disebaliknja?”

Laksana melihat sebuah mahligai
atau istana jang mewah indah berseri
penuh dengan serba kebesaranja
ia kita lihat dari luar
jakinlah kita akan kepandaian dan kepintaran penjusunnja.

Segala orang jang lalu-lintas dihadapanja
memudji akan keindahan susunannja jang apik dan rapi
gabungan diantara indah dan mulia
djamal dan djalal.

Jang mengetahui benar akan kebagusan bentuknja
ialah seseorang arsitek

Jang mengerti benar akan susunanja jang bermutu seni jang tinggi
ialah seniman

Jang sanggup merangkumkan kata pudjaan
dan menjanjikannja dengan susunan kata-kata nan indah
ialah seorang pudjangga

Semua sepakat mengakan:
“Ia indah!”

Adakah apa-apa didalamnja?
Inilah pertanjaan jang timbul setelah melihat bentuk mahligai itu

Setengahnja berkata
tidak mungkin tidak ada apa-apa didalamnja
tetapi kita tidak tahu

Apakah apa-apa itu?
dan ditentang mana terletaknja?

Tentu teramat mahal nilai barang jang tersembunji itu
mahligai ini sendiri tidaklah ada artinja dan nilanja djika dibandingkan dengan rahasia jang dikandungnja

Orang jang merasa bahwa rahasia itu ada
senantiasa berusaha mentjari apakah dia?
Dimanakah terletaknja?
Dan dia belum puas sebelum maksdunja tertjapai

Tetapi bagi sebagian orang
bukan isinja jang hendak ditjarinja
pemandangannja hanja terbatas kepada keindahan lahir jang dapat dilihatnja
Dia tidak menuju isi,
bukan itu niat sengadjanja;
maka meskipun dia masuk kedalam mahligai itu,
meskipun teratjung diudjung hidungnja isi jang amat berharga itu,
tidaklah dia akan melihatnja,
djangankan akan mendapat.

Datang lagi jang lain
menetapkan sadja sebelum mentjari
bahwa jang dikatakan ada itu sesungguhnya tidak ada
Membuang tempo sadja mentjari
jang tidak ada
adalah menghabiskan usia pada perkara jang tidak ada faedahnja

Jang ada,
lain tidak,
ialah jang dapat diraba dengan tangan,
dilihat dengan mata,
didengar dengan telinga

Itulah jang benar
dan itulah jang pasti
rahasia jang tersembunji didalam mahligai itu sesungguhnya tidak ada
karena tidak ada buktinja
itu tjuma tjerita dongeng

Churafat jang kita katakan ada
karena didengar demikian dari nenek-mojang turun-temurun

Djikalau dia ada, mana dia?
Demikian jang mengatakan tak ada!

Orang jang telah lebih dahulu pertjaja akan adanja
berlainan pula laku dan tjaranja
mereka mentjari rahasia itu

Kata setengahnja
berkatalah mereka
“bakar kemenjan
batjakan mentera
batjakan djampe
nistjaja rahasia itu akan terbuka”

Kata jang lain
berkatalah mereka
“Peladjarilah sihir
pergunakan tenung
nistjaja terbukalah rahasia itu”

Datang lagi jang lain
berkata mereka
“Tjara dua itu tak akan memberi hasil
Perkara jang ditjari ialah perkara rahasia
mentjarinja bukan dengan mata
bukan dengan telinga
dan bukan dengan mentera
tetapi bersihkanlah lebih dahulu djiwa kita sendiri
didiklah ia dan latihlah
sehingga ia mendjadi halus laksana kilap katja
Pada djiwa jang halus laksana kilpa katja itulah
kelak akan hinggap bajangan sesuatu jang ada dihadapan
kemudian mendjadi lekat
menangkap jang halus ialah dengan jang halus pula.”

Demi kian
pandangan hidup dua golongan
jang senantiasa ada di serba-serbi
terhadap rahasia jang tersembunji dibalik alam itu
golongan orang yang kebendaan
dan golongan orang kedjiwaan 

Dr Hamka. Djakarta Agustus 1961.

2 komentar: