Rabu, 30 Maret 2011

KELUH KESAH

Dikisahkan oleh Al Ghazali tentang seorang ahli ibadah di pukuli, sehingga mukanya lebam. Ahli ibadah yang merasa dizalimi oleh seseorang yang dikenalnya. Setibanya di rumah ia berdoa kepada Tuhan semoga orang yang menzalimi mendapat hukuman mati. Secara tiba-tiba setelah ia memanjatkan doanya bumi pun bergetar, gempa yang dahsyat terjadi. Lalu runtuhlah rumahnya dan menimpa dirinya. Tak lama kemudian binasalah ia karena doanya sendiri. Dengan doanya itu ia telah berbuat maksiat dan keburukan. Sebelumnya ia telah banyak menzalimi orang dengan doa-doanya kepada Tuhan karena ketidaktahuannya atau bahkan kesadarannya atas dasar perasaan terzalimi.
Terlahir dalam pemikiranku tentang suatu hari, saat itu masih kuliah, dan sedang berurusan dengan salah satu Bank Swasta. Sewaktu itu belum secanggih sekarang dengan kemajuan mesin ATM, aku diwajibkan mengisi form dan ngantri panjang. Entah mengapa saat giliranku tiba saat itu tanda tanganku dianggap tidak sama atau tidak mirip dengan tanda tangan di KTP. Dengan kesal aku menyumpahi petugas tersebut dan mengeluh pada Tuhan.
Lalu entah bagaimana, beberapa waktu kemudian giliran aku lupa menandatangani form tersebut, tetapi entah bagaimana pula petugas itu lalai memperhatikannya dan dengan mudah mengeluarkan uang yang akan aku ambil dari tabunganku. Tuhan mengizinkan hal itu terjadi. Wal hasil petugas tersebut di haruskan meminta tanda tanganku untuk melengkapi administrasi tersebut. Entah bagaimana pula saat itu aku tengah ke luar kota menyelenggarakan KBM (kemah bakti mahasiswa). Dua minggu kemudian bertemulah aku dengannya di rumah ku. Lalu aku membubuhi tanda tanganku di atas form tersebut.
Sebulan kemudian saat aku kembali berurusan dengan administrasi dengan Bank tersebut, aku tidak menjumpai petugas tersebut lagi. Lalu aku menanyakan kepada Satpam, ia menjelaskan bahwa petugas itu telah berhenti dari Bank ini. Dengan perasaan bersalah aku pulang ke rumah.
Sementara ada seorang sahabat yang dengan mudahnya berkeluh kesah kepada Tuhan atas kezaliman yang ia rasakan. Padahal ia telah menyebarkan kedustaan kepada orang-orang lain untuk urusan keluarganya, urusan rumah tangganya, urusan pribadinya. Yang ia panjatkan setiap hari agar Tuhan memberikan ia rezeki dan kelapangan rahmat. Lalu Tuhan memberikan semua doanya melalui orang lain pula, dan kepada orang yang telah membantunya ia tumpahkan kesalahan nasibnya yang tak kunjung sama dengan orang yang membantunya.
Diibaratkan oleh nenek-kakek ku dulu, kisah seseorang yang membantu anjing yang sedang terhimpit sebatang kayu. Dengan patriotiknya orang tersebut membantu, tetapi anjing itu kemudian mengigit kakinya. Sebelumnya anjing tersebut tengah terserang penyakit rabies. Sebuah kebaikan dan pembalasan keburukan. Ada pun yang aku bisa ambil dari kisah itu adalah tak selalunya perbuatan baik itu beralasan dengan logika, tak memikirkan kejadian sebelumnya, tak pula harus menunggu balasan kebaikan. Begitu pula keburukan itu tidak datang dengan secara tiba-tiba. Sebaiknya orang patriotic itu mencermati gejala anjing rabies itu apa, atau mencari tahu bagaimana cara menolong anjing gila.
Suatu saat, akan ada orang yang menagih dengan keinginan yang sama, pencapaian anda sekarang bakal ada orang yang menginginkannya dan bahkan mengakui sebagai pencapaiannya. Kebaikan dan keburukan itu tidak datang dengan secara tiba-tiba, seperti kisah “Tabungan” dan “Tahu Isi Tahu 2 (Nyelengin)” yang pernah aku ceritakan, tentang bagaimana sebuah tabungan amal baik pun bakal habis sebelum anda sadar bahwa anda telah mengambil balik, menguras semua isi tabungan anda dalam tabungan di dunia.  
So anda boleh mencobanya sendiri untuk membuktikannya.

2 komentar: