Senin, 01 Agustus 2011

AMALAN


Dikisahkan oleh Sahal bin Sa'ad As Saidi ra. Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya ada orang beramal dengan amalan ahli surga sepanjang penglihatan orang banyak tetapi sebenarnya dia adalah ahli neraka. Ada pula orang beramal dengan amalan ahli neraka dalam pandangan manusia, namun sebenarnya dia ahli surga." (HR Muslim)
Puasa adalah ibadah satu-satunya yang diperuntukkan khusus buat Allah, dan penilaian mutlak langsung oleh Allah. Karena puasa adalah amalan ibadah yang terdekat dengan Allah, hanya yang menjalankan puasa dan Allah lah yang tahu batal dan belumnya ibadah puasa orang itu. Maka puasa adalah semedi diri yang lugas, dapat dilakukan di lingkungan ramai sekalipun tanpa orang lain mengetahui apakah orang itu tengah melaksanakannya.
Apabila anak cucu Adam telah meninggal dunia, maka putuslah amal perbuatannya. Kecuali 3 hal yang terus-menerus mendatangkan pahala baginya, yakni
1. sedekah jariyah
2. ilmu yang bermanfaat (baik memberikan amalan maupun berupa sebuah lapangan pekerjaan)
3. putra putri yang saleh yang mendo'akannya
(HR Muslim)
Untuk itu berpuasa bukan hanya mempersiapkan mental (nawaitu dan itikad), tetapi persiapan fisik dan persiapkan mal (Harta) juga harus dipersiapkan. Karena  untuk beramal jariyah selama bulan puasa pahala yang disediakan berlipat-lipat banyaknya, selain itu hanya di bulan Ramadhan pula lah kesempatan meningkatkan hubungan dengan sesame manusia lebih dikhususkan.

          Abu Umamah Al Bahili ra. menceritakan, ada seseorang bertanya kepada Rasulullah saw., “Bagaimana pendapat engkau tentang seseorang lelaki yang berperang mencari pahala dan popularitas? Apakah yang dia peroleh?”
Rasulullah menjawab, “Tak ada apa-apa yang ia peroleh.”
Lalu laki-laki itu bertanya lagi (mengulangi pertanyaannya sampai tiga kali) dan Rasulllah memberikan jawaban yang sama. Kemudian Rasullah bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT. tidak menerima amal itu kecuali amal dari seseorang yang ikhlas dan hanya mengharapkan keridhoan Allah SWT.” (HR Abu Dawud dan Nasa’i)   
Yang tidak kita harapkan, lebih sering terjadi daripada yang kita harapkan. Kemudian kita kecewa, karena masih mengharapkan yang tidak kita dapat, dengan menelantarkan yang sudah kita dapat. Maka, kemampuan untuk menerima yang tidak kita harapkan dan menggunakannya dengan sebaik-baiknya adalah lebih penting daripada kemampuan untuk mengatasi kekecewaan. Marilah kita hidup sepenuhnya dalam kenyataan. (Mario Teguh)

2 komentar:

  1. setuju banget mas. postingan yang sangat bagus, mengetuk-ngetuk pintu hati yang berkarat oleh karatan dunia. . .

    BalasHapus
  2. ha ha ha, gak berkarat banget lah, kan masih bisa terketuk...

    BalasHapus